Jam menunjukkan pukul 8 pagi. Pada jam sekian, Pak Takeda belum ada di kantornya. Dalam beberapa hal dia orang yang seenaknya sendiri. Namun karena sepak terjangnya sebagai editor beberapa novel yang menjadi best seller maka orang-orang memaklumi dan membiasakan diri atas kelakuan Pak Takeda. Terbiasa karena terpaksa. Kebanyakan orang terbiasa karena tidak bisa melawan arus, kalah dengan mereka yang lebih berkuasa. Disisi lain apabila orang lain yang berperilaku seperti itu, mereka akan menentangnya sekuat mungkin. Kesetaraan masyarakat? Hanya omong kosong beberapa orang. Strata sosial masih berlaku dan sangat terlihat dalam masyarakat, dan itulah menyebabkan dunia ini damai. Aku membayangkan apabila semua orang sama dan tidak ada yang diatas ataupun dibawah. Konflik akan terus ada dan lebih kompleks dari keadaan saat ini. Dikarenakan aku harus segera menyeleksi naskah lainnya, aku menghubungi nomor resmi kantor Pak Takeda dan menitipkan pesan untuk segera meneleponku jika sudah berada di kantor, ada hal penting yang harus disampaikan.
Telepon terputus begitu dari sana terdengar suara lemah, 'baik akan saya sampaikan', tak ada kalimat lainnya, hanya sebatas itu. Seakan penerima tidak suka berurusan dengan Pak Takeda atau apapun yang menyangkut tentangnya. Aku bisa mengerti perasaan seperti itu, karena terkadang aku juga jengkel dengan tingkah laku Pak Takeda yang terkesan seenaknya. Namun dari sisi lain, aku menyukai pemikiran tajam dan mendalam yang ia utarakan. Kebijaksanaan tidak datang dari kenyamanan, pemahaman tidak berawal dari kemalasan. Aku meyakini hal seperti itu sampai sekarang dan mungkin kapanpun. Aku kembali duduk dengan setumpuk kertas menjadi temanku. Aku sudah tidak berminat untuk menyeleksi lainnya, hanya ingin membaca naskah Reseptor Pasif. Semakin aku membaca, semakin aku mengetahui ada keanehan. Reseptor dapat bertambah sesuai keinginan perseptor, sedangkan perseptor hanya bisa bertambah atas keinginannya. Aku tidak mengerti siapa yang dimaksud 'dia'. Tapi sosok 'dia' digambarkan sebagai penguasa, mengetahui segalanya dan mencapai apapun yang dia inginkan. Berurusan dengannya hanyalah usaha percuma dan mengancam. Aku tidak akan tahu kecuali bertemu dengan penulisnya.
Aku mempunyai sebuah keinginan, keinginan untuk menjadikan naskah ini sebagai ide utama naskahku selanjutnya. Aku tidak tahu apa alasannya, tapi naskah ini seakan menarikku untuk ditulis kembali dengan bahasa yang lebih baik dan berkembang lagi. Sebuah tarikan yang memaksa dan egois, tidak membiarkan sebuah imajinasi menakjubkan hanya ditulis seringan dan sesederhana ini. Sebuah jiwa kepenulisan mulai keluar kembali dalam diriku, setelah sekian lama tertimbun dalam –sangat dalam dan terkunci. Aku pernah berpikir tidak akan menulis lagi dan ikut menguncikan impianku bersama keinginan menulis itu. Naskah ini muncul seakan menjawab pertanyaanku, kenapa? Kenapa keinginan itu terkunci dalam dan sulit keluar? Apakah karena keinginanku yang terlalu naif? Terkadang aku berpikir demikian. Namun membaca naskah fiksi seperti ini, seakan loker 'menulis' dibuka kembali dan dikeluarkan seluruhnya. Menjalar ke otakku dan menyuruhnya kembali menulis. Aku seperti merasakan sebuah saklar dalam kepalaku berbunyi 'klik' dan menunjukkan wujud keinginan yang baru. Ambisi yang baru dan sangat besar. Untuk menulis naskah Reseptor Pasif dan membuatnya lolos Penghargaan Akutagawa dan menjadi best seller. Dari mana keinginan seperti itu muncul? Aku sendiri tidak tahu pasti. Yang aku ketahui adalah naskah ini, memicunya agar muncul kembali ke permukaan dan terbang dengan bebas. Apakah kebanyakan penulis seperti ini? Menemukan pemicu untuk kembali pada jalur sebelumnya.
Pak Takeda melepon sekitar 2 jam setelah aku menitipkan pesan. Waktu yang sangat lama dan mundur sekali dari jadwal masuknya. Tanpa salam dan pembukaan, langsung ke inti. Bahkan terkadang tidak tahu waktu. Bagi Pak Takeda, apabila dia masih bangun, maka orang lain juga masih bangun, tidak peduli jam berapapun itu.
"Hal penting?"
"Sepertinya. Aku menemukan satu naskah yang sangat menarik dan berpotensi."
"Reseptor Pasif."
KAMU SEDANG MEMBACA
Antara Aku dan Manusia
General Fiction"Cukup satu kesalahan, itu akan membuatmu menderita." Lahir di kota yang sakit, dengan segala situasi yang sakit. Mencari apa itu kebahagiaan, dan menghindari segala kepura-puraan. Semesta kecil seorang wanita, yang dirundung kenangan dan masa lalu...