Ini episode terakhir angst. Suwer sungguh ... ini yang terakhir. Beneran deh.
Sebagai referensi, silakan baca ulang episode 3.
Siapa tahu sudah lupa dengan ceritanya.
***
**
*
Tawa bahagia menghiasi taman kecil di belakang rumah. Ada tiga nyawa di sana.
Ada Hyunjin, ada Bangchan ... dan ada buah hati mereka. Wajahnya yang tembam dengan pipi kemerahan sungguh menggemaskan. Kaki kecilnya yang berusaha mengimbangkan diri juga tak luput menjadi pusat pujian kagum dari Bangchan dan Hyunjin.
"Papa ..." jerit anak kecil itu sambil berlari dari kejaran sang ayah. Dua ekor anjing juga ikut meramaikan suasana.
Hyunjin hanya tersenyum bahagia sambil menyiapkan roti untuk camilan mereka; tinggal satu potong lagi yang harus disiapkan. Senyuman Hyunjin kembali merekah saat melihat Bangchan dan anak mereka masih sibuk bermain kejar-kejaran. Ini akhir pekan yang sudah lama Hyunjin impikan; istirahat santai bersama suami dan anak mereka yang sudah mulai belajar berlari.
"Papa ...." Teriakan anak kecil itu kembali terdengar. Tapi Hyunjin masih sibuk dengan rotinya. "Papi ... Papa pappaa ...." Kali ini rengekan terdengar.
Otomatis Hyunjin mengangkat pandangannya.
Di situ ... di tengah taman, anaknya terduduk. Air matanya mengalir. "Papa ... papa ..." rengek anak itu di antara tangisnya.
Hyunjin otomatis menghampiri anaknya. Dengan cepat ia menggendong si anak kecil berpipi tembam yang tengah merengek. Ia berusaha menenangkan anaknya. Dia bingung karena anaknya duduk sendiri tanpa ada Bangchan dan dua ekor anjing.
"Papa ... Papi ... Papa ..." rengek sang anak di antara tangisnya sambil mengulurkan tangan seolah mencari sang ayah, Bangchan.
Mata Hyunjin mengedar ke selingkungnya. Dia tak melihat sosok Bangchan. Dua ekor anjing peliharaan mereka juga tak ada.
"Bbang!" panggil Hyunjin dengan suara lantang. Sang anak terkaget. Tangis nyaring keluar dari mulutnya. Wajahnya memerah dengan cairan hidung tumpah tak beraturan. "Bbang!! Sayang!!" teriak Hyunjin lagi sambil menepuk-nepuk punggung anaknya. Dia cukup panik dengan tak ada Bangchan di selingkungnya. Dan tangis sang anak justru memperburuk keadaan. "Sayang! Kau di mana?"
Awan hitam yang beriring dengan bunyi gemuruh langit menghiasi suasana kalut Hyunjin. Dia langsung berlari membawa anaknya menepi. Matanya masih mengedar mencari suaminya, Bangchan.
"Bbang!! Sayang!!" panggil Hyunjin lagi dengan kencang. Dia masih menepuk-nepuk sang anak yang terus menangis di gendongannya, masih mencari sang ayah.
Hujan deras mengguyur taman belakang. Kucuran air yang sangat lebat itu membuat Hyunjin semakin sulit untuk melihat Selingkungnya. Petir menyambar, angin kencang menampiaskan kucuran hujan. Hyunjin pun mengeratkan pelukan pada anaknya yang menangis.
Meja kecil yang berisi makanan sudah ludes basah oleh curahan hujan. Hyunjin hanya bisa menatap miris.
Di antara deras hujan itu tampak satu sosok mendekat. Itu Bangchan.
Bangchan tersenyum manis sekali. Dia merentangkan tangan sambil terkekeh. Tanpa sadar air mata lega menetes di pipi Hyunjin. Bangchan niat sekali menjahili Hyunjin dan anaknya.
"Papa ..." jerit sang anak sambil mengulurkan tangan seolah minta digendong oleh Bangchan.
Hyunjin memperpendek jarak di antara mereka. "Iya, Nak, itu papa," ucap Hyunjin sambil melangkah, berusaha mengabulkan keinginan sang anak.
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] Chanjin ― Alexithymia Love
FanficHyunjin harus menerima takdir untuk dijodohkan dengan seorang penderita alexithymia. Ia ingin bertahan dan yakin bisa bahagia bersama suaminya. Namun, kenapa ia lebih banyak menangis ketimbang bahagia? Akankah Hyunjin sanggup menjaga pernikahannya s...