Can We? 30

78 14 1
                                    

Dear Jeonara Fiersa ❤️

Perempuan terhebat yang pernah kutemui di dunia.
Aku harus pergi untuk sementara, bukan untuk selamanya.
Suatu hal yang besar terjadi di hidupku, dan aku memutuskan semua secara mendadak.
Aku harus pergi tanpa berani bertemu kamu. Maaf aku pengecut!
Maaf karena pada akhirnya aku kembali membawamu pada sebuah perpisahan.
Tapi kamu harus percaya, aku akan kembali menemuimu.

~ Sena

----------

Jeo mengusap pipinya yang basah.

Lalu menenggelamkan wajahnya pada bantal yang sedari tadi menjadi tumpuan dagu.

Kini perasaannya sangat kacau. Sedih, cemas, marah, dan bingung.

Meski surat itu mengatakan sementara, namun Jeo tetap takut. Ia takut bahwa Sena tak akan pernah kembali, takut bahwa Sena akan meninggalkan dirinya untuk selamanya.

Setelah ada banyak kehilangan yang dialaminya semasa hidup, Jeo tak akan sanggup untuk kembali mengulangi perasaan itu.

Jeo mengangkat kepala lantas menyalakan ponsel, memanggil seseorang hingga beberapa kali namun nihil.

Nomor Sena sudah tidak aktif.

Jeo melempar ponselnya ke sembarang arah, menangis semakin jadi.

¬¬¬¬

Betapa terkejutnya Jovan kala melihat nenek Jeo tiba-tiba datang ke rumahnya.

"Udah tiga hari Jeo ngurung diri di kamar, bahkan dua hari gak masuk kuliah. Nenek bingung, gak tau harus gimana. Setiap nenek masuk ke kamarnya kasih makan, Jeo gak mau ngomong apa pun selain bilang makasih," terang nenek.

"Yaudah Nek kalau gitu sekarang kita ke rumah Nenek, tapi Nenek pulang dulu ya. Jovan mau cari Caka, kebetulan kemarin pulang."

Nenek pun mengangguk lantas pergi kembali ke rumahnya.

Sementara itu Jovan pun bergegas menarik Caka setiba di rumah sahabatnya itu.

Tentu saja Caka panik bukan main mendengar apa yang Jovan katakan. "Pantesan Jeo gak balas chat kita di group. Gue kira dia sibuk."

"Ya sama! Kalau bukan karena nenek yang bilang, kita gak akan tau apa yang terjadi sama dia sekarang. Sahabat macam apa kita!" caci Jovan pada dirinya sendiri.

Selama ini mereka terbiasa bersama, Caka dan Jovan selalu ada untuk menjaga Jeo. Namun karena kesibukan masing-masing, tanpa disadari terbentang jarak di antara mereka.

Jovan dan Caka pun sampai di rumah Jeo dengan berjalan kaki. Lalu berbincang sejenak dengan nenek dan mengetuk pintu kamar Jeo.

Tak ada sahutan, Jovan dan Caka pun segera masuk karena pintu tidak terkunci.

Betapa terkejut mereka kala melihat kacaunya penampilan Jeo.

Gadis itu terduduk di depan meja belajarnya dengan mata sembab dan rambut yang acak-acakan.

"Jeo?!"

Melihat kedatangan Caka dan Jovan membuat Jeo kembali menangis, bahkan lebih kencang.

Jelas saja kedua sahabatnya makin panik.

Can We? [SELESAI✔️]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang