Satu spot mansion Aruna yang didapuk menjadi ruang keluarga kini terasa hidup. Sepasang suami istri duduk santai melepas penat setelah dua minggu lamanya berada di luar kota. Saling berbincang akrab dengan sulung yang memang pulang bersama dengan pasutri itu. Tentu saja topik perbincangan tak jauh dari urusan bisnis dan segala lelucon ekstrinsiknya.
Juna dan Arka yang sudah tiba bergegas memasuki mansion. Tanpa berlama-lama, mereka segera bergabung di ruang keluarga.
Semuanya tampak tersenyum. Mencium tangan seperti layaknya orang tua dan anak. Tidak lupa pelukan rindu yang harus dilunasi sejak dua minggu yang lalu. Hal biasa ketika Aruna dan Hayyu pulang.
Tampak harmonis, bukan?
Arka yang notabene adalah bungsu selalu paling lama hinggap di pelukan orang tuanya, terutama Hayyu. Ia pun segera duduk menggelendot di sebelah Hayyu. Juna memilih tempat duduk yang agak jauh, namun dekat dengan meja cemilan. Tempat strategis bagi pecinta snack sepertinya.
"Sampe sini jam berapa, Pi?" tanya Juna sambil meraih sus coklat kering.
"Tadi sore, Jun. Mampir kantor Kakak dulu."
"Kenapa nggak nyusulin Arka, Mi? Bosen tau sama Abang. Nungguin tapi nggak niat, game mulu," ujar Arka menatap sebal ke Juna.
Mendengar namanya disebut, Juna tak tinggal diam. "Ya terus gue harus duduk diem ngeliatin lo yang diotak-atik Om Joan gitu?"
"Tadi juga katanya Abang nggak ikhlas nemenin Arka, Mi. Juga lebih sayang bensin coba," lanjut Arka tak peduli sanggahan Juna.
"Etdah, kang ngadu. Yang waras diem aelah."
Arka menjulurkan lidah ke Juna. Juna mencoba tak peduli dan melanjutkan acara kulinernya. Oka geleng-geleng dibuatnya.
"Tadi ada rapat di kantor Kakak, Dek. Maafin Mami ya, belum bisa nemenin," ujar Hayyu menengahi sambil mengusap rambut Arka.
"Ngomong-ngomong, kalian belum mandi kan?"
Arka dan Juna sontak menatap Oka setelah melontarkan pertanyaan yang tujuannya pasti mengusir.
"Sana mandi dulu, nanti habis isya turun makan malam."
Arka mendengus malas, "mager, Kak. Abang aja sana yang mandi. Bau ketek dia, sumpah."
"Heh, lo lebih bau ya. Mana masih pake seragam gitu," sanggah Juna sambil bangkit menuju kamarnya. Langsung menuruti perintah Oka memang bukan jalan ninjanya, namun badannya kini lengket dan gerah. Mandi tentu solusi bijak.
"Dek, sana mandi dulu."
Arka diam sebentar, "ck, bau dari mana coba. Keringetan aja enggak." Kemudian ia bangkit meski sambil menggerutu.
Dua biang rusuh telah pergi, mereka bertiga pun melanjutkan perbincangan yang sempat terjeda oleh adu mulut tak berguna tadi.
Oka memutar-mutar ponselnya kemudian menatap Aruna dan Hayyu bergantian.
"Jadi, dua hari lagi ya? Bakal berapa lama, Pi?"
"Diusahakan cepat, Ka. Texas nggak sesimpel Indonesia."
Oka mengangguk paham dan setuju, "Juna sama Arka nanti urusan Oka."
KAMU SEDANG MEMBACA
Sibling Goals
Teen FictionHubungan kakak adik impian itu seperti apa? Temukan artinya di tempat lain, karena di sini yang ada hanya kehidupan biasa tiga ekor laki-laki yang kebetulan lahir di rahim yang sama dengan bibit yang sama. Tiga bersaudara yang kadang akur seringnya...