Caka mengayuh sepedanya menuju mini market tempat Jeo bekerja. Tempatnya tak jauh dari kompleks perumahan mereka, sehingga biasanya Jeo berangkat dengan berjalan kaki.
Namun malam ini Caka menjemput gadis itu dengan sepeda.
"Selamat dat—" sambutan Jeo terpotong saat mengetahui yang datang adalah Caka.
"Udah mau tutup kan?"
Jeo mengangguk, "kirain gak ke sini, Jovan mana?"
"Emang sengaja ke sini sendiri sih," aku Caka seraya tersenyum tipis.
Dan entah mengapa senyuman itu masih selalu membuat Jeo deg-degan.
"Eh udah jam sepuluh, yuk bantuin gue!" alih Jeo lantas membereskan segala keperluan sebelum mini market ditutup.
¬¬¬¬
"Je, mau makan dulu gak?" tanya Caka sembari menggowes sepedanya.
Sementara Jeo duduk di boncengan belakang.
"Yuk! Gue traktir deh, kan abis gajian."
"Gak gak, gue aja. Kan gue yang ngajak."
"Gak, kalau gue bilang gue ya gue!" paksa Jeo tak mau kalah.
Ya, seharusnya Caka tau sifat keras kepala Jeo tidak akan tertandingi. Namun entah mengapa Caka selalu menyukai segala sifat perempuan itu.
Ah benar, Caka menyukai semua yang ada pada Jeo.
Setelah berkeliling mencari penjual makanan kaki lima yang masih buka, mereka melabuhkan perutnya pada sate ayam di dekat lapangan basket.
Seusai makan, mereka iseng bermain basket sebentar karena melihat lapangan sedang sepi.
Berbeda dengan keahlian bela diri yang Jeo dapatkan dari Jovan. Kali ini keahlian bermain basket Jeo, berasal dari Caka.
Dulu, Jeo sama sekali tidak bisa bermain basket. Hingga setiap ia melihat Caka tertawa karena berhasil mencetak point, semenjak saat itu Jeo memantapkan diri belajar basket.
"Aah perut gue!" seru Jeo kemudian terduduk di lapangan.
"Je, lo gak apa-apa?" nampak raut khawatir di wajah Caka.
Ia pun melempar bola basket ke sembarang arah dan menghampiri Jeo.
"Perut gue sakit tau! Habis makan diajak lari-larian," Jeo pun tergelak sendiri.
"Hahh... Je, gue kira lo kenapa!" sembari bernafas lega, Caka ikut tertawa kecil dan duduk di samping Jeo.
"Ya lo juga sih! Ngajak mainnya habis makan, harusnya tadi sebelum makan," protes Jeo.
Lagi-lagi Caka tersenyum, kemudian merebahkan dirinya di alas lapangan basket, "iya maaf! Soalnya nanti kalau main dulu, yang ada tukang satenya keburu tutup."
Dari sudut ini, Caka dapat mengamati rambut panjang Jeo yang selalu dikuncir kuda.
"Ngomong-ngomong, kuliah lo gimana Je?"
Sejenak Jeo menoleh pada Caka sebelum akhirnya menjawab, "yaa gitu!"
"Kalau hati lo?" dengan tanpa beban Caka berujar sembari menatap kerlip bintang di langit.
KAMU SEDANG MEMBACA
Can We? [SELESAI✔️]
Teen FictionJeo si gadis tangguh, kuat, dan pemberani. Itu yang kebanyakan orang lihat. Namun sesungguhnya Jeo hanyalah gadis biasa yang rapuh dan penuh akan luka. Sementara itu Sena adalah remaja labil yang haus akan kasih sayang. Wajah tampan yang dimilikinya...