[22] Kambing Hitam

1.3K 147 30
                                    

Acara makan bersama tengah berlangsung lancar. Adapun maksud dari pertemuan keluarga, minus Soraya, ini adalah memberitahukan bahwa dalam waktu segera Joan dan Gina akan membangun bahtera rumah tangga. Terdengar mengejutkan tidak hanya dari Arka, namun juga Juna.

Anehnya yang lain tak tampak terkejut, namun tetap menyimak dengan serius bak kura-kura dalam perahu. Perkataan Juna ada benarnya juga, selalu mereka berdua yang tidak tau apa-apa.

Ah, keluarganya ini kan memang selalu begitu. Arka saja bisa dibilang baru saja mengetahui kisah asmara Oka yang ternyata serumit itu. Namun semuanya sudah tahu. Entah keluarganya yang memang sengaja tak memberitahu atau dirinyalah yang kurang peduli.

Tidak penting juga bagi Arka untuk mengetahui semua informasi yang bisa saja membuatnya kepikiran. Meski bukan tipe pemikir, jika itu menyangkut orang terdekatnya, ia pasti ikut mencari cara. Seperti kejadian Juna yang hendak mendapat bogem mentah dari Oka.

"... Resepsi akan diadakan di Grha Nusantara versi Texas," tutup Sri Nusantara tersenyum puas sembari mengangkat gelas wine hendak meneguk.

Kali ini mereka merespon di luar dugaan Arka.

Mereka kaget. Semuanya, seisi ruangan.

"Rasain, kaget kan lu semua!" batin Arka senang semuanya ikut merasakan apa yang ia rasakan sejak tadi.

"Dad, kenapa tiba-tiba di sana? Sudah Joan sampaikan bukan? Mengenai resepsi biar keluarga Gina yang mengurus," ujar Joan gelisah.

Sri Nusantara meneguk wine itu sekali lagi, "sure, kita adakan dua kali. Satu di Texas, satunya lagi terserah di manapun. Boleh begitu bukan, nak Gina?"

"Eng-ah, anu."

Gina tampak gugup. Ia terdiam sebentar merangkai kata, seingatnya sang calon mertua tidak semengerikan ini. Sampai pertemuan terakhir dengannya pun masih kelihatan hangat dan sangat father material.

"Kami berdua dokter yang cuti pun mana bisa selama itu. Yang terpenting orang tua Gina nggak berkenan naik pesawat, Dad," ujar Joan yang tak tahan dengan situasi ini.

"Hahahahaha! naik kapal kan bisa. Masalah cuti, kalian lupa kalian kerja di rumah sakit siapa?"

Mendengar tawa Sri Nusantara yang terdengar kocak dan kontinyu di telinga Arka, mau tak mau ia juga terbahak. Namun sayangnya itu tidak terdengar lucu bagi selain Arka. Semuanya masih terdiam hingga ia tertawa canggung di ujung napasnya.

"Lo bisa diem bentar nggak sih cil," bisik Juna serius.

Oh ayolah, Arka benci suasana ini. Celetukan Wicak 'tertawalah sebelum tertawa itu dilarang' sungguh berarti baginya sekarang.

"Jo, pikirkan juga tentang kenyamanan kerabat-kerabat undangan, apakah nyaman untuk terbang ke sini dan mencari lokasi kota seramai ini?" kini Aruna yang menyampaikan pendapat yang condong ke Sri Nusantara.

Joan mengela napas kasar, "kerabat undangan atau kolega bisnis kalian yang kakak maksud," ujarnya sembari terkekeh remeh.

Pyar

Oke, kali ini benar-benar mode serius.

Arka meneguk ludahnya ketika melihat bangkai gelas yang masih tersisa beberapa mili liter wine itu. Sudah hancur terpecah belah di lantai pasca dilempar sang pemilik dan bertumbukan dengan dinding di depan Arka, tepat di belakang kursi Joan.

Semua tak bisa berkata, takut-takut si yang paling tua ini semakin menjadi emosinya.

"Cuma masalah tempat resepsi kenapa sampai kacau gini, sih? Mereka apa benar-benar orang dewasa?" batin Arka yang masih kaget berkat suara nyaring dan suasana yang berubah mencekam ini.

Sibling GoalsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang