My Last|34

2.8K 239 19
                                    

CERITA INI SUDAH DI REVISI, JIKA MASIH ADA TYPO ATAU ADANYA KATA-KATA YANG TIDAK NYAMBUNG, MOHON UNTUK DIBERITAHUKAN KEMBALI
.

.

.

.

.

Tetes air terdengar jelas dari dalam ruangan itu. Disana, di dalam bathtub, tubuh mungil berkulit putih bersih milik Nathan terendam bersamaan dengan tubuh kekar milik Ren. Punggung mulusnya ia senderkan di dada bidang yang terlihat hangat namun nyatanya dingin.

Nathan masih kehilangan kesadarannya, kelopak matanya tertutup rapat, enggan untuk terbuka. Ia cukup lelah dengan semua permainan gila Ren yang tak ada habisnya. Tangis Nathan ibarat sebuah reward bagi Ren, yang membuatnya cukup puas ketika mendengar erangan kesakitan dari laki-laki manis itu.

Setelah memastikan tubuh Nathan sudah cukup bersih dan tidak terasa lengket lagi, Ren berdiri bersamaan dengan Nathan di gendongannya. Keluar dari kamar mandi setelah mengeringkan dan memasang bathrobe menutupi kulit lembut Nathan.

Meletakkan tubuh mungil namun berisi di beberapa bagian itu di atas kasur beralaskan kain bludru yang terasa lembut kala menyentuh kulit. Cukup jelas Ren mendengar lenguhan kecil Nathan.

"Seharusnya kau selalu menurut seperti ini Nath. Jika saja dulu kau sepenurut ini, akan ku pastikan kau akan selalu bahagia." Gumam Ren sembari mengelus lembut pipi Nathan yang terasa hangat itu. Namun, tiba-tiba, mata pria itu menghitam penuh kebencian yang tersorot langsung pada Nathan. Tangan kekarnya secara ringan menyentuh helai rambut milik Nathan, kemudian menariknya hingga membuat kepala pria manis itu mendongak.

Nathan meringis kesakitan, matanya secara perlahan terbuka disertai alis mata yang saling tertaut. Ia menatap bingung pada Ren yang tampak sudah mengeraskan rahangnya. Ia tidak ingat telah melakukan hal yang salah sehingga membuat pria kasar itu tampak sangat kesal. Yang Nathan inginkan saat ini hanyalah beristirahat. Tubuhnya terlalu lelah untuk mengikuti kegilaan Ren.

"Ren..?" Nathan berucap dengan suara yang bergetar. Tangannya terarah pada tangan Ren yang masih menggenggam erat rambutnya.

"Sakit Ren.." kembali Nathan mengeluarkan suara lirihnya. Namun seakan tuli, Ren masih hanya menatap Nathan. Membuat bulu kuduk Nathan terangkat, apakah pria itu tengah kerasukan? Nathan bertanya-tanya dalam hati.

"Kenapa kau tampak bahagia bersama anjing itu, tapi tidak denganku?" Akhirnya, bukti bahwa jiwa Ren ternyata masih berada di dalam raganya, membuat Nathan merasa sedikit lebih tenang.

Nathan masih terdiam, tidak berani menjawab. Ia takut jika ia tidak sengaja memberi jawaban yang salah. Nathan bukanlah dukun yang bisa memgetahui isi hati orang lain.

"Aku yang menemukan mu pertama kali Nath, tapi kenapa kau dengan mudahnya menerima orang itu? Katakan apa kekuranganku Nath. Katakan apa yang membuatmu lebih menerima bajingan itu dari pada aku.!" Ucap Ren dengan tegas. Tangannya masih belum berpindah dari helaian rambut Nathan. Dan semakin lama, semakin sakit juga rasanya.

"Ren...lepaskan rambutku...sakit Ren.." lirih Nathan berharap mendapatkan belas kasih dari Ren. Namun Ren bukanlah pria yang memiliki hati, dia hanya ingin semua orang berlutut dan menuruti semua perkataannya.

"Jawab Nath!" Pria itu kembali memberi tekanan pada Nathan. Ia mengabaikan semua rasa sakit yang Nathan rasakan saat ini demi kesenangan hatinya.

Mata Nathan menatap tajam pada Ren. Dia sudah muak dengan semuanya. Baik Nathan maupun Ren, bukanlah seseorang yang dengan mudah dapat menahan emosinya.

My Last|PROSES REVISI|Where stories live. Discover now