"Kau tidak punya pilihan lain, kau harus membawanya padaku!" suara wanita itu menggema penuh kemarahan.
"Tidak akan!" jawab pemuda itu, berlutut di lantai dingin. Suaranya putus asa, harga diri yang biasanya kokoh kini runtuh. "Dia adalah soulmate-ku. Tak bisakah kau melepaskannya? Kumohon..."
Wanita itu tertawa dingin, lalu menghancurkan meja di depannya dengan sihir gelap hingga hancur berkeping-keping. "Bawa dia padaku, atau kau akan mati di tanganku!" teriaknya dengan murka.
Ibu pemuda itu maju, memeluk anaknya dengan erat. "Jangan bawa anakku ke dalam masalah ini. Dia hanya seorang anak laki-laki," tangisnya memohon belas kasihan, sementara sang ayah, dengan wajah penuh kekhawatiran, mendekati mereka.
"Nak, kau harus melakukannya. Kau tahu perjanjian itu. Kau tidak punya pilihan lain," Pria paruh baya itu menatap anak laki-lakinya sendu.
"Ayah... aku tidak bisa. Aku sangat mencintainya," katanya pelan, air mata mulai turun dan membasahi pipi pucatnya.
Namun, tak ada yang peduli bagaimana perasaannya. Tidakkah mereka mengerti bahwa ia tidak mungkin mengkhianati kekasihnya sendiri?
Ruangan kembali sunyi saat bayangan wanita itu lenyap ditelan kegelapan. Pemuda itu tampak putus asa, masih terisak mencoba memikirkan cara untuk lolos dari takdirnya.
~🌸~
Tahun ke 5 Hogwarts
Akhirnya aku kembali ke Hogwarts—tempat yang penuh dengan kenangan indah di mana segalanya dimulai. Rasanya seperti pulang ke rumah setelah sekian lama.
Aku merindukan teman-temanku, terutama Draco. Selama liburan, kami sama sekali tidak saling berhubungan. Hanya sekali aku melihatnya, saat aku dan Golden Trio membuntuti dia dan ayahnya ke Knockturn Alley. Kejadian itu masih membuat pikiranku dipenuhi tanda tanya.
Setibanya di Hogwarts, aku langsung mencari Golden Trio. Aku menemui mereka di ruang makan, sedang bercanda sembari menikmati makan siang.
"Harry, Ron, Hermione! Lama tak bertemu!" Aku memeluk mereka dengan penuh kerinduan.
"Aww, sayangku, aku juga sangat merindukanmu," ucap Hermione sambil membalas pelukanku erat.
"Kenapa kau datang terlambat, (Name)? Kau tidak naik kereta bersama kami," tanya Ron dengan nada penasaran.
"Hehe, aku ketinggalan kereta," jawabku cengengesan, mencoba mengalihkan rasa malu karena terlalu ceroboh.
Percakapan kami terhenti ketika aku melihat Draco memasuki ruang makan bersama teman-temannya. Namun anehnya, ada Pansy di sampingnya, terlalu dekat hingga membuat perasaanku tak nyaman. Aku langsung menghampirinya dengan penuh semangat.
"Draco!" seruku, berniat memeluknya. Tapi, yang kudapatkan hanyalah dorongan dingin darinya.
"Menjauh dariku!" ucapnya, nada suaranya tegas dan tatapannya menusuk.
"A-apa yang terjadi... Draco?" Aku terpaku, menatapnya tak percaya.
"Aku tidak ingin melihatmu. Pergilah dari hadapanku," ucapnya lagi.
"T-tapi, kenapa?"
Draco tetap diam, tapi Pansy segera mengambil alih dan mendorong tubuhku dengan kasar. "Draco sudah menyuruhmu pergi, jadi enyahlah!" katanya dengan suara tajam. Suasana mendadak hening, dan semua mata tertuju pada kami. Karena rasa malu dan air mata yang mulai menggenang, aku pun memutuskan untuk pergi dari sana.
![](https://img.wattpad.com/cover/257622490-288-k476810.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
I (don't) HATE YOU | Draco x Reader
Fiksi PenggemarBercerita tentang seorang gadis yang dibully oleh Draco Lucius Malfoy yang berakhir dengan saling mencintai. Mereka pikir ini hanyalah kisah cinta biasa. Namun mereka tak tau, ada takdir yang jauh lebih besar sedang menanti mereka. ~~~ "Please, don'...