BAB 5| Mulai Menyukai

81 6 0
                                    

Aku memang tidak tidur malam tadi, karena tugasku teramat banyak. Aku bersiap-siap saat aku melirik jam sudah pukul enam pagi. Aku selalu menguap karena aku belum tidur semenitpun. tidak masalah, yang terpenting tugasku selesai. Bagiku tidak ada yang lebih penting dari mengerjakan tugas sampai selesai.

Mataku berkunang-kunang, tapi aku tidak boleh lemah. Aku harus kuat, paling tidak sampai jam makan siang nanti. Aku akan menumpang tidur sebentar di kossan Nirwana.

Aku mengendarai motorku untuk ke kampus. Memang sedikit pagi karena aku akan memejamkan mataku sebentar di kelas. Kalau di dalam kelas, aku tidak mungkin kebablasan ketiduran.

Sialnya tidak ada satupun kendaraan pun di depan gedung kuliah. Itu artinya aku terlalu kepagian. Tapi lebih baik seperti itu, aku punya waktu untuk tidur sebelum perkuliahan dimulai.

Aku meletakan tasku di atas meja dan aku memejamkan mataku sejenak. Aku tersentak karena ada benda yang cukup dingin menyentuh pipiku. Aku terbelalak, melihat siapa yang melakukan ini semua.

"Askaa," teriakku kesal. Aku sangat ngantuk dan dia datang menggangguku.

"Gue mau tidur, sebentar aja. Tolong jangan ganggu," pintaku dan dia tersenyum.

"Ya udah, tidur sana, nih gue belikan kopi yang dingin plus panas. Lo pilih aja dan ini ada biskuit untuk sarapan." Aku mengangguk dan mengambil pemberian Aska. Setelah itu aku memejamkan mataku lagi. Aku tidak mau berdebat dengan Aska karena itu akan mengurangi waktu tidurku pagi ini.

Dia mengeluskan kepala dengan lembut dan membisikan sesuatu yang masih aku dengar. "Selamat tidur," ucapnya. Kemudian aku dengar suara langkah kaki yang mengarah keluar kelas.

"Dia udah pergi," batinku.

Saat aku terbangun, aku langsung meminum kopi pemberian Aska, aku memilih yang dingin dan panasnya aku berikan dengan Nirwana. Aku juga memakan biskuit cokelat pemberian darinya. Aku sungguh lapar, karena malam tadi aku lupa makan.

Dia sangat baik akhir-akhir ini.

Aku segera ke kossan Nirwana saat perkuliahan selesai. Akhirnya aku akan tidur juga. Tapi beruntungnya Aska memberiku kopi pagi tadi, karena itu membantu mataku agar tidak terlalu ngantuk.

Aku terbangun dari tidurku saat hari sudah menunjukkan pukul satu siang. Aku dan Nirwana bergegas ke kampus. Kami memang sengaja datang lebih cepat satu jam sebelum perkuliahan dimulai. Karena kami akan menggunakannya untuk berkumpul alias gosip.

Di kantin sangat sepi jam segini. Hanya ada teman-teman cewekku yang ada di kantin. Di sana ada Ema temanku, dulu dia sangat dekat dengan Jessi saat awal masuk kuliah.

Ema bercerita tentang Jessi. Aku sebenarnya malas jika membahas Jessi karena itu akan membuatku kesal dengan Aska.

"Sekarang nggak ada yang mau temanan sama Jessi," ucap Ema.

"Siapa yang mau temanan sama cewek sombong dan bapernya kelewatan," ucap Rini.

"Dia emang kayak gitu, biasa lah masih pemula dalam mengenal cowok," ucap Lina yang sepemikiran dengan Rini.

"Dia pernah bilang sama gue katanya Aska sering masuk ke kelas dia." Aku dan Aska tidak sekelas. Begitupun dengan Jessi. Jadi aku cukup terkejut dengan apa yang aku dengar.

"Emang bener?" tanya Lina ke Ema karena ia cukup terkejut dengan kebenaran dari Rini.

"Iya, emang Aska yang ngomong kayak gitu. Dia ngomong sama anak laki-laki kelas dia untuk jagain Jessi," ucap Ema yang membenarkan. Aku emosi, sungguh. Apa Aska ingin membuatku baper juga. Aku menepis kejadian dengannya yang akhir-akhir ini membuat aku senang. Aku bodoh! Mengapa aku begitu mudah temakan dengan sikap baiknya.

Aska PelangiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang