BAB 22 | Bersama Aska

10 1 0
                                    

Hari ini bukan hari minggu. Jalanan tidak terlalu ramai seperti hari minggu. Hari ini kamis. Aku dan Aska jalan-jalan. Karena kami sedang libur kuliah.

Aska sudah menjemputku pagi-pagi. Sebenarnya aku tidak ingin keluar rumah hari ini, aku hanya ingin menghabiskan waktukku dengan malas-malasan di rumah. Tapi kalau aku tidak pergi hari ini bersama Aska, aku akan menahan rinduku selama seminggu.

Sekarang aku berada di dalam mobil bersamanya. Hanya diam. Aku juga tidak tahu rasanya berat sekali untuk menerima Aska yang akan pergi.

Tak ada yang memulai berbicara hanya keheningan yang ada di dalam mobil. Sampai Aska menghentikan mobilnya di sebuah toko buku.

Aku turun, saat aku melirik Aska turun dari mobil. Aku mengekori dia dari belakang. Meski dekat dengan Aska, rasanya sangat bosan. Aku dan dia hanya diam saja dari tadi.

"Bagusan yang mana?" tanyanya padaku saat ia mengajakku ke jejeran novel-novel terbaru.

Aku menunjuk dengan jariku tanpa mengeluarkan suara.

"Ini bagus nggak?" tanyanya padaku lagi.

Aku mengangguk. Kemudian cepat-cepat aku mengalihkan padanganku dari hadapannya.

"Ini bagus ?" tanyanya sudah hampir beberapa kali. Jawabanku hanya mengangguk.

"Kita ke kasir dulu," ajaknya. Dia merangkulku dan aku hanya diam.

Sesampai aku di dalam mobil Aska meletakkan buku-buku itu di kursi belakang. Aku dan Aska masuk lagi ke dalam mobil.

Satu jam berlalu, dan aku hanya diam saja dari tadi. Tidak sedikitpun aku bersuara sampai Aska menatapku lekat. "Tenggorakan kamu sakit?" tanyanya. Aku menggeleng.

"Kenapa diam?"

"Karena nggak ada yang perlu aku omongin," jawabku asal.

"Kamu kenapa sih? Dari aku jemput kamu tadi nggak ngomong sama sekali. Kamu marah?" Aku segera menggeleng.

Aska menarikku ke dalam dekapannya. "Cuma seminggu, Sayang," ucapnya di telingaku.

"Lama banget!" ucapku.

"Nggak, sebentar kok, nanti kamu baca novel yang udah kamu pilih." Aku menjauhkan badanku dari Aska.

"Jadi itu untuk aku?" tanyaku bingung.

"Iya," jawabnya cepat.

"Kok nggak bilang sih!" ucapku kesal. Aku tidak tahu, kalau itu semua untukku. Pikiranku tertutup, karena hanya memikirkan kepergian Aska.

"Kirain aku kamu tahu. Kan aku nggak suka baca novel."

"Tapi kan kamu suka juga baca," ucapku tidak mau kalah.

"Tapi bukan novel, Sayang. Aku nggak yang kayak gitu," ucapnya.

"Ya udah, aku ambil ya," pintaku. Aku memang memilih novel yang bagus menurutku. Aku jadi tidak sabar membacanya.

Aku keluar dari mobil Aska untuk mengambil buku di kursi penumpang. Aku mengambil Novel yang sangat ingin kubaca. Aku melihat Aska menatapku tidak suka.

"Pelangi, aku cuma punya waktu beberapa hari aja, jangan acuhkan aku!" bentaknya.

Aku tidak suka melihat dia seperti itu. Bersikap semaunya! "Nih! Ambil," ucapku sambil menaruh novel yang kupegang ke pangkuannya.

"Aku bingung sama kamu! Kalau mau pergi! Pergi aja sekrang!"

"Oke," jawabnya cepat. Ia membuang novel yang kutaruh di pangkuannya. Kemudian ia membawa mobil dengan kecepatan yang cukup cepat.

Aska PelangiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang