My Last|37🔞

1.3K 121 3
                                    

CHAPTER INI MENGANDUNG ADEGAN SEKSUAL!

CERITA INI SUDAH DI REVISI, JIKA MASIH ADA TYPO ATAU ADANYA KATA-KATA YANG TIDAK NYAMBUNG, MOHON UNTUK DIBERITAHUKAN KEMBALI
.

.

.

.

.

Dada Nathan naik turun dengan cepat, tempo pernapasannya tidak beraturan. Berulang kali ia menggeliat, setidaknya hanya itu yang dapat ia lakukan sekarang. Tangannya yang terikat di belakang tubuhnya mulai merasakan kram. Ren, si pria sialan yang saat ini berada di atasnya tampak tidak merasa terganggu sama sekali dengan perlawanan kecil Nathan. Nathan bahkan dapat merasakan sesuatu yang besar dan keras tengah di usapkan di atas pahanya. Sangat menjijikkan.

"ANGH!" Pekikan lagi-lagi Nathan kumandangkan. Bagaimana tidak, Ren dengan gemas menggigit puting yang sudah mengeras itu. Berwarna pink, sekecil biji ketumbar, sangat menggemaskan. Menghisap dan memilinnya saja terasa kurang untuk memuaskan nafsunya.

Sebelah tangan Ren yang memegang vibrator yang berada di lubang Nathan ia gerak-gerakkan ke kanan dan ke kiri. Menciptakan sensasi geli dan...nikmat, mungkin. Membuat si adik kecil Nathan menegang sembari mengeluarkan cairan pre-cumnya.

"Ahh...mmhh...ngghhh.."

"Secepat itu? Apa kau sangat suka?" Ren bertanya dengan nada meledek. Nathan menggeleng sebagai jawaban, bibirnya tidak bisa berkata apa-apa selain mengeluarkan desahan. Wajahnya memerah, antara menahan malu, atau menahan nikmat. Vibrator yang bergetar di lubangnya membuatnya sedikit dilema. Yang awalnya merasakan sakit, kini berubah menjadi nikmat.

Ren mendekatkan wajahnya pada wajah Nathan. Membuat pria manis yang berada di bawah tubuhnya itu terbelalak kaget, kemudian dengan cepat menolehkan wajahnya ke arah yang berlawanan. Tangan Ren mencengkeram pipi Nathan, memaksanya untuk mengarahkan pandangannya pada Ren. Tidak ada tindakan lain, Ren hanya terdiam sembari tersenyum lebar. Tangannya yang lain ia lepaskan dari vibrator yang masih terbenam di dalam lubang Nathan. Kemudian kembali merogoh saku celananya dan mengeluarkan sebuah besi tipis yang sangat Nathan kenali. Besi itu adalah besi yang kemarin menyumbat lubang penisnya.

"Apa kau mau aku memasangkan benda ini kembali?" Tanya Ren. Nathan dengan spontan menggeleng.

"Kalau begitu..." Ren melepaskan cengkeramannya pada pipi Nathan, lalu berdiri. Melepaskan bawahannya, membuat pria itu setengah telanjang.

"Kau punya dua pilihan. Yang pertama, puaskan adikku ini dengan mulutmu, dan yang kedua, adikmu yang akan ku siksa dengan ini." Ucap Ren dengan enteng sembari menunjuk urethral plug yang berada di tangannya. Ren meraih remote control Vibrator itu, kemudian menghentikan getaran benda itu. Ia melakukannya agar Nathan bisa fokus memilih pilihannya.

Meskipun, tidak ada pilihan yang dapat Nathan pilih, keduanya sama-sama tidak menguntungkan. Beberapa detik Nathan tidak memberi jawaban, membuat Ren tidak bisa menahannya lebih lama lagi. Dia sudah berada di ambang napsu sekarang.

"Baiklah, jika kau tidak memilih, maka akan ku lakukan keduanya." Ucap Ren.

"Apa yang akan kau lakukan!?" Nathan meninggikan volume suaranya. Perasaannya tidak enak kala melihat Ren mendekat pada bagian bawah tubuhnya, dengan alat urethral plug itu di tangannya.

"Akhh!! sakit Ren! Please...Ungghh.." Nathan berhasil di buat mendongak, ketika besi tipis itu di paksa masuk kedalam lubang penisnya. Rasanya sangat sangat sakit! Membuat air mata secara spontan keluar dari pelupuk mata sayu Nathan. Urat-urat yang berada di sekitaran lehernya juga ikut menonjol. Seberapa kuatpun Nathan mencoba menahan rasa sakitnya, rasa perih pada area vitalnya tidak bisa ia elakkan.

My Last|PROSES REVISI|Where stories live. Discover now