Can We? 10

173 38 1
                                    

"BURUAN!!!"

Maka tak punya pilihan lain, Sena pun membuka pintu mobilnya. Dan sebelum turun, Jeo memperingati Sena untuk tetap di mobil.

Sesampainya Jeo di hadapan para remaja itu, ia pun berseru, "Sebelum gue pakai cara kasar, mending lo semua minta maaf sama Sena!"

Namun bukannya menuruti perintah Jeo, para remaja laki-laki itu justru menertawakannya seraya berujar, "dih! Emang lo siapa?"

"Kayaknya dia bidadari deh!" celetuk yang lainnya.

"Jatuh dari genteng di hadapanku... Eeaaa!" sahut yang lainnya lagi bersama-sama memparodikan lagu dari Coboy Junior itu.

"Eh eh jangan gitu lah sama kakak cantik!" salah satu di antara mereka maju mendekati Jeo.

Sementara itu Sena yang menyaksikan dari mobil, was-was bukan main.

Saat salah satu remaja yang mendekat itu hendak mencolek dagu Jeo, dengan gesit Jeo lebih dulu menangkap tangannya.

Detik berikutnya Jeo menggelintir tangannya hingga remaja itu menjerit kesakitan.

"Aduhhh lepasin!"

Jeo pun melepaskannya sembari mendorong laki-laki itu pada teman-temannya.

"Sini lo maju satu-satu!" perintah Jeo seraya memainkan jari telunjuknya.

"Boleh juga lo!" salah satu dari mereka pun akhirnya mulai maju lebih dulu.

Namun dengan santai Jeo mampu menghadapi satu persatu perlawanan dari mereka yang menurut Jeo tidak ada bandingannya.

Melihat lawan yang tak ada apa-apanya, tentu saja Jeo tidak mengerahkan semua jurusnya. Cukup hanya dengan sekedar menendang, menggelintir, dan memukul beberapa bagian tubuh mereka.

Hingga kini hanya tersisa satu di antara mereka dengan tubuh paling berisi maju menghadap Jeo.

Sebelumnya ia melihat teman-temannya yang sudah terkapar kesakitan.

"Huaaa... Ampun Kak ampunnn! Saya cuma ikut-ikutan," betapa terkejutnya Jeo saat ternyata anak itu justru bersimpuh sembari menangis meminta ampun.

Rasanya ingin sekali Jeo tertawa, namun karena ia masih memiliki rasa kemanusiaan, akhirnya Jeo hanya meminta ketujuh remaja itu berkumpul di depannya.

"Sen turun lo!" teriak Jeo pada Sena.

Maka Sena pun turun menghampiri mereka.

"Copot semua masker lo!"

Mulanya ketujuh remaja itu saling adu pandang, namun pada akhirnya mereka pun mencopot maskernya menuruti perkataan Jeo.

"Gue heran deh sama lo semua! Bisa-bisanya cuma karena cemburu sama seseorang, lo sampai ngelakuin teror kayak gini," kesal Jeo sembari melipat kedua tangannya di dada.

"Sekarang gue tanya deh! Lo pikir seleranya Sena yang seorang anak artis top itu kayak cewek-cewek lo?"

Tidak ada yang berani menjawab pertanyaan Jeo, lagi-lagi mereka hanya saling adu pandang.

"Gue minta ini jadi perbuatan terakhir kalian! Selama ini Sena udah terlalu baik, karena kalau dia mau, dengan mudah lo semua pasti udah di penjara."

Kali ini Sena benar-benar kagum, sifat tegas dan keprofesionalan yang Jeo miliki membuatnya berpikir bahwa ia memang tidak salah pilih. Andai Sena bisa lebih awal mengenal seorang Jeo. Mungkin hidupnya tidak akan seberat ini.

"Sekarang gue mau satu-satu dari kalian minta maaf sama Sena!"

¬¬¬¬

Sepulang dari kampus, Caka mampir terlebih dahulu di salah satu mall terdekat. Rencananya hari ini ia berniat membelikan kado untuk Jeo.

Can We? [SELESAI✔️]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang