Setelah berdebat cukup panjang, Sena berhasil membujuk Jeo untuk pulang ke rumahnya. Tentu saja Sena tak mau kebohongannya terbongkar di rumah sakit nanti.
Sesampainya di rumah, dibantu dengan kedua satpam yang berjaga, Sena pun sampai di kamarnya.
"Yaudah dimana obat lo? Biar gue ambilin!" tanya Jeo.
"Mampus!" batin Sena.
Dalam perjalanan tadi, Sena beralasan tidak mau ke rumah sakit karena ia sudah memiliki obatnya di rumah.
"Eee itu, obatnya... ada kok ada!"
"Ya ada dimana?" tanya Jeo lagi mulai frustrasi.
"Rahasia! Iya, obatnya rahasia jadi lo gak boleh tau!" ceplos Sena pada akhirnya.
Entah karangan apalagi yang ia buat.
"Rahasia?"
"Nih, udah ada air kan?" Sena menunjuk segelas air di atas nakas, "udah jadi lo gak perlu repot-repot. Mending lo keluar dulu, biar gue bisa langsung minum obatnya."
Melihat Jeo yang masih mematung, membuat Sena mengambil ancang-ancang untuk kembali mengeluarkan jurus ngik-ngiknya.
"Hik hi—"
"Oke-oke, gue keluar!" lantas Jeo pun pergi dengan menutup pintu kamar Sena.
Detik berikutnya Sena terpingkal-pingkal mengingat akting dadakannya. Untung sekali semua rencananya berjalan dengan mulus.
Sementara itu meski terasa aneh, Jeo tetap terima karena ia merasa bersalah. Jika dipikir-pikir selama ini sifatnya cukup kasar pada Sena.
Jeo kemudian turun ke lantai bawah, dari sini ini ia dapat melihat ada dua ibu-ibu yang nampak sibuk menyiapkan masakan di dapur.
"Bu?" Sapa Jeo hangat sembari duduk di kursi panjang yang ada di dapur.
"Eh neng?" Sapa balik ibu paruh baya yang tengah sibuk memotong bawang dan cabai.
"Udah malam kok masih masak sih Bu?"
"Panggil aja Bi Iin neng biar lebih enak hehe..."
"Ooh oke Bi Iin!"
"Jadi neng geulis, Bi Iin mah emang biasa masak jam segini. Soalnya tuan sama nyonya pulangnya suka malem, kadang malah besoknya baru pulang," jelas Bi Iin.
Jeo lantas berpikir sejenak, "maaf nih Bi, tapi emang beneran ayah sama ibunya si... siapa namanya? Se-Se—?"
"Sena maksudnya neng? Si eneng gimana sih, masa sama nama temennya sendiri lupa?" sahut Bibi lainnya yang terlihat lebih muda.
"Neng, beneran gak tau ibu sama ayahnya den Sena siapa? Neng sebenarnya siapanya den Sena atuh?" Bibi yang belum Jeo ketahui namanya itu mulai terlihat kepo seperti tipe ibu-ibu yang hobi mengghibah.
Ah, Jeo sangat tidak menyukai manusia sejenis itu.
"Tiyemmm!" tegur Bi Iin.
Ooh rupanya Bibi itu bernama Tiyem?
"Eee sebenarnya saya baru-baru ini aja kenal sama Sena, jadi belum bisa dibilang temen juga sih Bi," jelas Jeo sejujurnya.
Bibi Iin pun mengangguk sebagai tanda mengerti, "jadi neng, orangtua den Sena itu dua-duanya artis. Kalau tuan itu aktor, nah sedangkan nyonya itu diva."
Tentu saja Jeo terkejut, rupanya dia memang benar-benar anak artis, bukan hanya mengaku-ngaku. Bagaimana bisa Jeo tidak tau?
Ya, karena dia adalah seorang Jeo!
KAMU SEDANG MEMBACA
Can We? [SELESAI✔️]
Teen FictionJeo si gadis tangguh, kuat, dan pemberani. Itu yang kebanyakan orang lihat. Namun sesungguhnya Jeo hanyalah gadis biasa yang rapuh dan penuh akan luka. Sementara itu Sena adalah remaja labil yang haus akan kasih sayang. Wajah tampan yang dimilikinya...