***
**
*
Hyunjin tak langsung menyahuti Bangchan. Dia menatap Bangchan dengan intens. Dia selami kedua mata Bangchan yang tak jauh beda dengan batu koral, kanan dan kiri. Hyunjin merasa malu saat berusaha mencari kilat emosi yang sedang Bangchan rasakan sekarang; tapi malah dia sendiri salah tingkah.
Sedetik kemudian pria berbadan kokoh itu mengalihkan pandangan untuk kembali menatap langit.
Melihat Bangchan asyik menatap langit, Hyunjin pun kembali menatap langit. "Aku tahu yang kau sebut kekurangan itu," ucap Hyunjin lalu memasukkan tangan ke saku jaket Bangchan yang dia pakai sekarang. Tangannya memainkan sisa sampah yang ada di dalam jaket itu; sepertinya bungkus permen jelly.
Rasa hangat balutan jaket yang diiringi aroma Bangchan benar-benar menenangkan, membuat Hyunjim tak ambil pusing dengan sisa-sisa sampah permen yang ada di jaket Bangchan.
"Itu bukan kekuranganmu, kok. Bagiku itu hal spesial darimu," lanjut Hyunjin sambil sedikit menoleh pada Bangchan. Ketika pria itu menoleh ke arahnya, Hyunjin lanjut bicara. "Aku memang punya pernikahan impianku. Tapi aku rasa kita bisa pelan-pelan menjalaninya bersama." Hyunjin menatap Bangchan sambil tersenyum.
Senyuman itu sangat indah bagi Bangchan. "Benarkah?" tanya Bangchan kini menolehkan kepala secara penuh pada Hyunjin dengan posisi badan masih seperti semula.
Hyunjin mengubah posisi badannya. Secara penuh dia menghadap ke arah Bangchan. Kakinya naik dan dia tekuk di sisa ruang antara dirinya dan Bangchan.
Hal yang Hyunjin lakukan membuat Bangchan otomatis kembali menatap langit. Dia tak ingin bertemu tatap dengan Hyunjin. Berbanding terbalik dengan Hyunjin yang kini sibuk beringsut mendekat ke arah Bangchan dengan kaki tertekuk di depan dadanya. Hanya itu yang jadi pemisah antara Hyunjin dan Bangchan yang kini bersisian dengan sangat dekat.
Tubuh mereka sangat dekat untuk mencari hangat. Lebih tepatnya Hyunjin memakan lahan kursi dan memojokkan Bangchan yang sudah benar-benar menempel pada ujung kursi. Efek alkohol membuat Hyunjin lebih berani dalam bertindak. Hyunjin kemudian memberikan senyuman manis penuh afeksi pada Bangchan. Ditatapnya kontur wajah Bangchan tanpa melewati semili pun.
Tak lama kemudian Hyunjin mengangguk mantap sambil menggumam, "Mhm". Menjawab pertanyaan Bangchan tadi.
"Kau sendiri bagaimana? Apa kau tertarik padaku?" Dengan sengaja Hyunjin menjeda tiap pertanyaan dan membuat nada bicaranya diulur-ulur. "Aku dengar ... sebenarnya kau sudah memiliki pilihanmu sendiri," kata Hyunjin sambil menyandarkan tubuh di sandaran kursi dan merebahkan kepala ke atas sandaran kursi. Hal tersebut otomatis membuat kepalanya berada di atas lengan Bangchan yang melintang di atas sandaran kursi.
Bangchan menoleh sebentar dengan mata membesar. Yang dilakukan Hyunjin terlalu blak-blakan. Bukankah tadi pria manis itu sempat takut kalau Bangchan akan berbuat hal yang tidak-tidak? Namun kini tampaknya Hyunjinlah yang menyerahkan diri pada Bangchan.
"Apa dia manis?" tanya Hyunjin.
Bangchan hanya diam.
"Lebih manis dariku?" tanya Hyunjin lagi dengan nada menggoda.
Bangchan masih diam, benar-benar tak menjawab dan hanya menatap Hyunjin dengan lekat. Tatapannya fokus pada mata Hyunjin yang tampak berkilau karena bias lampu.
Begitu pula Hyunjin, dia balas menatap Bangchan yang kini memperhatikannya dengan lekat. Ketika dia merasakan jantungnya sendiri berdegup tak menentu, dia yakin kalau dirinya berbohong jika mengatakan tidak tertarik pada Bangchan.
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] Chanjin ― Alexithymia Love
FanfictionHyunjin harus menerima takdir untuk dijodohkan dengan seorang penderita alexithymia. Ia ingin bertahan dan yakin bisa bahagia bersama suaminya. Namun, kenapa ia lebih banyak menangis ketimbang bahagia? Akankah Hyunjin sanggup menjaga pernikahannya s...