My Last|22

3.2K 321 55
                                    

CERITA INI SUDAH DI REVISI, JIKA MASIH ADA TYPO ATAU ADANYA KATA-KATA YANG TIDAK NYAMBUNG, MOHON UNTUK DIBERITAHUKAN KEMBALI
.

.

.

.

.


Jika Nathan tidak mau membukakan pintu untuknya, maka Orion sendiri yang akan membukanya. Rumah itu adalah miliknya, dan tentu saja semua kunci ruangan memiliki duplikatnya. Sekalipun Nathan berkata ingin sendiri, tetapi Orion tidak. Dia tidak ingin sendiri, dan dia ingin selalu berada bersama dengan Nathan.

Masalah Arsen masih hidup atau tidak, itu urusan belakangan. Yang terpenting sekarang ini adalah menenangkan kekasihnya dulu. Dia tidak ingin kehilangan Nathan, dia tidak ingin Nathan membencinya. Sekalipun dia harus memaksa Nathan untuk memaafkannya, maka akan ia lakukan.

Orion merogoh laci meja kerjanya, lalu memeriksa semua kunci-kunci yang berada disana. Dan yang benar saja!, semua kunci-kunci itu tidak dapat dibedakan, ditambah lagi dirinya tidak tahu yang mana kunci kamar tempat Nathan berada sekarang. Sepertinya malam ini akan menjadi malam yang panjang bagi Orion untuk berhasil membuka pintu itu. Salah siapa dia membangun sangat banyak kamar dirumah itu.

Orion berbalik hendak meninggalkan ruangan kerjanya, tapi saat hendak berbalik maniknya ia sempatkan menatap sebuah foto dengan frame besar yang terpajang tepat dibelakang bangku kejayaannya. Tatapannya berubah menjadi sendu.

"Maafkan aku Arsen..aku mencintainya..aku tidak bisa memilih antara kau ataupun Nathan." Orion bergumam dengan kepala yang sengaja ia tundukkan. Rasa bersalahnya akan semakin besar jika menatap foto Arsen yang memang sengaja ia gantung tepat dibelakang meja kerjanya sebagai tanda kalau dulu ia sangat mencintai Arsen dan tidak ingin melupakannya. Tapi pada kenyataannya sekarang, hatinya terbelah menjadi dua, antara Nathan dan Arsen. Ditambah lagi yang membuat dirinya merasa semakin bodoh adalah, dia tidak bisa memilih satu di antara mereka. Dia mencintai keduanya, dan itu adalah hal yang salah.

Orion melangkahkan kakinya menjauh dari ruangan itu, semakin berlama-lama di sana hatinya semakin kacau.

Sekarang dia sudah berdiri tepat di depan pintu ruangan yang Nathan tempati. Dimasukkannya salah satu kunci ke dalam lubang kunci pintu itu, tapi gagal.

Oke! ini masih percobaan pertama dia tidak boleh menyerah. Orion masih mencoba untuk optimis. Dipisahkannya kunci yang ia kenakan tadi, kemudian kembali memasukkan kunci yang lainnya. Tentu saja hal itu tidak mudah karena banyaknya kunci yang ia miliki, ditambah lagi bentuknya yang sama persis antara satu sama lain.

Sudah 3 kunci yang ia coba dan ketiganya masih gagal juga.

Nathan yang masih belum terlelap berhasil menangkap suara berisik dari arah pintunya. Kemarahannya semakin memuncak ketika Orion bersikap egois, apa tidak bisa dia diizinkan untuk menjernihkan pikirannya barang satu malam saja? Ia benar-benar belum sanggup untuk menatap Orion saat ini.

"Hentikan Rion! Kumohon tinggalkan aku sendiri untuk beberapa saat! Aku ingin sendiri! Aku tidak ingin melihatmu!" Nathan mengusir Orion dengan volume suara yang sengaja ia tinggikan agar dapat didengar oleh pria itu.

"Kumohon tidurlah bersamaku Nathan, aku minta maaf..aku benar-benar minta maaf atas semuanya, kumohon jangan seperti ini Nath..aku mencintaimu..aku sangat mencintaimu." Lirih Orion, berharap agar Nathan melunak pada kejujuran hatinya.

Namun, ketika mendengar ucapan itu, Nathan malah semakin tenggelam dalam tangis. Dia juga mencintai Orion, bahkan sangat. Tapi bagaimana jika Arsen kembali pada Orion, apakah Orion akan tetap mencintai Nathan seperti yang ia ucapkan?

My Last|PROSES REVISI|Where stories live. Discover now