BAB 23 | Cowok Tidak Dikenal

10 1 0
                                    


Aku mempoles mukaku sebelum berangkat kerja. Aku berangkat kerja dengan motorku. Aku melarang Aska mengantarku.

Setiba di tempat kerja. Aku melakukan rutinitasku seperti biasa, memberikan menu pada pelanggan yang datang. Pelanggan itu seorang cowok yang terlihat baik-baik. Dia ramah dan tidak sedikitpun sombong. Tidak seperti pelanggan biasanya, yang sombong dan cenderung merendahkanku.

"Kerja di sini udah lama?" tanyanya padaku. Aku yang sedang menunggu pesanannya, terpaksa menjawab.

"Iya," jawabku cepat tapi tidak terkesan cuek.

"Sekolah atau nggak?" tanyanya.

"Kuliah," jawabku sambil mengambil pesanannya.

Kemudian aku memberikan pesanannya pada bagian dapur.

Sebentar lagi aku akan pulang. Aku hanya tinggal membuang sampah kemudian pulang. Aku berpamitan pada bossku kemudian aku mengambil tasku. Saat aku keluar, aku melihat laki-laki yang menanyaiku tadi. Tidak aku perdulikan, karena aku ingin segera sampai ke rumah dan menelpon Aska.

Dia mendekatiku dan berdiri di hadapan motorku.

Aku menatapnya lama sampai aku angkat bicara. "Maaf, kenapa ya?" tanyaku.

"Mau pulang?" tanyanya padaku.

"Iya, Mas," jawabku cepat. "Permisi," sambungku. Aku langsung menghidupkan motorku. Aku sedikit takut padanya tapi wajahnya tidak menggambarkan orang jahat. Aku mendengar dia menggeram kesal. Tapi aku tidak mau menoleh ke belakang. Aku sedikit takut.

Akhirnya ku sampai di depan rumah, aku segera membuka pintu. Laki-laki tadi sangat aneh, meski dia tidak terlihat jahat tetap saja aku ketakutan. Jantungku berdetak sangat kencang. Sepanjang jalan tadi, aku takut dia mengikutiku.

"Assalamualaikum," ucapku. Aku melihat Ayah yang sibuk dengan laptopnya. Ayah selalu menungguku pulang kerja. Katanya dia tidak tenang jika aku belum sampai ke rumah. Ayah sedang mengerjakan kerjaan kantornya. Ayah adalah pegawai kantor. Hanya staff biasa.

"Waalaikumsalam," jawab Ayah.

Aku langsung masuk ke dalam kamar. Badanku sedikit lelah.

Tiba-tiba ponselku berdering. Aku melihat nama yang tertera di ponselku, ternyata Aska. Seketika lelahku hilang saat melihat Aska menelponku.

"Halo," ucapku kegirangan.

"Udah sampai rumah?" tanyanya

"Udah. Kenapa?"

"Aku lega aja," ucapnya.

"Aska, tadi aku ketemu orang aneh," curhatku sambil menjatuhkan badanku ke kasur.

"Orang aneh siapa?" tanyanya.

"Nggak tahu. Dia kan makan di tempat kerja aku, terus dia nanya-nanya gitu. Aku nggak tahu dia siapa. Terus waktu pulang dia nunggu di dekat mobilnya. Aku nggak peduliin dia. Eh tiba-tiba dia di depan motor aku."

"Kamu takut?" tanyanya khawatir.

"Takut tapi penampilannya nggak kayak orang jahat kok. Malah kelihatan baik."

"Tuh kan, kamu itu selalu lihat pakai perasaan kamu. Penampilan bisa aja nipu. Kita kan nggak tahu dia jahati kamu kayak gimana," omelnya dari seberang sana.

"Kan aku nggak tahu dia orang baik atau jahat. Tapi dia nggak ngapa-ngapain aku kok."

"Dia nanya apa aja sama kamu?" tanyanya.

Aska PelangiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang