Special Episode (part 1)

31 2 1
                                    

Alunan The Four Season Op. 8 4 (Winter) menggema seluruh ruang auditorium. Penonton terkesima dengan pria berambut pirang yang di kuncir itu memainkan biolanya dengan bebas. Evariste de Colombain, itulah nama pria itu. Sang violinist ternama di Prancis yang sekarang tokoh utama dalam oskestra. Dia benar-benar menonjol dengan permainan biolanya yang bebas dan wajahnya yang rupawan.

"kerja bagus kalian semua, terutama kamu Evariste." puji sang konduktor okestra itu yang tidak lain juga salah satu gurunya Evariste ketika mereka sudah berada di belakang panggung.

"bagaimana kita merayakan ini dengan minum ?" usul salah satu anggota seorang pemain cello.

"ide bagus. Bagaimana kita ke tempat biasa ? Aku yang traktir." sahut Evariste. Dia memang orangnya supel dan royal hingga banyak orang menyukainya.

"oh ya Ev, tadi aku dapat telepon dari pak Eugene untuk memintamu ke kampus."

"baiklah. Kalau begitu kalian pergi saja lebih dulu." ucap Evariste bergegas pergi ke parkiran. Anggota okestra yang lain hanya menggelengkan kepala melihat kelakuan Evariste.

"kita pergi ke kampus." pinta Evariste kepada supir pribadinya. Selama di perjalanan Evariste hanya menatap jendela yang sebenarnya pikirannya tidak ada di tempat. Supir pribadi memanggil beberapa kali agar tuannya itu tersadar dari lamunannya.

Evariste turun dari mobil menuju tempat janji, namun sebelum sampai di tempat janjian perhatiannya teralihkan ketika samar-samar mendengar alunan musik. Dia penasaran siapa yang masih latihan malam-malam begini. Dia menyusuri lagu itu hingga tidak terasa dia berada di fakultas tari. Rasa de javu menghampiri Evariste ketika dia sudah berada di ruang latihan yang terkhusus untuk jurusan balet. Ruangan itu mengingatkannya pada seseorang.

Awalnya dia hendak kembali, tetapi dia mengurungkan niatnya ketika melihat seorang wanita yang sedang latihan dari sela-sela pintu. Dia melangkahkan kakinya untuk melihat dengan lebih jelas. Wanita itu terlihat unik dengan rambut tortila yang di kuncir itu.

Evariste menebak bahwa wanita itu dari Asia. Tidak hanya dari penampilannya, Evariste terkagum dengan tarian wanita itu, apalagi ketika melompat Evariste bisa melihat sosok angsa nan anggun dari wanita itu. Memang tarian yang di bawakan bercerita tentang angsa dan burung gagak dan ini adalah bagian sang angsa yang jatuh cinta pada seekor burung gagak.

Brukk...

Evariste terbangun melihat wanita itu terjatuh. Tanpa sadar dia berlari menghampiri wanita itu.

"kamu tidak apa-apa ?" tanya Evariste, wanita itu hanya terdiam memegang kakinya.

"sepertinya kakimu terkilir. Aku akan membenarkan sedikit." ucap Evariste memijat kaki wanita itu yang membuat empunya sedikit merintih.

"aku akan perlahan. Coba kamu tahan." pinta Evariste.

"kamu siapa ? Kenapa ada disini ?" tanya wanita itu penuh ke curigaan. Ya siapa yang tidak curiga malam-malam datang pria yang tidak di kenal.

"aku bukan orang mencurigakan. Oh iya namaku Evariste de Colombain."

"Colombain ? Jangan-jangan kamu anak tunggal, Bu Erica ?" ucap wanita itu.

Deg...

Evariste membeku sebentar setelah mendengar nama ibunya. Ya sudah pasti wanita itu tahu dengan ibunya karena ibunya seorang balerina sekaligus dosen di jurusan balet.

"akh.. Iya.." hanya itu yang keluar dari mulut Evariste.

"bagaimana kabar beliau ? Sudah 3 bulan aku tidak dengar kabar beliau ?"

"akh.. Kabar Ibu baik."

"emm..begitu." wanita itu menaruh curiga dengan reaksi Evariste yang kebingungan, namun dia tidak bisa menanyakan lebih jauh.

"oh iya, perkenalkan aku Ryouko dari Jepang."

