My Last|03

6.8K 427 14
                                    

CERITA INI SUDAH DI REVISI, JIKA MASIH ADA TYPO ATAU ADANYA KATA-KATA YANG TIDAK NYAMBUNG, MOHON UNTUK DIBERITAHUKAN KEMBALI
.

.

.

.

.

Tiga puluh menit sudah Hares dan Orion membahas musuh dan pesaing baru mereka dalam menguasai pasar gelap seluruh dunia, tapi tidak ada sedikitpun titik cerah yang mereka dapat. Sulit untuk membuat sebuah perencanaan karena minimnya informasi yang mereka dapat tentang White Snake itu. Rasanya obrolan mereka hari ini sia-sia saja. Membuat Orion berdecih kesal dibuatnya.

Kekesalan Orion semakin bertambah dikala Hares dan Brian tampak lebih tenang dan santai, bahkan saat ini mereka sudah ditemani oleh kekasih mereka masing-masing. Apa mereka tidak khawatir akan pesaing baru ini? Apa mereka tidak peduli lagi dengan pekerjaan utama mereka. Bagaimana bisa mereka berlaku sangat tenang dan meninggalkan Orion seorang sendiri?! Jegar sudah pergi terlebih dahulu karena memiliki hal penting yang harus dia urus dan terpaksa harus meninggalkan Orion dengan ketersendiriannya di kediaman Hares.

Teman-teman Noah juga sudah pulang, terkecuali Willian dan Nathan yang tertahan di sana karena paksaan dari Noah.

"Kenapa wajahmu sangat tegang begitu, apa kau sakit?" Celetuk Nathan yang entah sejak kapan sudah berdiri di sebelahnya dengan wajah menatap khawatir pada Orion.

Lantas karena kehadiran Nathan yang tidak bisa menyembunyikan raut khawatir di wajahnya membuat kekesalan Orion menghilang secara perlahan.

Kemudian perkataan Dokter Jhon tentang mencari pengganti Arsen kembali terputar di kepalanya. Jika dilihat-lihat, sifat Nathan sangat bertolak belakang dengan sifat Arsen yang lembut dan manis. Yah...walaupun, perkataan Nathan selalu sama dengan perkataan-perkataan yang pernah Arsen ucapkan sebelumnya. Lantas hal itu akan membuatnya semakin mengingat sosok Arsen.

"Kenapa malah melamun? Kau mendengarku tidak?" Nathan berceletuk dengan nada kesal sembari menepuk kasar pergelangan Orion.

Sifat Arsen dan Nathan memang berbeda, tapi jika meminta Nathan untuk tinggal bersamanya, bukannya sembuh, tapi penyakit Orion mungkin akan bertambah. Dari syok berat menjadi stress.

Tapi..apa salahnya jika mencoba bukan?

Merasa diabaikan oleh Orion, kekhawatiran Nathan malah berubah menjadi rasa kesal. Nathan hendak melangkah pergi, namun terhenti ketika Orion menahan pergelangannya. Nathan berbalik menatap lurus ke manik cokelat Orion.

"Aku membutuhkanmu." Orion manatap lembut wajah Nathan. Dua kata itu bahkan berhasil membuat jantung Nathan seakan berhenti berdetak dengan hawa panas yang menjalar ke permukaan kulit wajahnya yang putih.

"A-apa m-maksudmu." Nathan menepis tangan Orion dari pergelangannya secara kasar, salah tingkah dengan perkataan dan raut wajah Orion yang lembut.

Melihat wajah Nathan yang sudah semerah kepiting rebus, Orion tersenyum senang, semakin membuat debaran jantung Nathan yang melihat itu berdetak tak karuan.

"Aku membutuhkanmu di sisiku." Bukannya membuat keadaan semakin membaik, ucapan yang kembali Orion lontarkan malah semakin membuat Nathan merasakan panas dingin. Ingin pingsan saja rasanya, tapi Nathan tidak mampu.

"A-apa maksudmu membutuhkanku di sisimu..a-apa kau gila!" Nathan berucap terbata. Membuat Orion tidak tahan dan tertawa lepas karenanya. Nathan bingung sendiri dengan perasaannya yang tidak karuan ini.

Orion menarik nafasnya dalam-dalam, lalu menghembuskannya perlahan. "Aku sedang sakit." Ucapnya kemudian.

Nathan kini menatap pemuda yang lebih tinggi satu satu kaki darinya itu dengan teliti, pria itu juga melirik ke arah perutnya, tidak ada bercak darah di sana, kemudian dia menyentuh kening Orion dengan punggung tangannya, tidak terasa panas juga.

My Last|PROSES REVISI|Where stories live. Discover now