Chapter 9

35 3 0
                                    

Beberapa hari berikutnya Kousei kembali menjenguk Kaori. Kali ini selain canale juga membawa gitar. Ketika Kousei hendak mengetok pintu, samar-samar terdengar suara keributan.

"dokter kenapa tiba-tiba tidak mengizinkanku ? Apa gara-gara pemeriksaannya, memang hasilnya bagaimana ?"

"itu hasilnya di luar dugaan, karena itu kita akan melakukan periksa ulang besok. Aku harap kamu mengerti."

Kousei membungkuk ketika dia berpapasan dengan dokter Yamanagi. Kousei membuka ruang rawat, dimana sekarang Kaori sedang meringkuk menangis.

"aku tidak ingin di ganggu." ucap Kaori.

Sekarang dia tidak perduli imagenya di depan sang idola. Sekarang dia benar-benar putus asa, mungkin itu adalah kompetisi terakhirnya. Padahal dia sangat menunggu kompentesi itu untuk memamerkan kemampuannya ke sang idol, tapi keinginannya sekarang hancur. Di tengah kesedihan dia mendengar suara gitar. Dia mengangkat wajahnya yang dari tadi dia sembunyikan.

🎶 tersenyumlah, jangan bersedih lagi.

🎶 tidak apa-apa, jangan menangis lagi.

🎶 lagu yang ku nyanyikan sekarang.

🎶 aku berharap ini bisa sedikit menghiburmu.

🎶 tersenyumlau, jangan hanya merasakan sakit.

🎶 tidak apa-apa, walaupun dunia mengirimkan kesulitan kejalanmu.

🎶 dengan berjalannya waktu.

🎶 kamu akan memahami segalanya.

🎶 tersenyumlah, aku berada disisimu.

🎶 aku mencintaimu, bisakah kamu mendengar hatiku ?

🎶 tak perduli siapapun, aku mempercayaimu.

🎶 aku selalu disini, disisimu.

🎶 tersenyumlah, lihatlah di mataku.

🎶 aku mencintaimu, hati ini mencintaimu.

🎶 tidak akan pernah berubah.

🎶 bersandarlah di bahuku.

🎶 tersenyumlah.

🎶 aku yang akan percaya padamu, aku selalu disisimu.

"sudah tenang ?"

"eh..ah..ya.." lagi-lagi Kaori bingung menjawab apa saking kagetnya. Dia tidak pernah tahu Kousei bisa bermain gitar dan bernyanyi.

"sejak kapan ?"

"hmm ?"

"sejak kapan Kousei bisa bermain gitar ?"

"emmm...cukup lama."

"begitu. Kousei bisa nyanyi ya tapi lagunya aku tidak pernah dengar, apa jangan-jangan...."

"benar. Itu lagu yangku buat untukmu."

"untukku ? Kenapa ?"

Kousei mendekati Kaori yang menatapnya dengan polosnya. Kousei tersenyum.

"karena aku mencintaimu, Kaori Miyazono." jawab Kousei dengan tangan kanannya mengelus pipi Kaori. Terlihat wajah Kaori memerah seperti tomat masak.

"tapi... Hidupku kan tinggal..."

"aku tidak perduli ! Dan aku juga yakin kamu akan hidup lebih lama, karena kamu orang yang kuat. Karena itu ijinkanlah aku di sisimu !"

Kaori hanya terdiam. Dia tidak tahu harus bagaimana. Dia sangat senang, tapi dia juga takut. Dia takut melupakan kenyataan bahwa umurnya tidak lama lagi dan berusaha menolak itu.

"kamu tidak perlu menjawabnya sekarang. Aku akan menunggumu."ucap Kousei lembut seraya mencubit gemas pipi kiri Kaori.

Kousei pun kembali ke tempat duduknya lalu mengambil gitar yang dia letakan tidak jauh dari tempatnya. Senar-senar gitar yang Kousei petik, kini mengeluarkan melodi-melodi indah. Sekarang Kousei sedang membawakan lagu terkenal akhir-akhir ini yang herjudul Hikaru Nara. Kousei tahu Kaori mengalami monophobia yaitu phobia akan sendirian. Sebagai seseorang yang juga pernah mengalami gangguan psikologi walaupun beda kasus, tapi sedikit banyaknya Kousei mengerti rasanya.

Sambil bernyanyi dengan gitarnya, sesekali Kousei tersenyum hangat kearah Kaori. Ya ini bukan hal baru bagi Kousei yang hidupnya juga pernah sebagai seorang penyanyi. Sekarang dia sedang menghibur fans kesayangannya dengan alunan musik.

Tidak terasa jadwal besuk sudah habis. Kousei merapikan barang-barangnya bersiap untuk pulang.

"terima kasih dan...ucapanmu yang tadi apa kamu yakin ?"

Kousei kembali mendekati Kaori, "apa kamu masih kurang yakin denganku ?"

"tidak. Aku hanya takut kamu menyesal, Kousei."

"aku tidak akan menyesal."

Kaori menatap bola mata biru safir di balik kaca matanya itu. Dia tidak merasakan adanya kebohongan atau keraguaan.

"aku juga....aku juga mencintaimu."

Kousei tersenyum mendengar jawaban Kaori lalu dia mencium kening Kaori. Seketika Kaori membeku.

"aku akan menjengukmu lagi besok. Karena itu gitarnya akan aku tinggal disini." Kousei menyandarkan gitarnya ke dinding kosong, lalu kelur dari ruang inap Kaori.

"ehh...ta..tadi...."

Akhirnya Kaori tersadar dari lodingnya. Wajahnya samgat merah dengan salah satu tangan memegang kening yang Kousei cium.

.........

Seperti itulah Kousei menemani hari-hari Kaori di rumah sakit. Dia juga mengajarkan Kaori bermain gitar.

"Sekarang beralih ke kunci G." ucap Kousei membantu jari-jari Kaori untuk untuk meletakkan sesuai dengan senarnya.

Terkadang Kaori tidak bisa fokus karena Kousei sangat dekat dengannya, di tambah lagi tangan mereka sering bersentuhan. Sekarang saja jantung Kaori sedang berdisko ria.

"baiklah untuk hari ini sampai disini. Jangan lupa istirahat." ucap Kousei mengakhiri latihan mereka dengan mengelus kepala Kaori. Kaori sangat senang, bahkan dia baru sadar kalau hari ini 1 April hari kompetisinya.

"sepertinya hati nona hari ini bagus." ucap dokter Miyanagi baru datang bersama kedua orang tuanya.

"jadi dokter kenapa memanggil kami ?" tanya ibu Kaori.

Dokter Miyanagi pun menjelaskan bahwa kondisi Kaori benar-benar sebuah keajaibab. Penyakit yang di derita Kaori sembuh tanpa jejak. Walaupun sudah melakukan pemeriksaan berulangan kali dengan alat sebagus apapun tetap hasilnya sama. Tentu saja mendengar hal itu Kaori serta orang tuanya sangat kaget. Padahal beberapa waktu yang lalu kondisi Kaori semakin parah. Suasana haru menyelimuti ruang inap Kaori. Orang tua Kaori yang sudah pasrah dengan nasib anak semata wayangnya itu sangat bersyukur doa mereka di kabulkan. Sedangkan Kaori tentu sangat senang, perjuangan dia selama ini tidak sia-sia. Kalau tidak apa-apa besok Kaori bisa pulang. Kaori dan orang tuanya saling berpelukan, sedangkan dokter Miyanagi dan beberapa perawat tersenyum.

Starting Life in Another WorldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang