18: Fake Protagonist

678 121 32
                                    


***

**

*



Tepat seperti yang Bangchan duga di pikirannya, senyuman palsu terus terukir di wajah Hyunjin ketika menyapa para tamu undangan. Dengan penuh kepalsuan tangan mereka terus bergandengan. Lebih tepatnya Hyunjin merangkul lengan Bangchan.

Mereka berkeliling ballroom hotel, melangkah dari meja ke meja untuk menyapa para tamu dengan senyuman dan tawa palsu.

"Tentu aku bahagia. Bangchan sangat mencintaiku. Ya, kan, Sayang?" tanya Hyunjin sambil menoleh pada Bangchan. Kepala Hyunjin sengaja dimiringkan sedikit untuk terlihat manis di hadapan para tetua.

Bangchan hanya mengangguk dengan mulut bungkam.

"Dia hanya kelewat lelah, proyeknya semakin banyak, Bibi," ucap Hyunjin pada bibinya. Dia membela ketika bibi Bangchan mengomeli Bangchan yang tampak tak senang dengan acara ini. "Percayalah ... dalam hatinya dia senang. Maafkan dia, ya, Bibi."

Bangchan lagi-lagi hanya diam. Hyunjin dengan hebat menjawab semua pertanyaan dan tudingan yang dilontarkan para tamu. Pria dengan riak wajah datar itu hanya mengikuti ke mana pun Hyunjin membawanya untuk menyapa para tamu.

Begitu melihat Minho dan Jisung yang baru sampai, Hyunjin melepaskan rangkulannya pada lengan Bangchan. Dengan langkah besar dia bergegas untuk langsung memeluk Jisung.

Sambil melangkah menuju meja yang sudah disiapkan untuk Minho dan Jisung, dengan wajah ceria Hyunjin mengusap-usap perut Jisung yang kini sudah membesar. Usapan itu bahkan tak berhenti ketika Jisung bergerak untuk menarik piring buah mendekat di hadapannya.

Minho tersenyum ke arah Bangchan. Dengan niat bercanda dia menyikut pelan sisi tubuh Bangchan. "Kapan kau menyusul?"

Pertanyaan Minho berhasil membuat gejolak hampa di dalam tubuh Bangchan. Bukannya Bangchan tak ingin. Dia sangat ingin. Menjadi ayah yang baik adalah cita-citanya.

"Wah wah wah ... luar biasa!"

Itu jeritan Hyunjin. Untuk pertama kali setelah beberapa bulan terakhir, wajah gembira benar-benar muncul di wajah Hyunjin.

"Dia menendang tanganku!" seru Hyunjin sambil menatap Bangchan. Seola-olah Hyunjin ingin memamerkan hal ajaib yang baru saja dia alami. Senyum lebar terpajang di sana. Pipinya terangkat dan membentuk buntalan kecil hingga ujung matanya mengerut.

Setelah itu tatapan Hyunjin kembali ke perut Jisung. Tangannya bergerak untuk mengusap-usap perut Jisung yang sebesar bola sepak.

"Pasti kalian senang sekali, ya?"

Ucapan Hyunjin tertuju pada Minho dan Jisung dengan nada yang terdengar lirih. Dia masih mengusap-usap perut Jisung. Namun kali ini ada wajah hampa di sana. Senyuman cerah tadi hilang. Berganti dengan senyuman yang dipaksakan, sama palsunya dengan ketika menyapa para tamu tetua.

"Mintalah pada Bangchan," ucap Jisung sambil mengunyah semangka. "Hei, Bodoh!" tegur Jisung pada Bangchan, "apa susahnya menghamili Hyunjin? Apa kau impoten?"

Minho langsung refleks menutup mulut Jisung. Jisung melawan. Berusaha melepaskan tangan Minho untuk kemudian digigit.

Minho mengerang kesakitan, tapi kembali menatap Bangchan. "Maafkan dia. Semenjak hamil tingkahnya makin susah dikontrol."

Hyunjin terkekeh geli. Dan itu membuat rasa hangat di dada Bangchan menyebar.

"Dia tidak impoten. Dia hebat di ranjang. Bahkan sangat hebat ... sampai aku kewalahan," ucap Hyunjin lalu kembali merangkul lengan kanan Bangchan. Kepalanya dengan sengaja sedikit mendongak untuk menatap sisi samping wajah Bangchan.

[✓] Chanjin ―  Alexithymia LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang