Safa lagi membuka laptopnya. Dia nyambi kerjain tugas dari profesor yang hari ini masuk di kelasnya. Saat tengah sibuk dengan laptop sang papa yang sedang bermain dengan gawai pribadinya itu pun memanggil Safa.
"Coba Safa lihat!" Ujar pria 60 tahun itu sambil memperhatikan layar hapenya.
"Ini waktu Safa nampil di pesta kelulusan sekolah kan? Papah masih simpen loh videonya." Senyum Safa semakin melebar dikala pandangan papa begitu SENANG akan video itu. Video bertahun lamanya. Pesta kelulusan SMA.
Ia ingat hari itu, di kala semua orang tua datang untuk pesta kelulusan SMA sang anak. Safa hanya di temani oleh Pak supir yang merekamnya dari jauh. Di saat orang lain berfoto dengan orang tua mereka didepan spanduk kelulusan. Ia hanya foto sendiri atau dengan teman-teman yang lain.
Mungkin benar kata orang kita tidak bisa membeli apapun. Termasuk waktu. Dahulu ketika mereka masih jaya. Safa mentolerir segala kesibukan orang tuanya. Merasa bahwa itu memang tugas orang tua sebagai pencari nafkah dan dia sebagai anak harus bersyukur karena masih bisa di berikan segala fasilitas, keistimewaan dan material yang tidak semua orang dapat jangkau.
Namun yang kini Safa sadari adalah selagi ia masih ada waktu untuk dihabiskan dengan orang tuanya. Itu lah yang lebih penting.
Mungkin ini sudah jalannya. Dahulu Safa pernah meledak karena mamanya bahkan berada di Malaysia saat ulang tahunnya. Ulang tahun ke17 yang meriah itu di rayakan tanpa sosok mamanya. Ia menangis sejadi-jadinya mengetahui hingga acara berakhir sang mama belum juga berada di cafe pesanannya. Bahkan ia menunggu hingga sang papa menjemputnya sendiri. Safa mencela kondisi mereka yang makmur tapi tak bahagia. Bahkan ia meminta di lahirkan dari keluarga biasa saja namun masih bisa merasakan kehangatan keluarga. Tepat didepan wajah papanya.
Papanya sempat marah dan menganggap perkataan Safa itu tidak bisa diterima. Omongan adalah doa dan benar saja kini sudah hampir setahun mereka bangkrut. Orang tuanya lebih banyak dirumah bersama Safa dan Mina. Bahkan Mina juga bekerja sambil kuliah dan mengambil jurusan programmer. Sedangkan Arafah putri tertua itu sempat kaget namun ia membantu sebisanya. Karena dia pun tak bisa meninggalkan keluarganya dan karena tinggal jauh di seberang pulau.
Candra baru selesai makan siang. Niat hatinya ingin menelfon Safa. Gadis itu sudah 3 hari tidak nampang di rumah dan membuat Candra kangen tidak karuan. Terkadang ingin menelfon namun perbedaan zona waktu kadang menjadi kendala keduanya.
Apalagi Safa sibuk sana sini untuk mengurus keperluan sang papah.
"Ngape lu?" Suara KAI terdengar dari pintu masuk ruangan Candra.
"Biasalah."Candra menjawab lalu mengalihkan arah kursinya menuju jendela kantornya. Membuat KAI masuk, menutup pintu kemudian duduk didepan meja kerjanya.
"Dih gosa drama ya. Makannya Jan kucing-kucingan Mulu lu. Nyatain dong!" Kai mengatakan hal itu sambil ikut bersender santai pada kursi yang kini di duduki olehnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
[Complete] KAWAN © 2020| AU Rocket SKY
FanfictionStarted June 2020 Rank on June 2021 №2 on #joyhun №2 on #seulkai №9 on #wenyeol 6 anak manusia yang harus menjadi hero untuk diri mereka sendiri. ---- "Sekar!" teriaknya. Tapi ternyata gadis itu sudah berada diujung lapangan tanah terbuka sambil...