WALAUPUN kejadian ini hanyalah mimpi namun rasanya sangat nyata. Tiap detail dapat kurasakan dengan baik, bahkan aku merasa bisa menyentuh tiap helai rerumputan di padang tersebut. Perbatasan antara wilayah rerumputan dan tandus benar-benar mencolok, seolah rumput benar-benar tidak bisa tumbuh di tanah tersebut, seperti ada batas kehidupan di antara dua jenis tanah yang terhampar. Warna tanah tandus itu sedikit oranye dan butiran pasirnya terlihat lebih besar dari pasir pada umumnya. Langit terbentang luas berwarna abu-abu yang cenderung gelap, aku menutup mataku selama beberapa saat dan membukanya kembali, warna abu-abu tetap tidak berubah; namun kombinasi terhadap warna itu mulai memudar. Muncul seseorang yang mengecat warna itu menjadi beberapa kombinasi; abu-abu kemerahan, abu-abu keemasan, atau abu-abu jernih. Aku tidak pernah tahu bahwa dengan menutup mata bisa menghasilkan berbagai perubahan warna langit. Tidak ada awan di sana, benar-benar bersih. Pohon itu berdiri tegap menusuk langit dengan kebesarannya dan kemewahan pohon itu; tiap dahan raksasa yang lebih mirip mie itu mempunyai sebuah bola yang berisikan sebuah kehidupan raksasa. Nordik memprediksi kebenaran.
Orang aneh itu menghadap padaku diam, tidak ada reaksi apapun dan aku tidak bisa melihat bagaimana pandangannya kepadaku saat ini. Matanya yang kemungkinan kecil dan penuh keriput itu tertutup rambut panjang kasar yang sudah memutih secara sempurna; ditambah tubuhnya yang hampir seputih rambutnya dengan keriput batu di sana sini membuat auranya terasa mengerikan. Tongkat yang lebih tinggi dari dirinya yang berwarna coklat tua seperti kulit pohon itu terlihat sangat pas digenggamannya dan disejajarkan seperi tiang bangunan. Namun dibalik fisiknya yang aneh, aku merasakan sebuah rasa yang tidak pernah kurasakan sebelumnya; rasa nyaman, aman dan tenang saat melihatnya dan pohon raksasa itu, juga rasa takut dan ngeri melihat pemandangan di luar nalar manusia. Bila melihat kemungkinan, dahulu pasti ada juga orang yang pernah mengunjungi tempat ini sekadar untuk main-main atau juga terseret seperti diriku secara spontan saat tidur. Lalu secara sengaja membeberkannya di dunia nyata, menuliskannya dalam sebuah buku dan menjadi sebuah mitologi terkenal lawas zaman Ragnarok.
Aku tidak bisa bangun, sekeras apapun aku berusaha membangunkan diriku dan mencubit tanganku, tidak ada rasa sama sekali. Kesadaranku berada pada alam lain, dan sensor sakit juga berada dalam tempat yang jauh berbeda. Di tempat ini hanya ada keheningan dan suara air gemericik. Dari atas bisa terlihat gelembung-gelembung air muncul di sekitar pohon namun tidak menimbulkan suara sama sekali. Keheningan yang nyaman; seakan menghipnotis siapapun untuk menetap di sana dan menikmati kedamaian yang tidak akan kau temukan di dunia yang sudah rusak. Di sini adalah tempat ini, dan di sana bulan menghilang. Untuk beberapa saat, aku percaya bahwa tempat seperti inilah yang dinamakan surga. Dimana kau bisa diam saja sepanjang hidupmu dan menikmati ketenangan yang baru kau temukan, seperti memetik sebuah mawar putih dan menatapnya sepanjang jalan pulang. Aku bisa diam di sana bahkan sepanjang hidupku.
Orang aneh itu tiba-tiba tersenyum kecil dan menunjukkan sebuah ekspresi yang mencurigakan. Keinginanku untuk waspada lenyap saat melihat senyumnya yang penuh rasa lega dan permintaan terima kasih.
"Apa hubungan anda dengan pohon ini?" Tanyaku tanpa melihat sedikitpun pada dirinya. Dedaunan pohon itu bergerak seperti tertiup angin, namun daun sebesar itu tidak akan bergerak kecuali dengan angin yang cepat; aku tidak merasakan hembusan angin sedikitpun.
"Hati yang membuat seseorang ragu. Aku tidak punya kekuatan untuk merubah pilihan manusia, namun aku memiliki ketetapan dalam alam. Kau sudah berada dalam titik dimana keinginanmu mati begitu luhur dan murni, dan karena perasaan seperti itu kematian tidak menginginkanmu bahkan merasa najis terhadapmu." Dia tidak menjawab pertanyaanku, dan aku tidak terlalu memahami maksudnya. Dia seperti NPC dalam sebuah game yang berbicara dengan program tertentu.
"Lalu karena itu kau membuatku berada di dunia tanpa bulan?"
"Itu bukan alasan. Aku hanya ingin kau membantuku."
KAMU SEDANG MEMBACA
Antara Aku dan Manusia
General Fiction"Cukup satu kesalahan, itu akan membuatmu menderita." Lahir di kota yang sakit, dengan segala situasi yang sakit. Mencari apa itu kebahagiaan, dan menghindari segala kepura-puraan. Semesta kecil seorang wanita, yang dirundung kenangan dan masa lalu...