Kebahagianku hari ini tidak bisa kujelaskan. Sebenarnya sangat sederhana alasanku pagi ini, aku mendapatakan ucapan selamat pagi dari Aska dan bertubi-tubi pertanyaan. Ah, rasanya sudah lama aku tidak diperhatikan seperti ini. Aku terakhir pacaran kelas 2 SMA, sekitar 3 tahun yang lalu karena aku ingin fokus pada masa depanku. Aku juga senang memiliki pacar seperti Aska, dia pintar dan aku suka sekali bertanya padanya. Apapun itu.
Aku melewati setiap ruangan, hari ini aku kuliah di ruangan yang berada di ujung. Membuatku berjalan sedikit jauh. Senyuman di bibirku tidak kubiarkan pudar. Aku tetap membayangkan pesan Aska pagi ini. Begitu manis.
Dari kejauhan aku mengenali anak laki-laki itu, perlahan-lahan aku mendekati ruangan itu. Dan itu benar, Aska. Aku melihatnya duduk bersebelah dengan Jessi. Hatiku sakit. Baru pagi tadi dia membuatku tersenyum tiada henti dan sekarang rasanya aku ingin menangis. Aku berdiri di depan ruangan Jessi, aku masih setia menatap mereka berdua yang asyik mengobrol. Aku tidak tahu apa yang mereka bicarakan. Temanku yang sekelas dengan Jessi menepuk bahuku sebelum menyebut namaku.
"Hai, Pelangi. Kenapa lo berdiri di sini? Anak kelas gue ada utang sama lo?" Aku cepat-cepat menghapus air mataku dan menatap Ella.
"Nggak kok," jawabku. Dan aku melihat Aska berjalan ke arahku. Aku segera meninggalkan kelas Jessi dan berjalan cepat untuk segera sampai ke kelasku yang di ujung.
Aku mendengar langkah kaki seseorang, aku tahu pasti itu Aska. tidak sedikitpun aku menoleh ke belakang.
"Sayang." Aska menarik tanganku untuk berhadapan dengannya. Kekuatannya yang lebih besar dariku, membuatku tidak bisa melawannya.
Aku diam, saat aku berada di hadapannya saat ini. Ia memegang daguku. "Kamu marah?" tanyanya dan seketika aku menangis.
"Hey, kenapa?" tanya Aska.
Aku masih setia, diam dalam tangisanku. Aku tidak mampu untuk memaki Aska karena aku marah ia berada di dekat Jessi. Aku melepaskan tangannya dari bahuku dan masuk ke dalam kelasku.
Aska ingin masuk ke dalam kelasku tapi langkahnya terhenti karena dosenku sudah hampir dekat dengan pintu. Untungnya dosenku segera datang.
Notifikasi ponselku berbunyi, aku membukanya.
Keluar sebentar, aku mau jelasin sesuatu
Terpaksa aku keluar meski sebenarnya hatiku sakit. Aku menemui Aska yang sudah menungguku di dekat toilet.
Aku menghampirnya dan berdiri di hadapannya. tidak sedikitpun aku menatapnya karena aku hanya ingin mendengarkan penjelasannya.
"Sayang," panggilnya dan aku menatapnya tajam.
"Tadi pagi aku sengaja ketemu Jessi, aku udah bilang kalau aku udah jadian sama kamu." Mataku membulat, aku tidak percaya Aska mengatakan ini semua.
"Tenang sayang, dia bisa nerima hubungan ini." Benarkah? Tapi aku sedikit ragu, firasatku mengatakan lain.
"Dan teman-teman aku juga udah tahu."
"Terus apa responnya?" Aku takut jika teman-teman Aska menolak kehadiranku.
"Mereka senang lah, sekarang aku udah punya pacar." Aku memandangnya datar.
"Aku serius, Pelangi. Sekarang semua orang udah tahu kalau kita pacaran karena mereka pasti udah cerita ke sana sini."
Entah apa yang ada di pikiranku, aku merasa semua ini beban. Aku tidak sebahagia Aska. Aku segera masuk ke dalam kelas tanpa sedikitpun pamit dengan Aska.
***
Dari tadi Rieke selalu tersenyum jahil padaku, aku yakin semua ini ada hubungannya dengan Aska. Setelah kelas berakhir, Rieke duduk di sebelahku dan mentapku dengan senyum jahilnya.