***
**
*
"Bangchan-ssi!"
Satu suara terdengar menggelegar melalui pengeras suara di penjuru ruang rapat.
"Bangchan-ssi, jadi bagaimana?" Suara lainnya ikut terdengar. Namun sosok yang ditegur masih tak merespon.
"Bangchan-ssi!" Suara lain kembali menimpali.
"Maaf, presentasi akan saya ambil alih." Kali ini Jaebum yang bicara. Dia berlari ke depan ruang rapat untuk menghampiri Bangchan. "Hei, Bung! Istirahatlah. Biar aku ambil alih." Jaebum berbisik di telinga kanan Bangchan sambil menepuk pundaknya.
"Eh?" Bangchan memandangi sekelilingnya. Dia seperti kebingungan ketika mendapati hampir semua mata peserta rapat tertuju padanya dengan tatapan yang kurang mengenakkan. Jaebum kembali menepuk pundak Bangchan sambil separuh mendorongnya untuk kembali duduk bersama peserta rapat.
Menyadari dirinya melakukan sesuatu hal yang kurang pantas, Bangchan pun membungkukkan badan ke arah peserta rapat. Tanpa banyak cakap dia berjalan ke kursi peserta rapat di bagian belakang.
Setelah duduk, dia menguap sekali kemudian mengusap-usap wajahnya sendiri. Dia berusaha melawan kantuk dan fokus dengan presentasi Jaebum mengenai progres proyek perkantoran yang kini mereka kerjakan.
Saat ini dia bertanggung jawab atas proyek pembangunan realokasi wilayah perkantoran. Sudah dua hari dia meninggalkan Hyunjin dan si kembar untuk urusan kerjaan. Seharusnya pula, dia yang menjelaskan progres ini, bukan Jaebum.
Entahlah, dia seperti hilang kesadaran tadi. Tubuhnya saja yang ada di ruang rapat, tapi pikirannya masih berada di rumah bersama Hyunjin dan si kembar.
Bangchan melirik jam tangan. Ini belum waktunya makan siang, tapi dia merasa sangat lapar. Seharusnya dia membekali diri dengan segelas teh hangat dan roti panggang tadi pagi. Namun, karena menemani Hyunjin–melalui video call—menimang si kembar tadi malam, membuatnya bangun kesiangan dan tak sempat sarapan.
Semenjak kelahiran si kembar tiga bulan lalu, Bangchan memang harus menyiapkan sarapannya sendiri. Dia tak tega membangunkan Hyunjin yang kelelahan, dan dia tak mau membuat Hyunjin semakin lelah. Jadi, sebenarnya jika sedang dinas di luar kota seperti ini, dia sudah terbiasa untuk mengurus semuanya sendiri.
Oh ya, sebisa mungkin dia juga membantu mengerjakan pekerjaan rumah lainnya untuk membuat Hyunjin senang. Tentu setelah itu Bangchan juga akan senang karena Hyunjin akan memeluk dan memberikan ciuman yang Bangchan sukai.
Hal lain yang terasa berbeda setelah kelahiran si kembar adalah Hyunjin seperti tak punya banyak waktu untuk menemani Bangchan. Belum lagi si kembar seperti tak suka dengan Bangchan ketika mendekati Hyunjin. Mereka sering menangis jika Hyunjin meluangkan waktu untuk memanjakan Bangchan.
Si kembar benar-benar jahil. Persis seperti Hyunjin saat mengandung. Bangchan bukan mengeluh, tapi dia akan lebih senang kalau bisa sedikit memiliki waktu berduaan dengan Hyunjin.
Getaran ponsel mengalihkan pikiran Bangchan mengenai kesehariannya bersama keluarga kecilnya. Notifikasi pesan muncul di layar ponsel Bangchan. Secara penuh Bangchan tak lagi memperhatikan presentasi yang Jaebum berikan. Pasalnya itu adalah pesan dari Hyunjin. Tak ada yang lebih penting dari itu.
Hyunjin bertanya mengenai rencana makan malam. Memang sesekali Bangchan tak makan malam di rumah karena keperluan kerjaan. Namun malam ini Bangchan yakin dirinya bisa pulang untuk makan malam di rumah. Apalagi Hyunjin berjanji membuatkan sup ikan.
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] Chanjin ― Alexithymia Love
FanficHyunjin harus menerima takdir untuk dijodohkan dengan seorang penderita alexithymia. Ia ingin bertahan dan yakin bisa bahagia bersama suaminya. Namun, kenapa ia lebih banyak menangis ketimbang bahagia? Akankah Hyunjin sanggup menjaga pernikahannya s...