"nama keluargamu ?"

"akh aku tidak mempunyai nama keluarga. Sejak kecil aku tinggal di panti asuhan."

"oh maaf."

"tidak apa-apa. Ngomong-ngomong, kenapa kamu di fakultas tari ? Bukankah kamu seorang violinist ?"

"akh itu aku hanya penasaran ketika mendengar lagu Tchaikovsky - Waltz of the Flowers." jawab Evariste.

"oh iya ini kan lagu favorit ibu Erica."

"sepertinya kamu tahu sekali tentang ibu."

"akhh.. Itu aku penggemar berat beliau." jawab Ryouko malu-malu.

"begitu..."

Ryouko lagi-lagi merasakan hal janggal melihat reaksi Evariste. Dia kaget melihat jam dinding yang sudah menunjukkan sepuluh malam, membuat dia langsung berdiri yang tentu saja hampir terjatuh ketika tidak di tahan Evariste.

"aku antar kamu sampai depan." ucap Evariste dengan nada memaksa membuat mau tidak mau Ryouko menerima tawaran itu.

Setelah mengantar Ryouko ke depan, Evariste tersadar kalau dia punya janji dengan Pak Eugene. Dengan terburu-buru dia pergi ke tempat janji dan sesuai dia kira dengan wajah setengah marah pak Eugene menyambutnya.

Setelah dengar ceramah dari pak Eugene, Evariste langsung pergi ke tempat pesta. Di sana dia melihat dua orang yang tidak menonton konsernya tadi

"wah siapa ini. Dua orang yang sangat sibuk sampai-sampai tidak melihat konserku." ledek Evariste.

"hei.. Tentu saja kami sibuk, benarkan Saki ?" Ucap wanita berambut hitam panjang dengan mata biru keabu-abuan.

"padahal itu gara-gara kamu cari masalah dengan Bu Veronica." ledek Saki.

"hei Saki jangan begitu dengan sepupumu." ucap wanita yang bisa di katakan sepupu Saki meminum alkohol sekali teguk.

"Saki. Aku masih belum terbiasa dengan nama barumu itu, kamu juga merasa begitukan Curtis ?" ucap Evariste menyenggol Curtis dengan siku.

"ya, apapun namamu kamu tetap sahabat kami." ucap orang yang bernama Curtis.

"terima kasih, Cur." ucap Saki. Sedangkan yang di beri ucap hanya salah tingkah.

Evariste hanya tersenyum melihat sahabatnya itu yang masih menyukai Saki, walaupun sudah di tolak. Evariste, Curtis dan Saki adalah teman sejak kecil. Keluarga mereka rekan kerja satu sama lain. Fakta lain Saki dan Evariste sempat tunangan oleh keluarganya, namun setelah Saki pindah ke Jepang dan tinggal dengan sepupunya pertunangan itu berakhir. Evariste tidak pernah menganggap Saki itu lebih dari sahabat dan saudara, apalagi dia tahu Curtis menyukai Saki. Nama Saki dulu adalah Adelani Lombardi, namun setelah keluar dari keluarga Lombardi dia mengubah namanya menjadi Saki dan ikut keluarga sepupunya.

Setelah pesta dengan keadaan setengah mabuk Evariste menaiki mobil pribadinya. Dia tidak langsung pulang ke rumah, melainkan dia pergi ke rumah sakit. Di suatu ruang VIP terlihat seorang wanita paruh baya nan cantik berambut pirang terbaring di kasur dengan infus, selang pernapasan terpasang di tubuh wanita itu.

"aku membawakan bunga kesukaan ibu." ucap Evariste memegang bunga mawar putih, lalu meletakannya ke dalam vas bunga.

Erica nama ibu Evariste mengalami kecelakaan tunggal tiga bulan yang lalu. Kabar ini hanya di ketahui orang tentu dan keberadaan Erica di manipulasi dengan pergi ke suatu daerah terpencil. Hal ini di lakukan karena Evariste merasa aneh dengan kecelakaan ibunya, persis kecelakaan ayahnya 1 tahun yang lalu. Sampai sekarang dia berusaha mencari suatu petunjuk tapi belum ada hasil.



Kok kayak misteri ya :'v

Biarlah bumbu2 dikit :'v

Starting Life in Another WorldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang