BAB 3| Tentang Jessi

84 5 1
                                    


Di dalam perpustakaan, aku, Dwi, dan juga yang lain sedang mengerjakan tugas bersama. Di sela-sela suntuk mengerjakan tugas, kami bercerita.

"Kalian tahu tentang Jessi," ucap Rini. Aku terdiam, aku tahu ini semua ada kaitan dengan Aska.

"Kenapa emangnya sama Jessi?" tanya Dwi penasaran.

Aku hanya diam dan menyimak.

"Dia bilang kalau Aska mau sama dia, padahal Aska nggak mau sama cewek kencetilan kayak dia. Aska cuma gangguin dia aja, dia udah kebaperan," ucap Rini.

"Tapi waktu hujan kemarin, dia pernah bilang kalau nilai Aska lebih tinggi dari dia, Aska bakal ajak dia jalan. Ya kan, Pelangi." Dwi melirikku, mau tidak mau aku pun menjawab. "Iya," jawabku singkat.

"Haha, lo pikir aja, nilai Aska nggak akan lebih gede dari Jessi. Dan tandanya Aska nggak akan ngajak Jessi jalan. Kecuali Jessi sengaja turunkan nilainya. Tapi yang gue tahu, Aska nggak bakal naikkan nilainya karena bagi dia nilai tu nggak penting," ucap Rini.

"Dasar cewek kebaperan. Heran gue sama dia," ucap Dwi kesal.

"Dia kan nggak pernah ketemu cowok kayak Aska, wajar aja dia kecentilan kayak gitu." Oh tuhan, bisakah mereka diam dan tidak membahas Jessi dan Aska. Semua itu membuat perutku mual.

"Kalian udah nomor 3, gue udah nih," ucapku mengalihkan agar mereka tidak membahas Jessi dan Aska lagi.

"Belum, Pelangi." Akupun memberikan bukuku.

Dan mereka yang sedang merumpi tadi segera menyalin tugas punyaku.

***

Dwi, Rini, Rieke dan aku sudah ada di tempat makan. Kami sepakat untuk mencari makan setelah kami pusing mengerjakan tugas. Makanan yang dipesan telah berada di depan kami. Akupun segera makan karena aku sudah lapar. Sambil makan, Rini masih saja membahas Jessi. Aku tidak menghiraukan, dan aku hanya fokus pada makananku. tidak tahu mengapa hatiku terasa tersayat.

"Lihat deh!" Rini memperlihatkan status Jessi. "Dia baperan banget sih. Aska tuh nggak mau sama dia. Kalian tahu nggak, Aska tuh udah ada gebetan!"

Deg! Seketika debaran jantungku tidak beraturan, ia berdetak lebih keras. Oh tuhan mengapa aku ini.

Aku merasa tidak selera lagi untuk makan. Akupun menyudahi dan memainkan ponselku untuk melupakan yang baru saja aku dengar.

"Eh gue duluan ya, mau kerja nih!" ucapku, namun Rini menghalangiku. "Sebentar lagi, Pelangi. Belum jam 4." Akupun duduk kembali.

"Gue lihat Jessi sekarang udah beda," ucap Dwi.

"Beda kayak gimana?" tanya Rieke.

"Ya, beda. Dulu pakaiannya sopan tapi sekarang udah ketat semua. Mata gue aja jijik lihatnya. Terus dulu dia pendiam tapi sekarang dia sombong gitu," ucap Dwi dengan ekspresi jijik.

"Padahal maksud Aska deketin tu bukan itu," ucap Rini.

"Emang ada alasan apa, Rin?" tanya Dwi.

"Ada lah, nanti gue kasih tahu."

***

Hari ini, aku benar-benar tidak fokus. Aku tidak tahu bagaimana aku dan Aska. Haruskah aku tetap menanggapi Aska, sedangkan aku tahu dia sedang dekat dengan Jessi tapi Rini bilang Aska sudah ada gebetan! Ah sudahlah Aska tidak pantas untukku. Aku hanya cewek biasa yang sedang mengejar ambisinya.

Ponselku berbunyi saat aku sedang dilema. Aku melihat Aska mengirimkan pesan untukku.

"Kenapa masih ngubungi sih, katanya udah ada gebetan!" gumamku.

Aska PelangiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang