Terbongkar.

27 4 0
                                    

Hati ini bercamuk ketika
Melihatmu terpuruk.

@Davana.


Setelah mengetahui bahwa Ana di rawat dirumah sakit, Dava menancap gas motornya dengan kecepatan tinggi hingga sekarang ia sudah sampai dirumah sakit. Dava berlari dari parkiran untuk masuk kedalam Rumah sakit, Dava sangat khawatir dengan Ana yang mendadak masuk rumah sakit. Dava mencari keberadaan Bi Tinah beserta Tante Linda, Dava lupa untuk bertanya dengan suster di depan mungkin ini karena Dava terlalu khawatir dengan Ana.

" Den Dava." Panggil Tinah yang melihat Dava seperti sedang mencari ruangan Ana.

Dava Berbalik kesamping dan menemukan Bi Tinah disana, lalu Dava melangkah kearah Bi Tinah.

" Bi dimana Ana? Apakah kondisinya baik-baik saja? Atau Ana sudah sadar Bi?." Pertanyaan beruntun keluar dari mulut Dava.

" Aden tenang dulu ya." Ucap Bi Tinah.

" Gimana saya bisa tenang Bi? Sahabat saya Ana masuk rumah sakit, sedangkan saya? Baru tau sekarang. Saya khawatir sama kondisi Ana Sekarang Bi, sebenarnya apa penyebab Ana masuk rumah sakit Bi!?." Tinah bingung harus menjawab apa, Tinah sebenarnya tidak ingin membuat Dava khawatir dan mengetahui ini semua, Namun ini adalah jalan satu-satunya.

Tinah memegang pundak Dava.
" Den Dava harus kuat ketika mendengar kondisi Non Ana yang sebenarnya nanti, mungkin ini berat buat Aden tapi Bibi mengakui bahwa kenyataan ini sangat berat untuk saya bahkan untuk Nyonya Rani." Tinah tidak sanggup untuk bicara yang sesungguhnya, Tinah menunduk dan menangis.

Dava semakin bingung dengan ucapan Bi Tinah, sebenarnya ada apa? Kenapa semuanya nampak membingungkan.

" Bi tolong jelaskan sama saya, apa yang terjadi dengan Ana? Saya mohon Bi, tolong jangan buat saya bingung." Paksa Dava.

Tinah menghembuskan nafas pelan lalu tersenyum tipis kearah Dava.
" Den, sebenernya Non Ana udah lama sakit. Cuman dia lebih memilih merahasiakan tentang penyakitnya, sama teman-temannya termasuk Aden." Dava sangat terkejut dengan ucapan Tinah.

" Apa Bi? Penyakit!." Ucap Dava yang masih tak percaya akan ucapan Tinah.

Tinah mengangguk sembari meneteskan air matanya.
" Iya Den, Non Ana punya penyakit yang sangat bahaya bisa di katakan penyakit ini, dapat merenggut nyawa Non Ana."

Dam!

Lagi-lagi Dava terkejut dengan penjelasan Tinah, tubuhnya lemas saat mendengar penyakit yang di derita Ana adalah penyakit mematikan.

" Sebenarnya apa penyakit Ana Bi? Kenapa Bibi bisa mengatakan jika penyakit yang diderita Ana, bisa membuatnya meninggal!." Seru Dava.

" Kalau soal penyakit yang diderita Non Ana, Saya gak bisa kasih tau. Kalau Aden mau tau, silahkan tanya sama Nyonya Rani.

" Oke, sekarang Tante Rani dimana?.

" Nyonya Rani, lagi di depan pintu ruangan Non Ana." Sahut Tinah, tadinya Tinah bersama majikannya namun saat mengingat jika Dava akan kesini, Tinah beralasan dengan majikannya untuk keluar sebentar mencari minum.

" Oke aku kesana sekarang." Dava langsung melangkah pergi mencari keberadaan Rani.

Tinah melihat kepergian Dava, wajah pria itu nampak khawatir akan kondisi sahabatnya.

" Maafin saya Nyonya Rani, Non Ana. Saya gak bisa nyimpan rahasia ini sama Den Dava, karena Bibi yakin cuma Den Dava yang bisa buat kalian berdua bangkit lagi dari keterpurukan." Ucap Tinah sembari melangkah menuju ruangan Ana.

About DavanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang