Chapter 11

35 3 0
                                    

Author POV

"hemm... Apa sebaiknya begini ?" gumam Kousei. Sekarang Kousei sedang melanjutkan lagu yang belum selesai di kehidupannya dulu di sela-sela menunggu Kaori di ruang musik yang tidak pernah di kunjungi selain pelajaran musik.

"Panas..padahal ini masih pertengahan april." keluh Watari menyenderkan kepalanya di kosen jendela.

"payah sekali kamu, gitu aja sudah ngeluh." balas Tsubaki.

"hehh..padahal kamu juga kepanasan. Lihatlah keringatmu banyak sekali." balas Watari tidak mau kalah.

"apa ucapmu !" Tsubaki hendak memukul kaki Watari, tapi Watari berhasil menghindar.

"hah kalian berdua selalu saja ribut." ucap Kashiwagi dengan wajah datarnya.

"kalian bertiga sedang istirahat ?" tanya Kousei, ya sebenarnya untuk basa-basi aja.

"iya. Kami di beri waktu untuk istirahat." jawab Tsubaki.

"wah ternyata kamu beneran kembali bermain piano ya, Kousei." ucap Watari.

"ya, begitulah seperti kalian lihat." Kousei menjawab dengan santai.

"maaf membuat menung..."

Kaori tidak melanjutkan ucapannya karena melihat banyak orang dan sepertinya Kousei sedang bercakap-cakap dengan para sahabatnya.

"apa aku mengganggu ?" tanya Kaori takut datang di waktu yang kurang tepat.

"tidak." jawab Kousei.

"wah siapa nona manis ini ?" tanya Watari langsung masuk ke ruang musik dengan melompat lewat jendela menghampiri Kaori.

"hallo nona manis. Perkenalkan aku Ryouta Watari kapten sepak bola di sekolah ini." memperkenalkan diri dengan gaya cool.

"ah ya hallo." balas Kaori bingung.

"eeheem.. Sepertinya aku belum memperkenalnya. Dia Kaori Miyazono, pacarku." ucap Kousei tanpa beban.

"tunggu Kousei tadi kamu bicara apa ?" tanya ulang Watari memalingkan kepalanya untuk menatap Kousei yang duduk di kursi piano.

"dia adalah pacarku." Jawab ulang Kousei mulus tanpa ada keraguan atau apapun. Terlihat ekpresi tidak senang dari Tsubaki yang bisa di lihat oleh Kashiwagi yang mengetahui semuanya.

"hei... Kashiwagi..Sawabe jam istirahat sudah selesai." panggil tim bisbol.

"kamu juga Watari ! Sebagai kapten jangan malas-malasan !" teriak tim sepak bola.

"akh ya kami akan kesana." jawab Tsubaki langsung berpaling tanpa berucap apa-apa, di susul oleh Kashiwagi dan Watari.

"tidak apa. Ini bukan salahmu. Sejak awal aku memang tidak ingin menutupi hubungan kita." ucap Kousei menepuk pelan kepala Kaori.

.........

Sekarang tim bisbol kembali latihan. Kali ini yang melempar adalah Tsubaki, namun sebelum melempar bolanya jatuh. Setelah mendengar pengakuan Kousei di ruang musik beberapa waktu lalu, fokus Tsubaki pecah sampai latihan selesai. Di cuaca yang tiba-tiba mendung Tsubaki pulang bersama dengan Kashiwagi.

"apa tidak apa-apa ?"

"maksudnya ?"

"sekarang Arima sudah punya pacar. Bagaimana dengan perasaanmu ?"

"ba..bagaimana apanya ? Jangan berpikir tidak-tidak ! Aku hanya menganggap Kousei sebagai saudara." elakTsubaki.

Di jalan lainnya terlihat beberapa perempuan yang memakai seragam yang sama dengan Tsubaki dan Kashiwagi.

"eh..eh..kalian tahu tidak ? Arima sudah punya pacar lo."

"bohong !"

"bener. Aku lihat mereka sering herduaan di ruang musik. Kalau tidak salah pacarnya bernama Kaori Miyazono kelas 3-1 itu."

"oh yang dulunya rambut di kepang itu ya ?"

