Can We? 23

101 20 7
                                    

Hari yang telah direncanakan pun tiba. Kini Jovan dan Sena sudah bersiap di rumah Jeo.

Setelah berunding, mereka memutuskan untuk pergi ke kota tempat tinggal kakek, nenek, serta paman Sena.

Mereka setuju setelah mengetahui rupanya di sana begitu banyak tempat menarik yang bisa dikunjungi.

"Ini Caka ke mana sih belum datang juga?" dumel Jovan.

"Tau nih tuh anak, tinggal aja gimana?" saran Sena mengambil kesempatan.

"Enak aja lo mau ninggalin gue!" ujar seseorang yang ditunggu-tunggu.

Namun lihat, apa yang terjadi? Mengapa tiba-tiba Caka datang bersama Tere?

Sontak saja Sena maupun Jeo terperanjat melihat apa yang ada di hadapan mereka saat ini.

"Dia siapa?" tanya Jovan.

"Hai kenalin, saya Tere temannya Caka. Selain itu, saya juga satu kampus sama Jeo dan Sena. Sebelumnya maaf kalau aku tiba-tiba ikut kalian liburan, karena sebenarnya Caka yang ngajakin aku. Dan aku pikir, mungkin ini kesempatan supaya Sena bisa maafin aku," jelas Tere seraya tersenyum kikuk.

"Mau berapa kali lagi sih lo minta maaf sama gue? Gue bilang gue udah maafin lo, tapi gue gak mau ketemu sama lo lagi. Dan sekarang apa? Kenapa lo malah ikutan kita liburan?" kesal Sena namun berusaha menahan emosi melihat Jeo yang memegangi lengannya.

"Jo, lo ngajakin Sena tanpa sepengetahuan gue. Jadi sekarang gue mau kita fair, biarin Tere ikut sama kita karena gue yang udah ngajak dia," protes Caka.

Sebenarnya semenjak pertemuan antara Caka dan Tere di kafe kala itu membuat mereka semakin dekat. Bahkan mereka saling memberi informasi satu sama lain dan berbagi cerita mengenai hubungan mereka dengan Sena maupun Jeo.

Jadi tentu saja Caka mengetahui apa yang sedang terjadi antara Tere dan Sena, begitupun sebaliknya. Tere mengetahui bagaimana hubungan yang terjadi saat ini antara Caka dan Jeo.

"Oke oke, kayaknya hal ini gak perlu diperpanjang lagi. Kita berangkat sekarang, Tere, lo gak masalah kok kalau mau ikut," pungkas Jovan pada akhirnya.

"Jo, gak bisa git—"

"Loh, masih belum berangkat juga?" nenek Jeo keluar dari rumah.

"Eh Nek, ini udah mau berangkat kok," buru-buru Jovan menyalimi nenek Jeo, lalu disusul oleh yang lain ikut berpamitan.

"Yaudah ya Nek, Jeo berangkat dulu. Nenek hati-hati di rumah, terus jangan lupa panggil mbok Piah untuk nemenin Nenek tidur di rumah," pesan Jeo seusai salim.

Mbok Piah sendiri adalah tetangga baik Jeo, mbok Piah inilah yang sering membantu dan menjaga nenek.

"Iya sayang, kamu gak perlu khawatir. Pokoknya kamu di sana juga harus hati-hati dan selamat bersenang-senang ya!" nenek pun mencium pipi cucunya itu.

Sementara di mobil Caka dan Sena berebut menyiapkan tempat duduk untuk Jeo.

Dilihatnya, Jovan yang menyetir dengen Tere di sampingnya. Sementara tidak ada pilihan lain, Jeo pun duduk di antara Sena dan Caka.

"Gimana udah siap?" tanya Jovan selaku pengemudi.

"Siappp!!!"

¬¬¬¬

Tiga jam lamanya, mereka pun akhirnya sampai di villa keluarga Sena.

"Je, sini gue bawain barang-barang lo!" ucap Caka.

"Udah sini biar gue aja!" Sena merebut ransel yang semula sudah berada di tangan Caka.

"Yeee apaan lo main rebut-rebut aja!" Caka tak terima.

Can We? [SELESAI✔️]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang