Suatu momen yang indah

36 5 0
                                    

Aku bahagia
bisa jalan sedekat ini
Bersamamu.

@Ana Aurelia Natasya.

Mereka telah sampai di tempat dava mengajak ana. Awalnya ana ingin pulang saja, karena perjalanan sangat lama. Namun dava membujuk ana hingga sahabatnya ini menurut saja. Awalnya ana kesal dengan dava tapi saat melihat tempat itu ana tersenyum girang. Kira-kira tempat apa ya🤣




Terus!











Lagi













Nah cukup!

" Dava semua ini lo, yang nyiapin." Ucap ana tersenyum manis.

Dava mengangguk dengan tersenyum.
" Iya ana, gue nyiapin ini semua supaya lo gak sedih lagi." Jawab dava.

Deg

" Makasih dava, pokoknya lo sahabat gue yang paling terbaik." Kata ana memeluk dava.

Dava membalas pelukan ana, ia mengingat masa-masa kecil mereka dulu. dimana dava dan ana selalu ada ketika salah satu dari mereka sedang dilanda masalah. Bukan hanya itu saja bahkan dulu dava pernah berkata dengan ana, bahwa dava suka padanya. Namun saat itu ana tidak menyukai dava tapi seiring berjalannya waktu ana mulai menyukai dava, namun pada saat itu dava sudah tidak lagi menyukai ana hingga pada akhirnya sekarang dava sudah bersama orang lain yaitu putri.

Ana melepaskan pelukannya.
" Gue sayang sama, lo dava." Ucapnya dengan menatap mata dava yang tengah menatapnya juga.

" Gue juga sayang, sama lo na." Jawab dava membuat hati ana berdetak cepat. " Tapi, gue sayang sama lo cuma sebatas sahabat." Lanjutnya membuat ana yang awalnya tersenyum kini menyudahi senyuman itu.

Kenapa kamu senang membawaku terbang jika pada akhirnya kamu pula yang membawaku jatuh!

" Iya dava, gue taulah dan bakal selalu inget. Toh gue juga sayangnya, cuma sebatas sahabat kok." Ujar ana dengan tatapan sendu.

" Bagus, yaudah sekarang kita duduk terus makan ya. Soalnya gue udah, laper." Ucapnya memegang perutnya.

Ana tersenyum tipis.
" Iya." Singkat.

Mereka makan dengan lahap, sesekali ana dan dava melempar lirikan beserta senyuman tipis disela-sela makan mereka. Ana yang merasa perutnya, sudah kenyang ia pun menyudahinya.

" Loh, kok udah na." Tanya dava dengan Menyuapkan nasi di mulutnya.

" Gue udah, kenyang banget dav." Jawab ana.

" Oh gitu." Dava pun menyudahi makanya.

" Lo kenapa, ikutan udah?." Seru dava.

" Kenyang." Sahut dava mengelap sisa makanan di bibirnya.

Ana hanya mengangguk paham.

Dava melihat sudut bibir ana disana terdapat sisa nasi, ia mengambil tissue.

" Na bisa gak sih, makan itu yang rapi. Emang lo laper banget ya? Sampai belepotan, gini." Omel dava dengan mengelap sisa nasi disudut bibirnya ana.

About DavanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang