***
**
*
Dengan pikiran kusut Hyunjin menatap surat gugatan cerai dari pengadilan yang sampai di alamat rumah hari ini. Nama Bangchan dan dirinya tertera di sana, lengkap dengan jadwal verifikasi berkas yang perlu Hyunjin penuhi.
Tawa miris keluar dari mulutnya. Dia tak percaya akhirnya Bangchan merusak semua yang telah dia pertahankan. Hingga saat ini Hyunjin masih belum sekali pun memenuhi panggilan pengadilan. Alasannya jelas, dia tak mau bercerai dengan Bangchan walau tak secara lantang disuarakan.
Dia sengaja mengulur waktu pemeriksaan dan mediasi. Harapan akan ada suatu keajaiban masih menghiasi hati terdalam Hyunjin—harapan akan Bangchan yang secara ajaib mencabut gugatan cerai. Hingga hari ini pun harapan itu masih terus Hyunjin bisikkan dalam tiap lirih suaranya saat bicara pada Tuhan.
Bangchan sendiri semakin sering menghindari Hyunjin, memilih menginap di apartemen atau kantor. Lemari bagian Bangchan pun sudah mulai berkurang isinya, lebih dari separuh. Sebagian besar sudah mulai Bangchan angkut ke apartemen beserta barang-barang lain yang memang milik Bangchan sedari awal. Lagi-lagi Bangchan mengambil barang-barangnya di saat Hyunjin tidak ada di rumah.
Sedangkan Hyunjin sama sekali tak berubah, dia masih menyiapkan toples kukis untuk Bangchan, berharap Bangchan akan mengambilnya jika sedang ke rumah. Namun, sejak Bangchan melontarkan kata cerai, jumlah toples itu masih sama, tak berkurang sama sekali. Bangchan benar-benar hanya pulang untuk mengambil baju dan barang yang terkait kerjaannya.
Hyunjin hanya bisa mengembuskan napas kasar. Air matanya seperti sudah kering. Dia hanya terus mengatur napas untuk membuat hatinya lebih tenang, walau nyatanya sulit.
Bangchan dan Hyunjin sepakat untuk menyembunyikan proses perceraian mereka. Hanya Jisung dan Minho yang tahu. Oke, ditambah diam-diam Hyunjin membuat Felix dan Changbin tahu juga. Dia tak tahan jika tak cerita kepada dua sahabatnya itu.
Dalam hatinya Hyunjin yakin Bangchan tahu bahwa Hyunjin menjadikan Changbin dan Felix sebagai tempat keluh kesah. Dan Hyunjin berterima kasih karena Bangchan tak menjadikan itu masalah besar.
Mungkin karena Bangchan benar-benar sudah tak peduli lagi tentang apa yang terjadi pada Hyunjin.
Hanya Felix dan Changbin yang bisa mengisi keceriaan–tapi hampa—bagi Hyunjin. Sama seperti halnya kini, mereka bertiga tengah mengadakan pesta barbeku di halaman belakang rumah.
"Kau ini ... sudah, jangan ditatapi terus!"
Itu Changbin. Dia mengomeli Hyunjin sambil membolak-balik sosis dan daging panggang di perapian.
Felix dan Hyunjin duduk di meja sambil menyiapkan piring dan olahan daging untuk siap dibakar. Lebih tepatnya Felix yang kerja dan Hyunjin hanya menatapi surat gugatan cerai dari Bangchan.
Hyunjin masih belum menandatangani surat persetujuan cerai. Dia tak mau melakukan itu. Hatinya terasa sakit dan hancur tiap Bangchan menanyakan perihal tanda tangan surat persetujuan cerai.
Namun, lama-kelamaan sepertinya Bangchan mengerti bahwa Hyunjin tak mau membahas itu. Sesekali pesan dari Bangchan datang. Pada umumnya hanya bertanya mengenai letak barangnya ataupun mengingatkan Hyunjin untuk memenuhi panggilan pengadilan.
"Hyunjin!" Felix sengaja memekik untuk menarik perhatian Hyunjin.
Tentu Hyunjin terkejut, matanya sampai membesar. Telapak tangan kanannya kini memegang dada kirinya yang berdegup kencang karena teriakan mendadak dari Felix.
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] Chanjin ― Alexithymia Love
FanficHyunjin harus menerima takdir untuk dijodohkan dengan seorang penderita alexithymia. Ia ingin bertahan dan yakin bisa bahagia bersama suaminya. Namun, kenapa ia lebih banyak menangis ketimbang bahagia? Akankah Hyunjin sanggup menjaga pernikahannya s...