Safa mengantar anak terakhir hingga ke depan pagar sekolah. Hari ini dia tidak ada kuliah lagi. Namun bukan berarti tidak ada tugas dari Professor karena tugasnya sudah disampaikan kemarin sore dan kini ia sudah berjalan menuju kantor setelah mengumpulkan niatnya karena USB nya tertinggal di komputer kantor.
Ketika ia sudah sampai di daun pintu langkahnya terhenti. Bukan. Bukan karena niat mengerjakan tugasnya hilang namun karena nama nya samar-samar terdengar dari ruangan itu. Tepatnya ruang guru yang memang harus dilewati ketika ingin menuju kelasnya.
"Masa sih Bu. Setahu saya Miss Safa itu bagus orangnya."
"Ehh tapi bener loh Bu. Dia itu suka godain wali murid. Apalagi itu supirnya boss PT. Ariel kaya."
"Tapi masa itu juga digodain Bu?"
"Ihh bener loh. Kan ganteng itu. Mana masih muda. Lagian yang jadi supir itu kan karyawan kantor yah? Jadi pasti uangnya banyak juga."
"Ihh iya juga."
"Lagian Bu pernah ngga ibu liat Miss Safa itu diantar?"
"Ibu sih datengnya siang. Tiap hari Miss Safa itu yang anter jemput beda-beda loh. Mana yang satu pakai mobil dinas. Aduh suami siapa lagi itu."
"Ya ampun. Aparat negara juga diembat?"
Nafas Safa semakin memberat. Nyeri di dadanya hingga ke kepala kini. Moodnya hancur sehancur-hancurnya. Tangannya sampai memegang dinding, matanya kini berair.
Dengan langkah cepat ia pun masuk ke kelasnya dan mengemasi barang-barang miliknya lalu bergegas pulang setelah memesan ojek online-nya.
Rumah sedang kosong karena Juli dan Sean tengah mengantar katering ke rumah kost sedangkan yang lain tentu saja masih berkerja.
Safa masuk dan langsung berlari menuju selimutnya. Kaus kakinya masih melekat begitupun baju kerja yang memang bukan seragam karena ia hanya tenaga honor lepas. Tangisnya yang sudah dia bendung selama perjalanan bersama ojol itu pun pecah.
Juli melihat sepatu kerja Safa sudah ada di rak dekat pintu masuk. Ia pun mendekati kamar untuk mengajak Safa makan bersama.
"Fa Ayo makan?"
Tak ada jawaban dari Safa yang memang masih sesegukkan di balik selimutnya.
Tidak seperti biasanya. Walaupun Safa sibuk ia pasti akan menjawab panggilan Juli. Bahkan ketika didalam kamar mandi sekalipun.
"Fa. Kamu kuliah ngga? Makan dulu gih!" Tak ada jawaban. Juli mencoba membuka kamar mandi dan kosong. Artinya Safa memang berada di kamarnya.
Terkunci. Itu adalah hal yang Sean dapatkan ketika menyusul Juli dan mencoba membuka kamar Safa dan Sekar.
Tok tok tok
"Fa? Ngga makan?"
"Ntar kurus loh."
Tanga Juli memukul bahu Sean tanpa dosa, membuat yang lelaki mengaduh, namun tanpa suara.Namun lagi-lagi mereka terabaikan. Keduanya pun kembali ke meja makan. Dan duduk. Tanpa melakukan apapun. Sean sudah lapar sebenarnya, namun melihat Juli yang kepikiran ia pun tak berani mengacaukan keadaan.
"Safa kenapa yah? Apa karena kuliah?" Juli mulai berfikir semua ini karena permasalahan kuliah.
"Mungkin dia butuh tidur aja, kan dia biasa begadang buat nugas." Terang Sean mengingat bagaimana Safa biasa masih terjaga bahkan ketika Sean selesai menggunakan kamar mandi jam 3 malam.
"Tapi, bukannya semalam dia tidur cepet?" Sean hanya mengangkat bahu karena tak mengerti cerita lengkapnya. Semenjak punya kamar sendiri, Sean hanya bisa ditemui saat menjemur pakaian hingga mengantar Juli kerja atau menjemput Safa dari kampus. Setelahnya dia lebih banyak dikamar sekaligus studio miliknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
[Complete] KAWAN © 2020| AU Rocket SKY
FanfictionStarted June 2020 Rank on June 2021 №2 on #joyhun №2 on #seulkai №9 on #wenyeol 6 anak manusia yang harus menjadi hero untuk diri mereka sendiri. ---- "Sekar!" teriaknya. Tapi ternyata gadis itu sudah berada diujung lapangan tanah terbuka sambil...