My Last|14

4.8K 346 26
                                    

CERITA INI SUDAH DI REVISI, JIKA MASIH ADA TYPO ATAU ADANYA KATA-KATA YANG TIDAK NYAMBUNG, MOHON UNTUK DIBERITAHUKAN KEMBALI
.

.

.

.

.

"Nathan, apa kau sudah siap? Ayo segera ke ruangan meeting." Bu Sarah menghampiri Nathan yang hanya duduk di meja kerjanya sembari menunggu jadwal meeting. Sesekali pemuda itu juga mengganggu Alice yang tampak sibuk dengan pekerjaannya.

Nathan menoleh sejenak, "Baik Bu." kemudian mengambil semua berkas-berkas yang di perlukan untuk kegiatan meeting. Ia berjalan mengikuti langkah Bu Sarah yang berada satu langkah di depannya. Namun, ditengah-tengah perjalanan ke ruangan meeting, Bu Sarah memperlambat langkahnya untuk mensejajarakan dirinya dengan Nathan.

"Nathan, kau benar-benar mampukan untuk berpresentasi?" Tanya Bu Sarah berhati-hati, dia tidak ingin Nathan mengacaukan pertemuan penting ini.

Mendengar adanya nada keraguan dari ucapan wanita berkepala tiga di sebelahnya itu, Nathan tersenyum simpul, menunjukkan wajah penuh keangkuhan.

"Tenang saja Bu, saya cukup ahli dalam hal ini." Untuk kepercayaan diri, jangan meragukan Nathan, dia cukup ahli dalam bidang presentasi, tapi jika itu membuat laporan dan urusan percintaan, ugghh..dia berada dibawah kata tidak mampu.

Bu Sarah menanggapi ucapan Nathan dengan anggukan, mencoba untuk mempercayai salah satu bawahannya itu.

Bu Sarah membukakan pintu kayu berwarna hitam yang di permukaannya terdapat palang dengan kata 'meeting room' untuk Nathan masuki, kemudian disusul oleh Bu Sarah. Di dalam ruangan itu, beberapa calon investor, Hares dan juga Brian sudah duduk di bangku yang telah di sediakan. Ini bukan kali pertama Nathan masuk kedalam ruangan itu dan dia cukup terbiasa akan pemandangan ini.

Tapi, kali ini berbeda. Jantung Nathan berdetak tak karuan kala maniknya berhasil menangkap wajah seorang pria yang sangat ia kenali di antara para calon investor lainnya. Wajah pria itu begitu tegas dibarengi dengan tatapan matanya yang tajam seakan dapat dengan mudah menusuk siapapun yang balik menatap orang itu. Pria itu tengah tersenyum smirk pada Nathan, membuat keberanian dan kepercayaan diri Nathan menghilang seketika bak ditelan bumi.

Pria itu...pria yang selama ini sangat ditakuti Nathan, dengan nyata berada di hadapannya, menatapnya dengan intens seakan dia ingin membunuh Nathan detik itu juga. Bulir-bulir cairan bening mengalir lancang di pelipis Nathan. Dinginnya AC yang menyala pada suhu paling rendah tidak lantas membuat keringat Nathan mengering.

"Baiklah, rapatnya akan kita mulai sekarang. Untuk Nathan, silahkan untuk mempresentasikan rencana perusahaan kita." Brian yang bertindak sebagai moderator memulai rapat investor mereka. Sementara Nathan yang di sebut namanya tidak menunjukkan pergerakan apapun. Dia hanya duduk dengan iris yang tidak bisa fokus disatu arah.

Melihat tingkah aneh Nathan ini, Bu Sarah yang duduk bersebelahan dengannya menyikut pergelangan Nathan agar pemuda itu mendapatkan kesadarannya kembali. Nathan menoleh sambil mengerjap-ngerjapkan matanya dan langsung bangkit berdiri dengan kikuk.

Nathan berjalan menuju mimbar tempat biasa para presentator mempersentasikan hasil kerjanya. Jantung Nathan masih berdetak tak karuan, pikirannya kacau seketika. Semua perencanaan-perencanaan yang telah ia pelajari menghilang dari otaknya.

Tidak! ia tidak boleh terus seperti ini, dia sudah pernah berjanji pada dirinya sendiri untuk tidak takut lagi pada pria yang dulu pernah membuatnya hancur dan menoreh luka padanya. Dia tidak boleh tampak lemah seperti dulu, dia harus kuat. Dengan tekat yang berhasil ia kumpulkan, Nathan memulai presentasinya. Sebisa mungkin tidak menatap ke arah mata yang masih menyorot tajam penuh nafsu memburu padanya.


My Last|PROSES REVISI|Where stories live. Discover now