Jam sudah menunjukkan pukul 21.00 ketika setiap orang di dalam sebuah kediaman tengah sibuk dengan urusan masing-masing.
Kai dan Sean kini tengah memainkan Tetris battle di kamar mereka, Candra yang tengah sibuk dengan laptopnya bersama dengan Safa yang berniat ingin membantu. Sekar yang tengah belajar make up bersama Juli dikamar. Tengah asik dengan kegiatan mereka masing-masing, sebuah dentuman besar membuat mereka semua terkejut.
Duar'
Begitulah bunyinya, sontak Juli yang memang kagetan pun berteriak. Hingga Sekar pun ikut berteriak. Bukan karena suara nyaring itu, melainkan suara Juli yang sepertinya sudah memenuhi seantero rumah. Teriakan Juli tidak akan sekeras tadi kalau bukan karena dibarengi oleh listrik yang padam.
Drap drap drap, derap langkah beberapa orang mendekat.
Seketika pintu kamar Juli terbuka menampakkan sosok dua orang yang berbadan tinggi.
"Kyaaa!" Membuat keduanya kembali berteriak sambil berpelukan. Usaha mereka untuk menenangkan satu sama lain. Sambil memejamkan mata, sebagai usaha agar dua makhluk yang mereka kira kasat mata itu tak akan melihat balik ke mereka.
"Woi! Ngapa dah lu berdua?" Ujar suara yang mereka kenali. Mereka pun membuka mata, namun nihil keadaan tetap gelap. Juli pun meraih ponselnya dari saku lalu menyalakan senternya dan.
"Waaa!" Teriak mereka lagi, sambil kembali menutup mata dan berpelukan.
"Hei ini kita!" Kini Sean yang mendekati sambil menguncang salah satu bahu mereka. Dan itu milik Sekar.
"Pergi! Pergi! audzubillah himinasyaitonirrajim", Juli mulai berdoa.
"Bismillahirrahmanirrahim." Kini Sekar ikut berdoa.
Mereka mengadahkan tangan sambil berpelukan. Dengan harapan kedua makhluk itu pergi. Sebenarnya tidak ada yang salah dari mereka, namun penampilan mereka yang penuh dengan coretan putih bedak bayi itu membuat kedua gadis ini cukup ketakutan ditengah-tengah keadaan gelap gulita kamar ini.
Saat keduanya selesai membaca ayat kursi, sebuah suara tawa renyah membuat keduanya tersadar. Apalagi tawa Kai yang seperti orang terkena penyakit pernafasan itu.
"Ihik ihik ihik, ohok hok hok!" Dan kini ia terbatuk, karena sepertinya beberapa butiran bedak bayi masuk ke sistem pernafasannya.
"Sialan emang kalian berdua, masih juga bercanda keadaan gelap begini." Juli mengumpat sambil melayangkan sendal rumah berbentuk anak ayam itu. Ia pun meletakkan senternya ke arah langit-langit agar cahaya terpantul keseluruh ruangan.
"Yah kalian sendiri ngapain teriak malam-malam gini?" Kai mulai mendekati lalu mengembalikan sandal yang tadi mendarat dibahunya.
"Ya namanya kita kaget, terus panik, kan ga bisa ditahan." Kini Sekar ikut mengomel. Lalu menunjuk Kai yang kini sudah duduk disampingnya.
"Cuci gih muka kalian, ngeri gue liatnya! Kek demit!" Juli menginterupsi sambil mendorong Kai yang ada didepannya untuk keluar dari kamar mereka.
"Ngaca lu, itu pipi apa kabar. Mata udah kek ngga tidur seabad. Item semua!" Ujar Sean yang mendekat sambil menangkup dagu Juli. Mencoba melihat wajah Juli dalam keadaan remang-remang kamar.
Juli pun kaget atas komentar Sean, lalu menepis tangan besar itu kemudian mencari cermin.
"Subhanallah Sekar, ngga gini juga!" Kaget Juli saat melihat hasil makeup dari jari jemari Sekar yang memang baru mengenal berdandan.
"Hehehe, maaf yah Jul. Kan tadi udah bilang. Mau belajar. Kalo salah, berarti ngga papah." Sekar menenangkan agar Juli tidak emosi. Dengan senyuman khas mata segaris miliknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
[Complete] KAWAN © 2020| AU Rocket SKY
Fiksi PenggemarStarted June 2020 Rank on June 2021 №2 on #joyhun №2 on #seulkai №9 on #wenyeol 6 anak manusia yang harus menjadi hero untuk diri mereka sendiri. ---- "Sekar!" teriaknya. Tapi ternyata gadis itu sudah berada diujung lapangan tanah terbuka sambil...