5. Yang beralibi✔

1.1K 203 36
                                    

👍💕

"Diminum mas, pagi-pagi paling enak ngopi emang, apalagi dirumah orang", Ujar Sean lalu ikut meminum kopinya. Sean memang suka sakratis berbanding terbalik emang ama mukanya yang kek malaikat.

"Iya Mas Makasih.", ucap Hariyanto sebelum menyeruput kopi instan buatan sehan. Ternyata orang sejenis Hariyanto tidak mempan dengan kata-kata sakratis Sean.

"Mas berarti ngga datang yah kemarin?", pancing Sean lagi kali ini.

"Datang kemana yah Mas?", Hariyanto bingung acara apa yang dimaksud Sean.

"Ituloh acara tunangannya Safa sama Calonnya.", penyataan itu mengundang pertanyaan besar pada Hariyanto. Namun ia masih mengelak dan berspekulasi jika Sean sedang bercanda.

"Waduh tamu jauh ini." Ujar sebuah suara dari pintu dapur sambil membawakan biskuit kaleng sisa lebaran kai.

"Ah iya fa, apa kabar?", belum lagi Safa meletakkan nampan diatas meja pria itu sudah begitu bersemangat untuk bertemu dengannya.

"Iya, baik kok.", untuk pertama kalinya setelah sekian lama Safa mau menjabat tangan pria itu.

"Silahkan duduk.", ujar Safa lalu duduk disamping Sean.

"Kamu makin cantik yah.", puji Hariyanto membuat bulu kuduk Safa berdiri. Sumpah dia benar-benar geli mendengar mulut manis pria ini. Ingin rasanya ia pergi, namun jika terus menghindar pria ini akan semakin tak sadarkan diri.

"Gue tinggal ya fa.", Sean memberi mereka ruang untuk bicara. Karna Safa sedari tadi melihat ia, dan merasa itu kode agar ia pergi padahal itu bermakna sebaliknya. Dasar Sean tidak peka.

"Oh iya fa,", Pria itu memindahkan duduknya untuk mendekat ke arah Safa. Dan kini mereka sudah duduk berdampingan.

"Kamu pergi kok ngga bilang, kan aku mau antar kamu. Trus kamu kok ngekos ama laki-laki sih. Kan aku bisa cariin kost disini.", semakin lama pria itu berbicara semakin mendekat pula tubuhnya ingin menempel pada gadis itu. Membuat Safa tidak nyaman. Inilah salah satu yang Safa benci dari Hariyanto. Banyak bicara dan Genit.

"Sa. Ini udah ketemu.", sebuah suara membuat Hariyanto mundur sedikit karna Safa sudah diujung sofa.

Candra mendekat dan duduk diantara Safa dan Hariyanto. Ia menunjukkan cincin emas putih polos dengan tambahan permata dibagian atasnya.

Safa heran dan terdiam.

"Siniin tangannya.", Ujar Candra lagi mengambil tangan kiri Safa dan memakaikan cincin itu di jari manisnya.

"Makannya lain kali hati-hati kalo mandi, mentang-mentang mau nikah dietnya lebay ampe jarinya ikutan kurus.", Candra kembali berceloteh namun kini jari tangan kanannya sudah ia selipkan dimilik Safa. Mereka bergengaman tangan sangat erat kini.

Safa cuman bisa diam, ia mencoba mengikuti permainan Candra. Dengan kaku Ia menyenderkan kepalanya ke bahu kanan Candra.

"Hehehe, iya ba (cot)- ekhem bawel kamu ihh.", sumpah itu adalah hal ter-menggelikan yang pernah diucapkan Safa maupun didengar oleh Candra. Apalagi dengan posisi mereka kini.

"Oiya kok kamu ngga ngundang Mas Hariyanto ini sih kemarin?", kini Candra mulai memanas-manasi Hariyanto. Pria genit yang bertamu dirumah mereka.

"Iya kamu juga acaranya disini, temen aku ya ngga bisa datenglah.", Safa mulai bisa berimprovisasi mengikuti Candra.

"Oh iya. Maaf yah mas. Ntar kalo resepsi kita disana kok. Jadi datang ya.", hanya senyum masam Hariyanto yang nampak kini. Pria tersebut kini cukup kesal walau hanya untuk menjawab pertanyaan mereka.

[Complete] KAWAN © 2020| AU Rocket SKYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang