Ana dan Dava

44 5 0
                                    

Aku memang sering
Mengatakan menyerah
Berjuang Namun hatiku
tidak dapat berbohong jika faktanya aku masih ingin
Memperjuangkanmu.

@Ana Aurelia Natasya.

Setelah pulang sekolah ana langsung masuk kedalam kamar dengan wajah berseri. Ia baru saja masuk kedalam kamar, dirinya membuka lemari baju untuk memilih pakaian yang cocok ia gunakan sore nanti.

" Pokoknya, hari ini gue harus tampil cantik." Ucap Ana pada dirinya sendiri yang sedang memilih baju.

Waktu terus berlalu ana masih belum menemukan baju yang cocok ia pakai nanti.

" Aduh baju yang mana sih, dari tadi masa belum nemu. Kan sore ini gue harus tampil cantik, pokoknya ini adalah momen gue sama dava jadi gue harus cantik." Kata ana.

Rani masuk kedalam kamar ana ia membawakan sepiring nasi dan air untuk ana. Karena rani sudah mengajak ana makan dengannya selepas pulang sekolah tadi. Namun ana menolak dengan alasan ada hal yang lebih penting dari makan.

" Sayang makan dulu, mama udah bawain makanan untuk kamu." Ujar Mamanya membawa senapan nasi dan air.

Ana yang tengah sibuk memilih baju menengok kearah mamanya.

" Iya ma, taroh aja disitu. Ana masih sibuk cari baju nih." Sahut ana kembali memilih baju.

Rani Mengerutkan keningnya.
" Untuk apa kamu pilih baju? Kamu mau kemana sayang." Tanya Rani.

" Ini lo ma, dava ngajak aku jalan berdua nanti sore. Makanya aku pilih baju yang bagus, biar aku tampil cantik hehe." Jawab ana dengan tersenyum.

Ana terlihat bahagia sekali
Semoga rasa sedih yang dibuat oleh papanya bisa disembuhkan dengan dava. Batin Rani tersenyum tipis.

" Sayang, baju kamu kan bagus-bagus. pakai yang mana aja, kamu kan dasarnya emang cantik. Jadi pake baju apa aja, tetap cantik dan cocok." Kata mamanya menyakinkan Rani.

" Gitu ya ma, yaudah deh aku pilih baju yang ini aja. Menurut mama, bagus gak?" Tanya ana memperlihatkan baju yang ia pilih.

" Bagus banget sayang, kamu pasti cantik banget kalau pakai baju ini." Jawab mamanya.

Ana tersenyum manis.
" Oiya ma, papa udah pulang kerja?" Ujar ana membuat wajah Rani berubah.

Rani duduk di ranjang anaknya, ia menghela nafas.
" Seperti yang kamu liat sekarang, papa sama sekali belum pulang." Ujar Mamanya.

Hati ana terasa terenyuh melihat mamanya yang tampak sedih. Ana memegang lengan Rani ia ingin menguatkan mamanya untuk menghadapi masalah ini.

" Mama yang sabar ya, ya aku juga harus sabar sih atas sikap papa yang berubah. Apalagi sekarang papa, kasar banget dan gampang marah. tapi sekasar apapun papa dia, tetap orang tua aku juga." Seru ana menatap Rani dalam.

Rani tersenyum tipis, ia menatap mata ana dengan tatapan sedihnya.

" Iya sayang, mama harap kamu jangan pernah benci papa ya. meskipun papa udah nampar kamu, mama yakin pasti papa tu banyak kerjaan. Jadi, papa agak emosian sayang." Ungkap Mamanya dengan menyelipkan anak rambut ana.

Ana hanya mengangguk.

" Yaudah sekarang, kamu makan dulu. Mama mau pergi dulu, kamu nanti kalau pergi jangan malem-malem pulangnya." Ujar Mamanya.

" Mama mau kemana?." Tanya ana.

Gak mungkin aku bilang sejujurnya sama ana pasti dia bakal ikut kalau aku ngomong yang sebenarnya. Batin Rani.

About DavanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang