Aku sangat penasaran ke mana Aska membawaku, sampai akhirnya aku tiba disebuah butik yang menyuguhkan interior yang menarik untukku. Perpaduan hitam dan Ungu sangat sedap di pandang. Aska menarik tanganku untuk segera msauk. Aku menatapnya aneh. Dia selalu tertawa pelan dan aku sangat jelas mendengar itu.
"Halo Tante," sapa Aska saat kami membuka pintu.
"Hai, Aska. Udah besar ya sekarang. Ini siapa?" Aku terdiam. Aku hanya bisa melempar senyum karena Tante di depanku ini memang ramah.
"Aku, Pelangi, Tan," sapaku sambil menyalaminya.
"Kamu pacar Aska." Dengan cepat Aska menjawab tanpa sedikitpun ragu.
"Iya, Tan." Aku melotot, melihat ia tidak sedikitpun malu.
Mukaku merona, aku bingung. Aku takut Tante itu meremehkanku dan mentertawakanku.
Aku duduk di sofa bersama perempuan yang sedang membaca dan melihat kataloq buku. Aku mengeluarkan ponselku, tidak ada yang bisa kulakukan saat Aska pergi bersama Tante yang menyambut kami tadi.
"Pelangi, sini deh," panggil Tante itu. Aku segera beranjak dari dudukku dan menghampiri Tante itu.
"Iya, Tan," jawabku.
Tante itu memberikan sebuah drees yang bagus menurutku. Berwarna navy tanpa lengan dan sedikit berkilau. Aku menatapnya lama, dan Tante itu terkekeh.
"Makasih Tan," ucapku saat Tante itu menyerahkan dress itu kepadaku.
"Itu Aska yang milihkan," ucap Tante itu.
Aska datang di sebelahku. Tatapanku mulai serius. Aku kebingungan.
"Kenapa sama dress ini?" tanyaku datar. Aku harap ini bukan untukku dan aku salah dengar tadi.
"Untuk kamu lah, coba kamu pakai," ucapnya.
"Nggak mau," tolakku.
"Pakai aja kenapa sih? Aku udah ada kemeja warna navy dan itu sama kayak dress kamu."
"Sama persis?" tanyaku bingung. Dia mengangguk.
"Kenapa nggak ngasih tahu dulu," protesku.
Ini berlebihan. Aku harus mengumpulkan gajiku untuk bisa membeli sebuah dress berwarna navy ini. Aku tahu dress ini sangat mahal. Walaupun aku tidak tahu pasti harganya berapa. Aku rasa gajiku lima bulan baru bisa membeli dress ini. Ya aku berlebihan. Tapi dress ini sangat bagus. Aku tidak mengerti bahan apa yang bagus tapi saat aku menyentuh drees ini, sangat halus dan bagus. Aku tertawa. Aku sangat kampungan dengan pakaian bagus. Jadi aku tidak bisa menjelaskan dengan rinci.
Aku pergi ke dalam ruangan untuk mencoba pakaian, lalu aku keluar untuk memperlihatkan kepada Aska.
Dia sedang duduk di sofa panjang dengan memainkan ponselnya, sama sepertiku tadi. Hanya sekedar untuk mengisi kekosongan.
"Aska," ucapku yang frustasi melihat Aska tidak beralih dari ponselnya. Aku sengaja berdiri di hadapannya agar dia melihat.
Dia mengangkat kepalanya dan sekarang pandangannya fokus padaku. Dia menatapku tidak berkedip. Aku mulai memperhatikan penampilanku, apa ada yang salah dengan diriku. Ya pasti ada, karena aku tidak terbiasa memakai pakaian mahal.
Aku menunduk, aku sangat malu menatap Aska yang sedang menatapku. Aku tidak ingin mata kami bertemu karena itu akan membuatku merasa tidak pantas bersamanya.
"Pelangi." Dia memegang daguku untuk menuntunku menatapnya.
Aku membalas dengan deheman.
"Kamu terlihat cantik, aku suka dengan warna ini," ucapnya tulus. Aku tersenyum. Syukurlah kalau dia menyukainya.