Jam menunjukkan pukul 8 pagi. Hari ini adalah hari minggu, aku bangkit dari tempat tidurku dan membuka jendela. Aku melirik dress yang sengaja aku hager agar tidak rusak dan kusut. Aku mengambil dress itu dan langsung kucuci. Aku segera mengembalikan dress ini. Gajiku beberapa bulan baru cukup membeli dress ini yang hanya digunakan malam tadi.
Setelah selesai. Aku mandi dan sarapan. Hari ini aku mengurung diriku di kamar. Aku belajar dan mengerjakan tugas, semua itu kulakukan untuk membuatku lupa dengan malam tadi dan Aska.
Sudah hampir 3 jam aku sibuk membaca dan mengerjakan tugas. Aku mengambil ponselku untuk mengecek pesan dari Aska. Tapi sayangnya tidak ada satupun. Dia melupakanku semenjak malam tadi. Sudah kuduga. Ini akan terjadi cepat ataupun lambat. Karena orang sepertiku tidak pantas mendapatkan seorang laki-laki seperti Aska.
Aku sudah bosan dengan aktifitasku kali ini. Aku memilih keluar dari kamar dan melihat Bunda yang sedang masak.
Aku mendekati Bunda yang sedang bersenandung pelan. "Buat apa bun?" tanyaku.
"Buat kolak untuk kamu dan kita semua." Aku tersenyum. Bunda sedang membuat makanan kesukaanku. Membuat moodku menjadi baik.
"Ada yang bisa aku bantu," ucapku.
Bunda berpikir sejenak. "Ada, cuci piring itu aja sebelum kamu kerja."
"Siap Bun," ucapku yang langsung memungut piring dan gelas untuk di cuci.
***
Aku merapikan dress pemberian dari Fazui ke dalam sebuah kotak. Aku berniat untuk mengembalikannya besok.
Setelah selesai aku segera tidur. Hari ini aku sangat lelah bekerja. Saatnya tubuhku butuh istirahat.
Namun aku tidak lupa untuk melihat ponselku, aku harap ada pesan dari Aska, apapun isinya. Tapi ponselku tidak ada notifikasi apapun. Aku memasang alarm untuk besok pagi lalu mencari posisi tidur yang nyaman.
***
Aku berjalan melewati setiap kelas dan aku mendengar sesorang memanggil namaku. Aku menoleh ke belakang. Pagi ini memang masih sedikit yang datang. "Pelangi." Teriak Rieke.
Ternyata Rieke. Aku berhenti untuk menunggu Rieke datang ke arahku. Mukanya sangat bahagia. Dan dia sedikit salah tingkah.
Aku tersenyum padanya meski aku tidak tahu apa yang membuatnya bahagia hari ini.
"Pelangi," panggilnya lagi.
"Kenapa, Kek?" tanyaku.
"Nanti aja di kelas. Yuk." Rieke menarik tanganku untuk segera cepat-cepat sampai ke kelas. Aku merasakan Rieke tidak sabar menceritakan apa yang membuatnya bahagia.
"Ada apa?" tanyaku saat kami berdua tiba di kelas.
"Pelangi, lo harus tahu kalau Wawan nembak gue," ucapnya kegirangan.
"Serius, selamat," ucapku yang ikut bahagia.
"Tapi gue belum nerima," ucapnya lesu.
"Kenapa? Itu kesempatan lo."
"Gue Cuma takut jadi pelampiasannya aja."
"Kok lo mikirnya gitu."
"Iya soalnya dia baru putus." Aku diam. Aku juga memikirkan hal yang sama seperti Rieke.
"Pelangi," ucapnya menyadarkan lamunanku.
"Gue juga sepemikiran sama lo. Lo sih salah, kenapa cerita sama gue. Coba lo tanya Aska. Paling nggak dia bisa ngasih pendapat dia buat lo."