"benar. Dan juga dia seorang violinis. Aku ingat dia dekat dengan Akari waktu kelas 2 kemarin mereka sering membicarakan tentang musik."

"yah... Padahal aku baru ingin PDKT dengannya."

"kamu kurang beruntung.. Xixixi."

"ternyata perempuan itu violinis ya. Aku baru ingat dia sekelas denganku." gumam Tsubaki yang masih kedengaran oleh Kashiwagi.

"jadi bagaimana dia ?"

"heh ? Dia ? Hemm...di kelas dia orangnya cukup terkenal. Pembawaannya yang ceria membuat orang suka dekat dengannya."

"hehh..ternyata selera Arima lumayan juga."

"jadi bagaimana denganmu ? Apa kamu benci dengannya ?"

"ke..kenapa aku harus benci ?"

"hah.. Aku harap kamu lebih jujur dengan perasaanmu sendiri. Coba lihat dirimu sekarang. Biasanya terlihat bersemangat tapi setelah di ruang musik tadi matamu seperti cuaca sekarang. Gelap."

Tsubaki hanya terdiam. Dia tidak mengerti dirinya sekarang.

"wah.. kashiwagi dan Tsubaki ya."

Terdengar suara laki-laki dari sisi kiri Tsubaki. Ternyata laki-laki itu adalah senior mereka. Sekaligus mantan kapten tim bisbol mereka. Mereka saling tegur sapa dan akhirnya Tsubaki pulang bersama dengan seniornya. Mereka berbincang-bincang sederhana, namun pikiran Tsubaki tidak ada di tempat.

"aku tidak benci, hanya saja...." gumam Tsubaki pelan.

"hemm.. Kenapa ?" tanya Saito.

"akh tidak apa-apa. Benar. Senior Saito lebih keren. Semua orang mengagguminya, termasuk aku ! Tidak apa-apa...tidak apa-apa..." ucap Tsubaki dalam hati. Sekarang Tsubaki sedang perang bathin.

"hei Tsubaki."

"ya."

"sebetulnya ini tidak kebetulan. Sebenarnya aku ingin mengatakan sesuatu. Aku...aku mencintaimu, Tsubaki."

Suara kereta yang hendak datang terdengar keras lalu menghembuskan angin kecang mengibarkan rambut cokelat pendek Tsubaki. Mendengar pernyataan itu Tsubaki tidak bisa menjawab langsung. Dia meminta waktu kepada Saito, tentu Saito memberi ijin.

"wah..wah..benar-benar menarik." ucap seorang laki-laki berambut perak bermata merah yang duduk menjuntai di atap apartemen yang tidak lain Alerd dalam wujud manusia.

"baiklah, sepertinya aku harus kembali." ucap Alerd lagi seraya berdiri berdiri lalu menghilang begitu saja.

"wah.. Kamu masih berlatih saja." ucap Alerd yang sudah sampai di tempat tujuan.

"aku hanya ingin menyelesaikan saja." balas Kousei menendang dan memukul orang-orang virtual yang di buat oleh Alerd. Sekarang orang-orang virtual itu sudah di kalahkan semua oleh Kousei.

Kousei mengambil handuk kecil untuk melap keringatnya yang lumayan banyak seraya duduk. Kousei menatap kedua tangannya. Dia merasa kemampuannya sudah mulai meningkat. Tidak ada yang tahu setiap malam Kousei melatih tubuhnya agar lebih kuat dengan bantuan kekuatan Alerd.

Ting...

Sebuah pesan masuk. Kousei merogoh saku celananya, membuka pesan dari Kaori.

"sepertinya hubunganmu dengan gadis itu jauh lebih baik ya, tapi bagaimana dengan sahabatmu itu ? Apa kamu yakin tidak ingin meminta hal itu ?"

"ya. Aku ingin dia menyadarinya sendiri dan menemukan cinta sejatinya dengan sadar. Walaupun harus menyakitkan dan kemungkinan hubungan kami sedikit renggang itu tidak masalah. Dia juga berharga bagiku. Aku menyanyanginya sebagai kakak sekaligus adik perempuan. Aku tidak ingin mengendalikan perasaannya, walaupun demi kebaikkan." jawab Kousei menatap langit yang dari tafi mendung, tapi tidak hujan-hujan.

Starting Life in Another WorldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang