16. Yang terluka tapi tak berdarah✓

690 126 31
                                    

Safa baru keluar dari kamar mandi. Kepalanya mengintip jendela yang terhubung dengan bagian luar tempat biasa mereka menjemur pakaian yang kini menampakkan dua mahluk beda gender yang sedang membicarakan sesuatu yang cukup menguras emosi keduanya.

Kai yang masih menatap jendela kamar Candra yang tertutup. Sedangkan Sekar yang masih setia menunduk sambil terus mengatakan sesuatu yang Safa sendiri tidak tau apa.

"Itu berdua tumben. Kenapa mereka?" Tanya Safa yang bertanya dua orang beda posisi itu. Candra yang sedang ngemil makanan yang dibawakan Safa tadi sore. Sedangkan Sean yang kini tengah makan malam sisa katering tadi siang.

"Keknya mereka ada salah paham. Dan mereka perlu kurusin itu". Ujar Candra lalu memasukkan sepotong kripik usus ke mulutnya.

Sean cuman mengangguk lalu menambahkan. "Keknya masalah hati sii. Lu jomblo mana paham!"

Mendengar hal itu Safa cuma bisa merotasikan matanya. Percuma ia bertanya kepada Sean kalau jawaban pria itu selalu di bumbui dengan ejekan juga. Bikin hati dia dongkol.

Brak'

Ketiganya terkaget karena pintu tengah terbuka lalu tertutup sedangkan Sekar berlari masuk kedalam kamarnya dan menutup pintu.

Safa yang masih diluar kamar pun hanya bisa melihat. Kai menyusul masuk dan mencoba mengetok kamar kedua gadis seumuran itu namun percuma saja karena Sekar terlanjur sakit hati atas ucapan kai mengenainya saat diluar tadi.

Kai pun kembali keluar menuju kamarnya dan berdiam disana. Besok Sabtu, Sabtu berarti hari libur untuk semuanya tak terkecuali Juli dan Sekar karena keduanya sepakat mengambil hari itu dan mengganti shift kerja mereka di hari Minggu.






Pagi tiba dan seperti biasa semua makhluk dirumah seluas 20x10 meter itu membagi semua tugas beres-beres bersama. Safa dan Sekar membersihkan pekarangan depan dan menyiram bunga. Sean membersihkan kamar mandi. Candra membersihkan studio. Juli dan kai membersihkan pekarangan belakang serta lantai atas, tempat penampungan air.

"KAI?" Pekik Juli karena sedari tadi dipanggil pria berkulit tanning khas Jawa itu tak juga menyahut.

"Santai aja kali Ju!" Kagetnya karena ia sebelumnya tengah melamun.

"Ya gimana lu gak gue gas. Dipanggilin malah ngga jawab!!" Omel Juli yang masih memegang tangga untuk turun dari tempat penampungan air.

"Sorry!" Kai pun turun setelah sebelumnya naik untuk menyikat lantai atap. Kai pun duduk di lantai yang terhalang oleh sinar matahari karena lelah menyikat sambil ditemani sengatan sang fajar.

"Kenapa lu?" Tanya Juli sambil ikut duduk disampingnya.

"Gak kok." Jawaban singkat yang membuat pendengarnya tak puas.

"Kenapa? Gausa mellow gitu muka lu. Cerita coba!" Juli mulai mengeluarkan suaranya lagi dan meminta kai, ahh memaksa kai menceritakan apa yang difikirkan olehnya.

"Lu tau kan gue suka ama boss Sekar?" Pembicaraan itu diawali pertanyaan yang sebenernya Juli pun kurang pahami. Namun ia ingin mendengarkan lebih.

"Boss? Kakaknya Jepri?" Tanya gadis Purnawan itu memastikan.

"Iya. Gue," Awalnya kai agak ragu. Namun mengingat hanya Juli yang bisa dijadikan teman bicara ia pun melanjutkan. ". . Kemarin gue ribut Ama Sekar gegara itu."

"Kok bisa?"

"Sebenarnya Sekar ngga salah juga."

"Terus?"

"Ini lebih ke salah paham." Terang Kai dengan mata kini tepat memandang parit yang sebenernya tidak menarik sama sekali. Hanya lebih bersih saja karena sudah digosok oleh Juli.

[Complete] KAWAN © 2020| AU Rocket SKYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang