24. Yang make cincin✔

672 132 33
                                    

Happy Reading

🌟

Safa baru tiba dari kampus badannya capek, dia emang lagi ngejar kelas siang karena saat pagi dia ngajar. Hitung-hitung buat biaya makan sama bulanan ngga keduga.

Sore-nya dia musti private, itu pun anak-anak yang lagi belajar Calistung. Pokoknya hidup Safa sibuk banget akhir-akhir ini ampe jarang bisa ketemu sama orang rumah kecuali sabtu minggu yang emang libur.

Jumat ini rasanya berat karena Professor yang tadi ngajar banyak banget nuntutnya dia ampe pusing duluan. Padahal ngerjain tugasnya aja belum. PR nya numpuk bikin mumet.

Mana tadi dia ama Candra malah adu argumen lagi didepan gedung kampus kan makin riweuh mentalnya.

Dia pun nenggelamin mukanya kebantal sambil teriak, biar ngga ada yang denger.

Tok tok tok
"Fa? Jadi ngga ke londrinya?", Suara Sean terdengar dari luar.
Dia baru ingat tadi pagi sebelum sekolah udah janjian ama Sean buat ngelondri karna baju kotornya udah numpuk.

Dia pun ngebuka pintu dan ngeliat Sean yang udah siap sedia dengan tas londri dipunggung nya.

"Napa?", sepertinya Sean tau kalau Safa lagi ngga enak hati. Karena Safa menarik nafas panjang saat melihat kantung Sean.

"Maaf Yan sumpah gue lagi ngga enak badan ini. Loe pergi sendiri boleh ngga?", ungkap Safa sambil mengacak rambut dipucuk kepalanya.

"ngga enak badan apa hati?", Sean emang tipe teman yang super peka untuk chapter ini aja, chapter kemarin mah kagak.

"Yaudah siniin aja londrian lu, gue pergi ama Juli kok."

"Beneran ngapapa?",ragu Safa.
"Ngga boleh!", ujar Juli yang baru dari belakang namun ia sudah masuk dan mengambil kantung londri Safa.

"Istirahat gih, Jangan capek-capek entar lu sakit.", Juli mengusap punggung Safa yang kini lebih kurus dari sebelumnya saat ia belum bekerja.

"Makasih loh Ju, Yan."

Safa kembali menutup pintu kamar saat Juli dan Sean sudah menutup pintu rumah dan pergi.

Seperempat jam kemudian, diam Safa terusik.

"Safa?", Suara Berat seorang yang akrab ditelinga Safa kini menginterupsi untuk membuka pintu kamar itu.

"Buka sebentar aja, yang tadi itu butuh penjelasan."

Safa tak menjawab tanpa dikomando air mata Safa sudah jatuh dari kelopak mata kirinya. Sepertinya dia sangat sedih kali ini.

Ceklek!

Pintu terbuka.
Safa sudah malas berargumen ia hanya diam saat sebelah kepala ranjang sudah tertutup bayangan.

Ia menutup mata mencoba menetralkan perasaan serta kondisi wajahnya.

Sebuah tangan besar mengusap kepalanya. Kemudian tangan kiri yang menutupi wajanya itu diraih dan digenggam erat kemudian disematkan sesuatu.
"Jangan dilepas lagi yah."

Setelah mengatakan hal itu dia pun pergi dan menutup pintu setelah menyesuaikan arah kipas angin agar tidak lengsung mengenai tubuh Safa.

Safa membuka mata dan melihat cincin ditangannya. Bimbang, perasaan itu muncul lagi.

Namun ia tidak boleh seperti ini. Ia tidak boleh larut lagi. Dia harus tau diri siapa dirinya dan bagaimana ia memposisikan seorang Safa yang hanya menumpang disini.

Ia pun membuka laci samping ranjang dan menemukan sebuah kotak. Melepaskan benda yang melingkar dijarinya dan meletakkannya disana sembari terisak kemudian melepaskan tangis pada bantal seperti sebelumnya.

[Complete] KAWAN © 2020| AU Rocket SKYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang