Halo semua gimana kabarnya? Baik? Atau buruk? Semoga baik ya hehehe.
Gimana masih sabar nunggu kelanjutan Partnya gak? Harus sabar ya karena author juga gak setiap harinya bisa update:)Tapi jangan sedih hari ini kalian bakal ketemu sama Dava dan Ana, gimana penasaran tidak dengan part hari ini?
Kalau penasaran yaudah yok gercep baca!There are many DMs, I ask Sis, why are there so many conflicts? Sis, will Ana unite with Dava later? Sis will Ana die?
Gini ya Author gak bisa kasih tau karena itu masih secret oke! Jadi kalian baca terus setiap partnya supaya kalian tau endingnya nanti gimana oke, jadi sekarang paham kan?
Sebelum membaca jangan lupa untuk vote dan author selalu nunggu komentar dari kalian🤣
Happy reading ❤️
" Dok gimana keadaan anak saya? Apa dia sudah sadar dok? Tolong jawab." Ucap Rani dengan tegas pada dokter.
Dokter Tania menghela Nafas.
" Jadi begini Bu, Ana saat ini belum sadarkan diri karena keadaannya masih sangat lemah." Sahutan dokter membuat Rani lemas." Ya Allah kuatkan Anakku, tapi dok anak saya akan sadar kan? Tolong lakukan yang terbaik untuk anak saya."
Tania mengangguk.
" Pasti Bu, saya sebagai dokter akan berusaha sekuat tenaga untuk menyelamatkan pasien. Tapi saya ingin bicara tentang penyakit Ana, setelah saya periksa kondisi Ana semakin lemah akibat kangker yang sudah menuju stadium akhir."Deg!
Rani dan Tinah terkejut mendengarnya, stadium akhir? Kenapa penyakit Ana semakin menjadi! Rani sama sekali tidak siap di tinggalkan Putrinya.
Rani memeluk Bi Tinah menyalurkan rasa takutnya serta sedihnya ketika mendengar kabar buruk ini.
" Ya Allah kenapa Ana semakin parah, aku mohon padamu berikan dia kesembuhan. Aku sangat tidak rela di tinggalkan Anakku nanti, hanya dia harapan ku hidup." Ucap Rani dengan menangis, Tinah mencoba menenangkan Majikannya.
Dokter Tania sangat tidak tega melihat Rani yang begitu hancur ketika mengetahui penyakit Anaknya sudah menuju stadium akhir.
" Ibu yang sabar dan tenang, banyak berdoa semoga penyakit Ana lekas hilang. Karena tidak ada yang tidak mungkin Bu, jika Allah sudah berkehendak pasti penyakit Ana akan hilang." Kata Dokter Tania.
" Iya dokter, saya akan selalu berdoa agar Anak saya lekas sembuh dari penyakitnya. Tapi saya mohon sama dokter tolong selamatkan anak saya." Sahut Rani.
Dokter Tania mengangguk singkat.
" Iya Bu saya pasti akan berusaha semaksimal mungkin untuk menyelamatkan nyawa Ana, tetapi saya juga butuh doa dari ibu supaya Ana diberikan kesadaran oleh Allah."" Iya dok itu pasti, saya akan selalu mendoakan anak saya. Karena saya belum siap untuk kehilangan Ana, Karena cuma dia harta yang paling berharga yang saya punya." Ucap Rani melihat kearah Ana terbaring.
Dokter Tania Tersenyum dengan memegang pundak Rani.
" Ibu yang tenang saja ya, saya yakin Ana itu anak yang kuat dia pasti bisa melawan penyakitnya ini."Rani Tersenyum tipis Kearah dokter Tania.
" Iya dok saya juga yakin kalau anak saya itu sangat kuat, dia gak mungkin nyerah gitu aja sama penyakitnya."" Nah itu ibu tau, kalau begitu saya pamit keruangan dulu Bu." Pamit Dokter Tania.
Rani dan Tinah mengangguk, dan Tania Tersenyum kemudian melangkahkan kakinya pergi.
Setelah dokter Tania pergi, Rani mendekati pintu kamar Ana di rawat.
" Sayang yang kuat ya demi Mama, Mama gak mau Ana pergi. Cukup Papa yang tinggalin Mama kamu jangan Ana." Rani mengusap pintu kaca rumah sakit dengan tangisan.Tinah tidak bisa seperti ini terus, melihat majikannya merasakan penderitaan yang bertubi-tubi. Ia harus melakukan sesuatu agar majikannya dapat tenang dan tidak terlalu sedih lagi.
Apa saya kabari Den Dava aja ya, supaya bisa menenangkan nyonya Rani, semoga juga kedatangan den Dava bisa membuat non Ana sadar melalui ikatan batin mereka! Iya saya harus menghubungi den Dava. Batin Tinah melangkah pergi Dengan membawa ponselnya.
Dava melamun dalam mengendarai motornya pikirannya masih memikirkan Putri, entahlah rasanya Dava menyesal telah membuat Putri sakit hati. Argh! Apakah Dava salah langkah? Dia hanya ingin Putri mengerti jika dirinya memutuskan hubungan ini karena ia tidak suka dirinya di kekang, bahkan Putri melarang Dava untuk menjauhi Ana. Sedangkan Dava sendiri tidak bisa berjauhan dengan Ana karena Ana adalah sahabatnya.
Dret..drett.dreet.....
Itulah nada dering ponsel Dava, merasa Ponselnya berbunyi Dava memberhentikan motornya.
" Bi Tinah? Tumben dia nelfon gue." Ucap Dava melihat nama yang tertera.
Halo Bi Ada apa nelfon saya?
Alhamdulilah di angkat juga sama den Dava, saya mau ngomong sesuatu den.......
Dava mengerutkan keningnya.
Yaudah Bi ngomong aja......
Gini den non Ana saat ini lagi di rawat di rumah sakit bahkan sampai sekarang belum sadarkan diri....
Deg!
Next Part!
KAMU SEDANG MEMBACA
About Davana
Teen Fiction[ FOLLOW SEBELUM MEMBACA! ] JANGAN LUPA VOTE! Perasaan yang selalu membuat seseorang gelisah dan perasaan rasa cinta bisa muncul secara tiba-tiba. Meskipun kamu tidak mau mengakui bahwa kamu mulai memilik rasa padanya. Namun menurut ku perasaan rasa...