Pertanda?

16 2 1
                                    


Dion dan Dava tetap setia menunggu kesadaran Ana, mereka berdua sampai tak selera untuk makan. Apalagi melihat kondisi Ana seperti ini, sangat membuat perut keduanya cukup kenyang.

" Yon." Panggil Dava yang ada duduk di samping Dion.

" Apa?." Sahut Dion.

" Lo budek? Atau tuli?." Ucapan Dava membuat Dion naik darah bisa-bisanya Dava berbicara bahwa dirinya budek dan tuli.

" Maksud lo apa ngomong gitu? Lo mau ribut sama gue?." Tanya Dion dengan menahan gejolak api yang sudah berkobar di hatinya.

" Santay bro, gue bilang gitu karena hp lo bunyi terus."

" Gak penting."

" Berisik anjir! Dari tadi bunyi terus, angkat aja kali, siapa tau penting." Seru Dava yang mulai terganggu dengan nada dering handphone Dion yang terus berbunyi.

" Sengaja, karena yang nelfon Della." Sahut Dion melihatkan nama yang terus menelfonnya." Gue sengaja gak angkat telfon Della, Karena gue yakin pasti ini anak tanya keberadaan Ana dimana. Lo tau Della kan? Sekali nanya panjang kali lebar, nanti malah gue gak bisa jawab dia curiga."

" Bener juga kata lo, tumben pinter." Ledek Dava

" Gue emang pinter, gak kaya lo bodoh." Dion tersenyum licik kearah Dava yang tengah melihatnya juga.

" Kurang ajar." Seru Dava membuat Dion tertawa kecil.

" Yon?." Panggil Dava pada Dion

" Hm." Jawab singkat Dion

" Ana beneran suka sama gue?." Tanya Dava langsung the point.

Dion selalu meruntuki kebodohannya kenapa waktu itu ia keceplosan mengatakan bahwa Ana memiliki perasaan untuk Dava, mengapa Dion begitu ceroboh arghh! Dion yakin setelah Ana sadar dan Dava menanyakan hal itu kepada Ana, pasti wanita itu akan membencinya.

" Yon! Gue nanya lo, bukan nyamuk." Ucap Dava Lagi.

Dion menghela nafasnya ia harus mengatakan yang sebenarnya toh dia juga sudah terlanjur berucap.
" Iya, Ana punya perasaan lebih sama lo."

Dava terkejut dan ia melihat sekelilingnya, nampak Tante Rani yang terus menangis memandangi pintu rawat Ana sedangkan Tinah yang sudah datang dia sedang menenangkan majikannya.

" Kita bahas di luar, gue tunggu lo di depan." Dava melangkah pergi untuk keluar dari rumah sakit itu.

Dion yang mengerti instruksi ia pun juga ikut melangkah pergi mengikuti Dava dari belakang.

" Lo tau dari mana Ana suka sama gue?." Dava langsung bertanya kepada Dion soal yang mereka bahas tadi.

Dion berdehem terlebih dahulu, dia benar-benar takut Ana akan membencinya karena kecerobohannya.

" Gue rasa itu pembahasan yang gak penting, jadi tidak perlu di bahas." Ucap Dion dengan melangkahkan kakinya.

" Pengecut." Langkah Dion terhenti mendengar sebutannya dari Dava, pria itu mengatakan ia pengecut!

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 08, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

About DavanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang