Sudah tiga hari Rieke menghubungiku tapi selalu saja aku tolak. Aku tidak ingin lagi dekat denganya. Dia dan aku berbeda. Aku takut terpengaruh untuk masuk ke dalam gengnya Aska. Aku tahu aku pacaran dengan Aska. Tapi aku hanya ingin Aska tetap bersamaku tanpa embel-embel bergabung dengan gengnya itu.
Aku dan Aska sedang mencari keperluan Aska di toko alat pendaki. Ya Aska memang hobi mendaki. Dia akan pergi saat liburan semester.
Aku mengacuhkan Aska saat ia sedang memilih sepatu, tas, sleepimg bag dan matras. Aku hanya memikirkan Rieke.
"Pelangi, tasnya bagus mana?" tanya Aska. Dan aku segera menatapnya.
"Biru laut," jawabku cepat dan kembali melihat ponsel.
"Pelangi di sini cuma ada warna hitam, merah dan hijau. " Aku tersenyum ke arah Aska.
"Maaf, kirain aku kamu lagi nanya warna kesukaan aku," bohongku.
"Kenapa aneh banget sih sama kamu." Aku menyembunyikan ponselku ke belakang.
"Nggak ada. Perasaan kamu aja kali," kekehku.
Aska mendekatiku dan merampas ponsel milikku. "Aska hp aku," rengekku.
"Aku curiga dari tadi kamu fokus sama hp aja." Aska meriksa ponselku.
"Nggak ada apa-apa, cuma ada chat dari Rieke," ucap Aska sambil mengembalikan ponselku.
"Fokus sama aku dulu Pelangi," ucapnya penuh penekanan.
"Iya maaf," kekehku.
"Kamu tadi nyuruh aku milih apa?" tanyaku manis.
Dia menatapku. "Udah aku pilih sendiri."
"Oh bagus, ada lagi yang mau kamu beli?" tanyaku.
"Udah semua, Sayang, sekarang kita pulang." Kami berdua menunggu semua keperluan Aska dikemas. Kemudian kami masuk ke dalam mobil.
"UAS aja belum, kamu udah persiapan aja buat liburan. Mana nggak ngajakin aku," sindirku.
"Nggak lama, Sayang, cuma seminggu," ucapnya.
"Kenapa aku nggak pergi sama kamu sih!"
"Kamu nggak biasa Pelangi. Nanti kamu capek terus pingsan."
"Kan ada kamu, masa kamu nggak bisa gendong aku kalau aku capek. Aku nggak gendut kok!" ucapku memaksa agar Aska mau mengajakku ikut dengannya. Walaupun aku tahu itu sangat sulit. Aska tidak akan semudah itu menyetujui keinginanku yang satu ini.
"Terus izin sama orangtua kamu kayak gimana?" Aku diam. Aku tahu Bunda dan Ayah tidak akan mengizinkanku.
"Ya udah, aku pergi liburan sama Vero." Aska menatapku tajam .
"Apa kamu bilang?" Oke saat ini aku memancing harimau marah.
"Nggak, becanda aja kok," kekehku. Dia hanya diam. Lebih baik seperti itu dari pada dia marah.
"Kamu liburan di rumah. Puas-puasin tidur. Nanti aku pulang, baru kita liburan."
"Nggak seru cuma tidur. Mana novel nggak ada yang baru."
"Baca ulang aja," ucapnya.
"Nggak ah, nggak asik kalau udah tahu ceritanya."
"Cuma seminggu, Sayang. Masa nggak relain sih!"
"Iya iya. Tapi jangan kegatelan sama yang lain. Begitu aku tahu kamu tebar pesona sama yang lain. Aku langsung cari pengganti kamu," ancamku.
"Ngeri banget, Pelangi." Aska mengacak rambutku karena gemas.