6: Perjodohan

740 129 27
                                    

***

**

*


Malam dingin bersalju.

Seperti cuaca pada umumnya di akhir tahun, malam itu salju turun sesekali. Tak hebat sampai berbadai, kali ini salju turun dengan indah dan berhasil membuat suasana malam menjelang pergantian tahun baru menjadi semakin indah. Ornamen hiasan natal masih terpajang di sana-sini penjuru kota.

Tak terkecuali di kediaman keluarga Bangchan.

Suasana gaduh kini menghiasi dapur. Bukan hanya pembantunya yang sibuk, tuan rumah juga. Nenek Choi, kepala pembantu yang sudah seperti orang tua bagi sang tuan rumah, mengambil komando untuk mempersiapkan ruang makan yang kini dihiasi lilin dan taplak meja berenda.

Jika ada lilin dan taplak meja berenda di ruang makan, artinya akan ada tamu spesial.

Ya, akan ada tamu spesial malam ini. Tamu spesial yang diharapkan mampu menjadi satu keluarga di masa depan. Calon besan, (kalau orang tua Bangchan bilang) dan ditambah calon mantu, lagi-lagi ini dari sudut pandang orang tua Bangchan.

Sudah tiga bulan sejak Bangchan membuat kekacauan pagi hari dengan menyatakan kalau dia ingin menikah. Masih ingat, 'kan? Betapa kata-kata itu keluar dengan ringan dari mulut Bangchan.

Ucapan Bangchan itu terus berulang beberapa kali tanpa tahu pasti siapa sosok yang ingin Bangchan nikahi itu. Saking lelahnya mendengar ucapan Bangchan, orang tua Bangchan sampai membuat ultimatum jika dalam waktu satu bulan Bangchan tidak bisa membawa orang asing yang ingin dia nikahi itu, maka Bangchan harus mau mencoba perjodohan yang diatur orang tuanya. Akhirnya Bangchan pun setuju setelah hampir dua bulan lewat dari tenggat yang dijanjikan.

Psikiater yang menangani terapi otak Bangchan terus memberikan berita baik.

"Tampaknya dia sudah mulai bisa mengenal orientasi eros. Walaupun respon rasa ini masih sangat kecil untuk manusia seumurnya, tapi itu sudah sangat lebih baik jika kita mengingat sisa cidera otaknya."

Ucapan psikiater Bangchan terus mengiang dan sukses menjadi titik terang untuk orang tua Bangchan. Setelah melewati beberapa tahun sesi terapi panjang dan sesekali pemeriksaan otak, diketahui bahwa orientasi eros Bangchan memang berkembang. Orang tua Bangchan senang bukan main. Bagi mereka yang penting anaknya bisa merasakan jatuh cinta dan itu bisa membuat Bangchan bahagia.

Perkembangan naluri eros dan jatuh cinta adalah hal yang bagus buat perkembangan otak Bangchan. Harapan untuk dia bisa kembali normal jadi lebih tinggi. Itulah sebabnya dengan semangat mereka kini mengatur untuk berbesan dengan orang yang sangat mereka kenal dengan baik.

Beruntung mereka mempunyai seorang anak seumuran Bangchan, yang sangat menawan, baik, dan sopan. Kebetulan anak itu baru saja kembali setelah sekian lama mengenyam pendidikan dan bekerja di Las Vegas. Bahkan calon besannya juga tahu dengan persis kondisi Bangchan. Ini benar-benar takdir dari tuhan untuk melindungi Bangchan.

"Yongsun-ah, coba kau cek anakmu. Lama sekali dia," ucap Nenek Choi pada sang tuan rumah yang sudah seperti anaknya.

"Oh, ya ... aku sampai lupa kalau aku belum melihatnya dari tadi," ucap Yongsun yang kini berbalut pakaian sutra serba hitam yang sederhana tapi tetap menawan. Ini bukan acara resmi. Yongsun tak mau berlebihan. Namun tetap harus menawan karena ini acara penting untuk anaknya.

"Yeobo, bisakah kau bergerak untuk menjadi lebih berguna? Setidaknya rapikan kemejamu," cibir Yongsun pada suaminya yang kini duduk malas di sofa sambil memainkan gim di ponsel.

[✓] Chanjin ―  Alexithymia LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang