Chapter 79

548 142 6
                                    

His ability to discern people by listening to voices didapatkannya setelah menjadi seekor kucing jadi-jadian, ia dapat dengan mudah membedakan mana dan suara siapa yang saat ini didengarnya.

Namun Jaehyuk sebagai senior 'actor' mengetahui skill ini akan berguna kedepannya, sebagai seorang actor, not only one must know every kind of subtle change in expression by looking at the facial muscle movements, namun juga dari change in tone of voice, what kind of emotion that change will express.

Bukankah ketika kalian melihat sebuah film yang di dubbed dengan buruk, kalian akan merasa tidak nyaman?

Jika kalian pernah melihat film lawas, kalian akan sering menemukannya, sinkronisasi yang buruk antara suara dan gambar.

Untuk film modern, requirement for the actors were much higher, most of the films were dubbed at the same time, dan mereka akan memprosesnya untuk menghilangkan noise in the background.

Asahi menelepon satu per satu, satu customer sekitar 3 menit lamanya, dan dari loudspeaker, para penonton juga bisa mendengar bagaimana Asahi dicaci maki oleh customer yang merasa terganggu.

He bit his lips dan dengan mata berkaca-kaca masih terus menelepon tanpa menyerah.

Pada saat ini, komentar tentang Asahi pun terus berdatangan.

****

"Waah, lihat ekspresinya itu, pasti ia merasa sangat bersalah bukan? He shouldn't do it in the first place"

"Aku dengar ia baru menginjak 21 tahun, umur yang masih sangat muda, baru saja menginjakkan kakinya di dunia entertainment ini, wajar saja jika ia masih cengeng seperti itu"

"Apa? Sudah 21 tahun? Aku pikir ia baru lulus SMA, lihat wajah polos dan kulit tanpa keriputnya itu!"

"Ah! Aku iri dengan kulit mulusnya!"

"Dia hanya lebih cermat dari kontestan lain, jika kalian pikir, ia hanya memanfaatkan keadaan sebaik mungkin!"

"^Atasku benar! Apa salahnya menggunakkan otakmu sendiri? Kalian hanya iri saja padanya kan? Cih!"

"Kekekekek bayangkan jika kamu yang berada disana, pasti kalian hanya dengan senang hati mengikuti apa katanya"

"Still, that was wrong! Aku yakin gadis itu tidak akan memaafkannya!"

"Yeah, that was morally questionable"

Beberapa penonton mulai memaafkan kembali Asahi, namun beberapa masih menunggu hasil dari usahanya ini.

Apakah usahanya akan berhasil?

Ataukah akan gagal?

The audiences are sitting with curiousity looking at the spectacle before them.

****

The clock on the wall telah menyentuh angka 12, kumpulan label yang sudah dihubunginya dengan rapi berada di satu sisi meja, dan tumpukan yang belum di teleponnya masih menggunung.

Asahi felt a bit tired, mungkin keinginannya masih bisa bertahan, namun tubuhnya sudah kelelahan, mengingat ia bekerja keras dari pagi hingga malam ini.

Lalu pada saat ia menelepon untuk ke dua puluh satu kalinya, akhirnya mata yang seperti akan menangis itu terisi dengan cahaya, seakan menemukan apa yang dicarinya.

Asahi melihat dengan jelas nama yang tertulis di label tersebut, label yang sudah ia tandai bersama dengan paman buruknya tadi.

Jaehyuk yang melihat ini mengangguk mengapresiasi bakat kucing kecilnya ini, 'A really nice seedling, should I push him toward modelling or acting later? Hmm?' paman buruk Asahi ini malah memikirkan karir kedepannya Asahi pada saat dua kerabat yang lainnya harap-harap cemas!

kittysahiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang