***
**
*
Suasana rumah menjadi semakin kaku.
Semakin Hyunjin berusaha untuk bicara, semakin Bangchan pulang larut malam. Tak mudah menyerah, Hyunjin bersikeras menunggu Bangchan, membuat Hyunjin sering kali tertidur ketika menunggu sang suami di ruang tengah.
Ketika Bangchan sampai di rumah, dia akan menggendong Hyunjin ke kamar. Ia membiarkan Hyunjin memeluknya hingga benar-benar terlelap.
Hyunjin berpura, tak jarang ia hanya sekadar memejamkan mata tanpa benar tertidur. Ia merasa lebih tenang dalam hangat tubuh dan aroma keringat bercampur sisa parfum milik Bangchan.
Hyunjin belum siap jika Bangchan melepaskan diri ketika tahu kalau dirinya tak benar-benar tengah tertidur. Hanya ini cara yang Hyunjin punya agar dirinya bisa memeluk Bangchan.
Walau memang, seiring waktu Hyunjin akan benar-benar tertidur karena merasa tenang. Tenang karena Bangchan ada di sisinya, tidak di luar sana dengan sosok lain.
Namun demikian, keesokan harinya Hyunjin akan memulai hari dengan perasaan kecewa. Kecewa karena Bangchan sudah berlomba dengan matahari untuk lebih dulu menyapa dunia. Tidak menyempatkan diri untuk menunggu Hyunjin membuka mata.
Hati Hyunjin hampa. Persiapan ulang tahun pernikahan pun menjadi hal berat untuk ia lakukan. Sesekali ibunya dan Yongsun datang untuk menemani Hyunjin menyiapkan acara ulang tahun pernikahan. Inilah hal yang membuat semua menjadi semakin berat. Dia lelah memasang topeng untuk terlihat baik-baik saja.
Sering kali dia memasang senyum. Kembali memasang suara manja pada Bangchan melalui telepon untuk berpura-pura di hadapan para orang tua.
"Bbang, kau pulang jam berapa, Sayang?"
"Aku sedang memilih keperluan acara ulang tahun pernikahan kita. Kau mau dekorasi warna apa, Sayang?"
"Kalau makanannya dibuat prasmanan saja bagaimana, Bbang?"
Dan ujaran-ujaran lainnya, sekadar untuk meyakinkan pada Ibunya dan Yongsun bahwa mereka baik-baik saja. Bangchan kelewat sibuk akhir-akhir ini, menjadi alasan yang Hyunjin pakai ketika ditanya mengapa menyiapkan ulang tahun pernikahan seorang diri.
Sesekali ketika Hyunjin merasa sangat lelah, dia akan minum untuk melepas stres.
Sesampainya di kamar, Hyunjin pun menangis. Menangis sambil meracau tak jelas.
Seiring waktu, Hyunjin pun semakin sering mabuk. Di antara mabuknya itu, Hyunjin akan menangis, bahkan sampai menggerak-gerakkan kakinya seperti anak kecil mengambek ketika melihat Bangchan. Dia menangis tak jelas, menggumamkan kata-kata yang membuat mata Bangchan membesar—tanda kaget.
Namun, Bangchan selalu menganggap barangkali dirinya salah dengar. Lebih baik berpikir seperti itu.
Dalam keadaan mabuk, Hyunjin sering meracau tentang keinginannya terhadap Bangchan sambil berulang kali memukuli Bangchan. Pukulan yang sebenarnya tak sakit, namun entah kenapa mengandung banyak arti seolah menyampaikan rasa sakit yang Hyunjin simpan sendiri.
Jika sudah lelah menangis, Hyunjin akan menjadi manja dan super lengket pada Bangchan. Dia hanya ingin terus memeluk Bangchan sampai tertidur. Tertidur dengan air matanya yang terus mengalir dan isakan yang mengisi kamar tidur mereka.
Bangchan tak suka itu. Sangat tidak suka.
Sama halnya seperti malam ini. Ketika Bangchan membuka pintu rumah, dia mendapati Hyunjin dalam keadaan mabuk.
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] Chanjin ― Alexithymia Love
FanficHyunjin harus menerima takdir untuk dijodohkan dengan seorang penderita alexithymia. Ia ingin bertahan dan yakin bisa bahagia bersama suaminya. Namun, kenapa ia lebih banyak menangis ketimbang bahagia? Akankah Hyunjin sanggup menjaga pernikahannya s...