36. Apakah Orang Prancis Tahu Makanan Mereka Adalah Bentuk Rasa Kesepian?

1 3 0
                                    

AKU merasa bahwa sekarang sudah memasuki musim semi. Tapi aku benar-benar tidak ingat. Yang aku rasakan bahwa waktu mengalir begitu cepat tanpa kusadari. Sikap waktu yang hampir sama seperti air yang tenang; mengalir dari hulu ke hilir dengan pasti dan tidak akan kembali. Musim semi menampakkan sebuah harapan baru, daun-daun hijau kecil mulai bertumbuhan di antara dahan-dahan muda. Dahan tua mulai menampakkan sikap menyerah dan akan segera patah. Bunga-bunga akan memulai hari sibuk mereka setelah habisnya musim dingin dan orang-orang tidak perlu menggunakan jaket kulit tebal mereka yang di dalamnya ada berlapis baju. Aku merasa damai memikirkan hal semacam itu. Sedangkan aku di sini hanya mengawasi dari balik jendela dengan jus jeruk dan crackers yang kubeli kemarin. Miyako mengajakku ke rumahnya sore ini, tapi rasanya aku ingin bertemu dia tanpa menggerakkan kakiku. Aku ragu, perasaan ini apakah perasaan malas atau justru rasa takut? Mengetahui bahwa ada sebuah ancaman, tubuhku memberikan sinyal perlindungan diri. Perlindungan untuk memberikan peraasaan gundah agar tetap berada dalam zona ku sendiri. Tidak menantang sesuatu yang ada di luar sana. Tapi keinginanku menolak. Aku sudah berada di sini dan tidak bisa kembali. Mau tidak mau, inilah yang harus aku lalui. Entah itu berurusan dengan orang ambisius yang tiba-tiba mendirikan sekte agama ataupun orang-orangnya. Aku yakin, dan aku tidak sendiri. Burung Peramal itu pasti sudah melakukan sesuatu. Aku yakin.

Aku mengambil panci dan mengisinya dengan air kran. Memasukkan satu genggam spaghetti kaku dan menambahkan sedikit garam. Panci itu aku tutup dengan uap yang berteriak untuk keluar. Di lain sisi aku juga fokus untuk memasak sausnya. Saus tomat dicampur sedikit daging ayam dan irisan bawang bombay, sedikit lada dan garam. Mungkin lebih enak jika kutambahkan minyak zaitun. Suara uap air dari panci spaghetti dan aroma saus adalah kebanggaanku. Kegembiraanku. Kadang aku merasa, apakah orang Prancis tahu bahwa makanan mereka adalah sebuah bentuk dari rasa kesepian? Saat seseorang tidak punya pilihan makan malam, atau dalam keadaan terpuruk di palung paling dalam, maka spaghetti adalah pelarian mereka. Inilah sebuah wujud dari kesepian; dalam bentuk makanan bersulur.

Saat aku sedang mengaduk saus, tiba-tiba telepon berbunyi. Suara yang benar-benar aku rindukan. Walaupun hanya beberapa hari saja, tapi suara telepon yang sangat akrab dengan telingaku benar-benar memberikan sebuah kesan berbeda tiap kali mendengarnya. Bisa jadi tergantung siapa yang menelepon, rasa dalam suara juga berubah. Kali ini tiga kali dering dan telepon mati, lalu bagai sebuah kelahiran kembali suara itu terulang hingga beberapa kali. Aku ingin menikmati aroma sausku tapi beralih dengan menikmati suara telepon. Tidak akan kuangkat, pikirku sambil membuka panci spaghetti dan menuangkannya ke atas piring. Telepon masih berdering dengan pola yang sama merengek untuk segera diangkat, dan aku mendengarkannya seperti sebuah konser piano Reynold Bernstein, Piano Concerto.

Aku mengalah.

Aku tidak akan pernah bisa menikmati spaghettiku dengan permainan yang diulang-ulang tanpa mendekati akhir semacam itu. Orang itu tidak akan pernah menyerah.

"Tiga hari, atau bahkan empat. Untuk ukuran seorang perempuan sepertimu itu sebuah rekor, kau tahu?"

"Mana kutahu. Aku tidak pernah menghitung berapa jam aku keluar. Mau satu jam, kek, satu hari kek, setahun, kek, aku tidak menghitungnya."

"Jika kau punya kebiasaan seperti itu dan kemudian kau diculik, tidak ada yang curiga atau khawatir tentang itu."

"Siapa yang mau menculik orang sepertiku? Bahkan aku menyerahkan diri sekalipun mereka hanya diam dan enggan."

"Siapa tahu, kan. Kau mungkin akan berurusan dengan adegan semacam itu. Seperti di film-film."

"Kalaupun memang terjadi hal semacam itu, kurasa kau orang pertama yang menyadarinya."

"Apa itu sebuah pengakuan? Mungkin akan kupikir-pikir lagi. Ternyata kau agresif juga."

"Siapa peduli. Ada apa? Kau mengganggu spaghettiku."

Antara Aku dan ManusiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang