BAB 13 | Memutuskan

13 2 0
                                    

Alarmku berbunyi. Aku segera sadar dari tidurku dan melihat jam. Aku menghubungi Aska sebelum aku lupa kalau Rieke ingin bertemu.

Panggilanku masuk tapi tidak diangkat.

"Halo," ucapnya dengan suara orang yang masih tidur.

"Udah pagi, bangun." Aku tertawa membayangkan Aska yang masih berada di tempat tidur.

"Bentar lagi, kenapa nelpon?" tanyanya.

"Rieke minta ketemu sama kamu tuh, jam 08." Aku harap Aska bisa.

"Kamu nggak marah?" tanyanya. Aku sedikit bingung apa yang dimaksud Aska. Mungkin saja dia masih berada di dunia mimpi.

"Kenapa harus marah. Biasa aja," ak jawabku. Rieke sama sekali tidak menyukai Aska. Aku jamin itu.

"Aku pacar kamu loh."

"Terus."

"Kamu nggak cemburu gitu aku ketemu sama Rieke."

"Nggak. Kan nanti aku di sana. Dan aku bakal duduk di sebelah kamu. Bila perlu aku ikat kamu." Dia tertawa.

"Mandi sana, nanti aku bawa sarapan. Ketemunya di kantin ya. Kita datangnya agak cepet aja," kekehku.

"Iya, Sayang. Mau di jemput?"

"Nggak usah, aku bisa ke sana sendiri. Sana mandi, klw telat ke sana kamu nggk bisa makan sarapan buatan aku karena Rieke bakal ngabisin."

"Iya, mau mandi nih."

"Ya udah. Sampai jumpa di kantin ya," ucapku.

"Iya,, Sayang."

Setelah mematikan ponselku, aku mengikat rambutku asal. Dan aku langsung ke dapur untuk melihat bahan-bahan yang akan aku masak.

Aku melihat isi kulkasku. Dan aku memutuskan untuk membuat omlet. Aku mengaduk telur dan aku campurkan dengan mie. Setelah masak. Aku menaruh nasi di dalan kotak nasi. Aku menaruh hiasan seperti tomat, timu, dan potongan tipis dari sayur kol. Aku menghias selucu mungkin. Aku juga meletakan ayam goreng bumbu. Dan aku juga membuat tumisan sayur. Aku memandang karyaku pagi ini. Ini tidak cocok untuk sarapan. Aku terkekeh, banyak sekali yang aku masak pagi ini untuk Aska. Setelah selesai. Aku menaruhnya ke dalam tas kuliahku. Baru setelah itu aku mandi dan bersiap-siap.

Pukul 7 lewat 20 menit aku sudah berada di kantin. Aku menunggu Aska yang tidak datang juga. Padahal aku sengaja ingin datang lebih cepat agar aku punya waktu bedua sebelum Rieke datang dan kami berdua harus mendengarkan curhatannya. Rieke terkadang berlebihan.

"Udah lama nunggunya." Aku melihat Aska duduk di hadapanku. Aku melihat jam sudah lewat 5 menit. Aku menatapnya.

"Telat lima menit, jam sarapan kamu tepotong."

"Macet, Sayang. Sini sarapannya." Kekesalanku hilang saat Aska meminta sarapan buatanku. Aku mengeluarkan bekal yang kusiapkan tadi dari tasku.

"Nih !" Aku meletakkannya di hadapan Aska.

Ia membuka sambil tersenyum ke arahku. "Bagaimana?" tanyaku ke Aska.

"Banyak banget, Pelangin," ucapnya.

"Nggak mau tahu, itu harus habis," ucapku.

"Iya." Ia mulai menyendokkan sarapannya ke dalam mulutnya. Aku harap itu enak.

Dia menguyah perlahan-lahan. Jantungku deg-degan, takut ia tidak suka.

"Enak nggak?" Dia masih menikmati makanan dalam mulutnya.

Aska PelangiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang