31. Lain Kali Kita Bisa Berjalan-Jalan Sambil Naik Perahu Di Sungai Abu-Abu

5 3 0
                                    

"... HAL seperti ini berakhir dengan kematian tubuh fisik. Jadi mereka yang sudah menjadi para pengelana; maka mereka sudah memilih sebuah jalan menuju kematian mereka sendiri. Kematian yang berbeda dengan manusia pada umumnya. Karena dia akan berurusan langsung dengan konsep dan aturan dunia itu sendiri melebihi segala batasan yang telah ditentukan. Merekalah pengelana, merekalah para pembelot."

Aku bersimpati pada para pengelana ini dan aku merasa aku juga bersimpati pada diriku sendiri karena mengetahui bagaimana akhir yang akan kudapat.

"Tidak semua akhir akan tetap sama," katanya seakan membaca batinku. "Memang banyak yang berakhir pada satu titik yang sama, tapi bukan berarti bahwa semuanya akan berakhir pada titik yang sama juga. Seperti yang kukatakan, mereka yang berakhir pada akhir seperti ini karena kemuakan dan perasaan mereka terhadap dunia sudah hilang. Mereka sudah menyerah dengan kehidupan itu sendiri dan meninggalkan tubuhnya dengan kehendaknya. Dia tidak mendapat kekuatan untuk melawan perasaan itu. Jadi bagaimana akhirnya, tergantung pada tiap orang yang menjalaninya, begitulah kukira. Lagipula kamu sendiri sudah pernah melewati banyak hal tentang hal-hal seperti ini. Kemuakanmu pada masa lalumu dan para manusia menjadikanmu sesuatu yang baru dari bentuk hati manusia. Juga aku meyakini kau bisa lebih kuat daripadaku dan lebih pandai dari pengelana yang lainnya."

Sesuatu yang baru? Aku hampir tertawa mendengar hal-hal semacam itu. Aku hanyalah seorang perempuan biasa yang tidak bisa mengontrol nafsu dan hasrat berahi dan melampiaskannya pada siapapun, menghisap ganja saat malam musim dingin dan tidak maju dalam pergelutan sastra. Tidak ada pendukung atas apa yang dikatakan sesuatu dalam diri Fumioka ini.

"Memang kamu bisa berpikir bahwa itu tidak mungkin, mengingat memang beberapa hal cukup menyedihkan. Tapi, jika kamu hanya berfokus pada hal-hal kecil, maka jurang tidak akan terlihat. Aku tidak akan menjelaskan dari awal bagaimana kamu menjadi seorang pengelana dan salah satu di antara mereka, karena kamu pasti sudah tahu sejak kapan itu terjadi. Yang ingin kukatakan pada waktu ini adalah, aku ada dipihakmu. Memang rasanya cukup aneh karena datang tiba-tiba dan menyatakan keberpihakan tanpa bukti dan faktor lainnya. Tapi itu hanya ada pada konsep dunia ini, sedangkan dunia aku berada, tidak ada konsep macam itu." Katanya setelah membaca apa yang ada dalam hatiku.

Aku tahu kejadian apa yang dia maksud, kematian ibuku dan saat-saat aku mengharapkan sebuah kematian pada waktu-waktu gelap di kamar. Aku hanya memikirkan sebuah kematian yang sempurna, hingga tidak menemukan bagaimana aku harus mati dengan cara yang sempurna. Rasanya kematian sudah sangat dekat padaku dan hanya berjarak sebutir telur. Waktu-waktu itulah aku mulai merasakan banyak hal yang berubah dan mulai menjadi semakin aneh. Berbagai hal di mulai dari sana.

Rasanya aku sulit membayangkan kapan waktu dan berbagai tempat yang aku kunjungi waktu itu. Apa itu empat tahun lalu? Atau mungkin lebih? Bahkan pikiranku sendiri sudah melupakan arus waktu.

"Tidak heran kamu melupakan berbagai hal; waktu ataupun tempat. Karena pada dasarnya dunia ini dilandasi tiga hal utama; waktu, tempat dan bentuk. Hal-hal seperti itu tidak dikenal di tempat dan dunia yang lain. Cukup merepotkan, bukan? Jika kamu berminat mungkin lain kali kita bisa berjalan-jalan sambil naik perahu di Sungai Abu-Abu."

"Jadi, bagaimana kukatakan, ya. Para pengelana dimulai dengan sebuah pemicu sebagai tanda mulainya pengelanaan mereka dan pemicu itu terkadang tidak diketahui oleh pengelana itu sendiri, bukankah seperti itu?"

"Ya, bisa juga dipahami seperti itu. Tapi terkadang juga banyak para pengelana yang tidak tahu tentang diri mereka sendiri dan tidak mau berpikir tentang keanehan pada dunia mereka juga. Jadi tidak ada harapan mereka untuk mencari tahu ataupun berusaha. Mereka hanya menganggap hal-hal seperti itu adalah hal sepele dan bisa dialami siapa saja dan dimana saja, hal semacam itu, sungguh benar-benar bodoh. Tapi juga banyak yang tahu sendiri langsung setelah peristiwa pemicu itu terjadi. Dalam kasusmu, tentu kau tidak termasuk dalam keduanya secara penuh. Pemahaman dan pemikiranmu terbagi-bagi menjadi berbagai pikiran, itulah yang cukup menarik, menurutku. Karena terkadang hal itu menyelamatkanmu dan juga mencelakakan. Kutukan dan berkah pada dasarnya sama."

Antara Aku dan ManusiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang