My Last|35

1.5K 135 14
                                    

CERITA INI SUDAH DI REVISI, JIKA MASIH ADA TYPO ATAU ADANYA KATA-KATA YANG TIDAK NYAMBUNG, MOHON UNTUK DIBERITAHUKAN KEMBALI
.

.

.

.

.

Kei menatap lurus pada bongkahan tanah dengan batu nisan di atasnya. Tatapannya berubah sendu, di letakkannya buket bunga mawar putih yang dulu sangat di sukai Arsen semasa pria manis itu masih hidup. Jemarinya ia arahkan pada nisan terebut, mengelus lembut permukaannya dari debu.

"Maaf Arsen." Gumam pria itu.

"Menyingkir dari sana." Suara bariton milik Orion berhasil menginterupsi. Kei seketika berdiri, merapikan stelan jasnya. Raut wajah lembut yang penuh dengan kesedihan kini berubah menjadi tegas. Kei berbalik, menatap Orion yang berdiri di belakangnya. Ternyata pria itu tidak sendirian, ada Hares yang ikut menemaninya, tentu saja.

"Kau tidak memiliki hak untuk mengusirku Orion, aku juga pernah menjadi pengisi hari-hari Arsen dan bukan aku...yang menyebabkan kematian Arsen. Kaulah penyebabnya Orion." Ucap Kei berhasil membuat Orion mengepalkan tangannya. Orion bersumpah, jika Kei berani mengeluarkan suara lagi, tinjunya akan melayang pada pria itu.

"Kei, apa tujuanmu mengundang kami ketempat ini?" Hares segera bersuara. Dia tidak ingin mengulur waktu lebih lama lagi. Ada 1 nyawa yang harus segera di tolong, di tambah, Hares benar-benar tidak menginginkan keributan sekarang.

Kei tersenyum sejenak, lalu merogoh kantong bagian dalam jasnya. Ada sebuah ponsel yang kemudian langsung di lemparkan pria itu pada Orion. Baik Orion maupun Hares saling menatap satu sama lain sebelum membuka lockscreennya. Ada 1 video yang langsung terpampang di layar benda pipih itu sesaat setelah lockscreen ponsel itu terbuka.

Sedetik setelah video itu di putar, Hares sesegera mungkin mengalihkan pandangannya. Ada Nathan di dalam video itu, bersama beberapa pria lainnya yang tengah mengerayangi tubuhnya. Nathan tampak meronta, menangis dan mencoba untuk melepaskan dirinya. Melihat video itu, wajah Orion seketika berubah merah penuh amarah dengan mata berkaca-kaca.

"DASAR SIALAN!" Ponsel itu terjatuh ketika Orion menarik kerah baju Kei.

"Lepaskan tanganmu Rion. Jika kau mengira aku adalah pelakunya maka kau salah besar." Ucap Kei dengan nada yang cukup tenang.

"Lepaskan dia Rion. Tenangkan pikiranmu." Hares memegang tangan Orion, kemudian melepaskannya dari kerah jas Kei.

"Aku bukanlah musuh Rion, aku memintamu datang untuk menawarkan kerjasama." Ucap Kei sembari merapikan kerah jasnya yang berantakan.

"Itu masih satu dari sekian video yang Ren simpan. Masih ada banyak lagi, tapi ku rasa kau tidak perlu melihat semuanya. Ketahuilah, bocah itu sedang tidak baik-baik saja sekarang. Jika kau mengulur waktu terus, bisa ku pastikan umur bocah itu tidak akan lama lagi. Ren adalah pria gila tapi sialnya licik! Jika kita bekerjasama, tidak sulit untuk mengalahkannya." Kei kembali berbicara.

"Kerjasama?" Ucap Hares dengan nada bertanya.

Kei mengangguk, "tentu saja."

Hares menatap penuh selidik, "berapa biaya yang kau inginkan?"

Seutas senyum terlukis di wajah Kei, dia suka dengan kepekaan Hares ini, "tidak mahal, jika aku bisa mengembalikan Nathan dengan keadaan hidup, maka kalian juga harus mengembalikan Len padaku...dengan keadaan hidup juga. Nyawa di bayar dengan nyawa. Adil bukan?"

"Cih, jangan bermimpi Kei. Aku tidak membutuhkan bantuanmu. Aku bisa merebut Nathan kembali dan akan ku pastikan, kau tidak akan pernah bisa mengambil Len dari ku juga." Orion memberi bantahan.

My Last|PROSES REVISI|Where stories live. Discover now