Sadar dan terluka.

32 3 1
                                    

Kalau lo emang punya
Masalah, tolong cerita sama
Gue.

@Davana Putra Wijaya.

Bi Tinah melangkah kakinya masuk kedalam ruangan Ana, di sana Rani masih menciumi tangan anaknya yang masih belum membuka Matanya.

" Nyonya." Panggil bi Tinah dengan suara serak.

Rani melihat kearah Tinah dengan Mengerutkan Keningnya, ia heran kenapa suara Tinah seperti orang habis menangis.

" Kamu kenapa Tinah? Ada apa, kenapa nada suara kamu seperti orang habis menangis." Tanya Rani dengan mendekat kearah Tinah.

Tinah Menghela Nafasnya, Rani semakin bingung dengan tingkah pembantunya.

" Sebenarnya ada apa Tinah? Oiya apa yang di katakan Dokter, tentang Ana." Tanya Rani lagi.

Tinah hanya diam dirinya tidak tega jika harus mengatakan yang sebenarnya, ia takut majikannya akan semakin hancur.

" Tinah tolong jawab, pertanyaan saya. Kalau kamu diam begini, saya tidak tau Informasi dari dokter tentang Ana apa!." Seru Rani dengan nada penuh penekanan. " Jawab Tinah." Lanjutnya dengan menggoyangkan lengan Pembantunya.

Tinah menghapus air matanya yang mulai menetes.
" Nyonya sebenarnya saya gak tega, ngomong ini ke nyonya. Cuma saya memang gak bisa nutupin ini semua, karena nyonya yang lebih berhak tau." Rani semakin bingung Akan ucapan Tinah.

" Maksud kamu apa Tinah? Tolong jelaskan sama saya, jangan buat saya pusing. " Seru Rani.

Tinah mengambil tangan majikanya kemudian mengengamnya.
" Nyonya harus sabar dan kuat untuk menghadapi segala ujian yang Allah berikan, jadi sebenarnya non Ana punya penyakit yang belum nyonya ketahui bahkan non Ana belum juga mengetahuinya." Kata Tinah dengan meneteskan air matanya.

Deg!

Rani mengengam erat tangan Tinah, ia masih bingung dengan ucapan Tinah barusan.

" Bi tolong the point aja sama saya, saya belum ngerti bibi ngomong apa. Penyakit tersembunyi, Apa bi!." Ujar Rani.

" Non Ana punya, penyakit kanker otak stadium 2 Nyonya." Sahut Tinah dengan air mata yang semakin deras.

Tubuh Rani seketika lemas dirinya benar-benar belum percaya jika Anaknya punya penyakit separah itu, kenapa begitu berat ujian yang Allah berikan untuk Anaknya.

Rani menggelengkan kepalanya dengan air mata yang mengalir.
" Gak mungkin Ana punya penyakit, separah itu. Anak saya itu sehat dia sama sekali gak punya penyakit apapun, pasti dokter Tania salah meriksa orang. Saya yakin bi anak saya gak mungkin, punya penyakit kaya gitu gak mungkin!." Teriak Rani dirinya masih tidak terima jika Ana harus mempunyai penyakit separah Ini.

Rani mendudukkan dirinya di lantai, tubuhnya masih lemas ketika mendengar ucapan dari bi Tinah tentang keadaan Ana yang sesungguhnya. Tinah berjongkok, ia mengusap pundak Majikannya dengan lembut.

" Nyonya harus sabar menghadapi segala cobaan ini, bibi yakin ini semua ujian hidup buat non Ana dan Nyonya." Kata Bi Tinah.

Rani masih tidak bisa terima jika akhirnya anaknya harus mempunyai penyakit separah ini.
Saat Rani masih di tenangkan dengan Tinah, mereka mendengar suara samar-samar yang berasal dari arah Ana.

About DavanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang